04 - 1 : BAGAIMANA BISA?

171 17 0
                                    

“Heh, bagaimana ponselmu bisa ada padanya?” tanya Gye Ran, sepanjang istirahat makan siang, sambil terus menyikut dan menyenggol Seul. Dia tahu Seul kehilangan ponselnya dan telah mendengar bahwa ponselnya itu didapatkan Seul kembali dari Park Na Wi.

Seul tak menjawab. Matanya terlalu FOKUS pada Na Wi yang berada tak begitu jauh dari meja makan Seul dan Gye Ran.

Na Wi berdiri. Na Wi mengambil tempat makan. Na Wi mengantre. Seul menyaksikan setiap geraknya untuk mendapatkan makan siang.

Lalu sekelompok gadis genit menyerobot antrean dan menempel pada Na Wi. Salah satunya hanya senyum-senyum sambil melambaikan tangan, satu orang mencolek-colek lengan padat Na Wi, dan satunya lagi memukul-mukul Na Wi dengan amat menyebalkan di mata Seul. Seul tak terima itu. Dia KESAL sekali, terutama pada gadis yang berponi rata yang memukul-mukul Na Wi dengan centil.

Gye Ran tahu apa yang sedang Seul pelototi. “Heh, kenapa kau terus memperhatikannya sih? Kau jatuh cinta padanya?”

Gadis berponi rata itu terus menempel pada Na Wi. Dahi Seul berkeriput, dan matanya menajam. Dia membatin, ‘harus aku apakan dia ya? Hey, Sunbae tidak suka padamu! Dia menyuruhmu pergi, kau tidak dengar?! Kau bodoh, hah? Sunbae tidak suka kau dekat-dekat dengannya begitu, apa lagi menyentuh-nyentuh!! Oh, benar! Pasti karena dia kesakitan! Ah, aku harus menjauhkan mereka darinya!’

“Hey, Cha Gu Seul, kau tidak mendengarkanku? Hey, mau ke mana?!!” ceramah Gye Ran tentang jangan berharap pada Na Wi, selama Seul membatin tadi, tidak didengarkan, dan sekarang Gye Ran ditinggalkan begitu saja oleh Seul. Dia benar-benar diabaikan.

In Sa tiba di meja bersama nampan makanannya. Melihat nampan makanan Seul masih penuh tapi ditinggalkan, dia langsung bertanya tentang ke mana perginya Seul. Gye Ran menunjukan keberadaan Seul dengan anggukan dagu.

“Wah, dia benar-benar gigih! Membuatku tidak percaya diri saja.” In Sa memuji, dan berhenti memperhatikan Seul yang begitu berani berhadapan dengan para senior yang kelihatannya jutek dan menyeramkan yang sedang mengerumuni Na Wi dalam antrean. Antrean jadi kacau karena mereka. In Sa kehilangan minat untuk menonton adegan selanjutnya.

“Apanya?” Gye Ran tak mengerti maksud perkataan In Sa tadi.

“Eh?”

“Tidak percaya diri untuk apa?” jelas Gye Ran.

“Mendekati sunbae ...” jawab In Sa, santai.

Gye Ran berpikir sejenak, lalu menyimpulkan, “Jadi kau ingin mendekatiku?”

“Bukan Seul-i Samchon, tapi Na Wi Sunbae. Huh!” Hampir saja In Sa terjebak dalam kesalahpahaman.

Sementara itu, Gye Ran tidak kuat menahan malu sekaligus kecewa. Kata ‘sunbae’ yang dipakai In Sa dalam kalimatnya tadi, dia pikir ditujukan untuk dirinya karena dirinya pun adalah senior In Sa.

“Sepertinya dia sangat terpesona pada sunbae itu karena kejadian kemarin. Mereka bahkan saling bertatapan, ah ...” In Sa membayangkan kejadian kemarin dan terpesona sambil menjejalkan potongan wortel rebus ke dalam mulutnya.

“Apa? Kejadian apa?” Gye Ran sangat ingin tahu, kepo.

In Sa bercerita, “Kemarin kami hampir tertimpa balok besi. Seul tidak cerita? Lalu Na Wi Sunbae datang bagai hantu, melindungi kami berdua!” Mata In Sa berbinar-binar saat bercerita. Sepintas, kemarin itu dia merasa seperti menyaksikan adegan romantis dalam drama secara langsung.

“Melindungi kalian? Bagaimana?” Gye Ran ingin tahu.

Untuk menggambarkan itu, In Sa perlu menarik napas terlebih dahulu dan memandang awan-awan yang bebas di langit sana. Lalu dia ‘memperagakan’ ucapannya, “Na Wi Sunbae berdiri merentangkan jaketnya melindungi kami berdua. Dia menggantikan kami tertimpa balok besi. Dan hebatnya, sedikit pun dia tidak goyah! Benar-benar mempesona. Ah, tapi sayang waktu itu aku malah merunduk dan tidak melihat apa-apa.”

“Dia tertimpa besi katamu?!” Gye Ran tak percaya.

“Ya,” In Sa sangat yakin.

“Sebesar apa?”

“Hm ...” In Sa mencari benda yang ukurannya setara dengan balok besi yang menimpa Na Wi kemarin. Ketemu! Dia menunjuk bangku yang sedang didudukinya. Panjangnya sekitar satu meter dan tebalnya kira-kira sekitar 20 sentimeter, kalau In Sa tidak salah ukur dengan penglihatan sekilasnya.

Gye Ran menganga besar, “Dan dia sesehat itu sekarang? Bagaimana mungkin?!” gumamnya, keras.

“Itulah, aku juga tidak mengerti,” In Sa geleng-geleng kepala, “tapi menurut Seul, itu sangat keren. Lihat kan? Dia mengejar-ngejar Na Wi Sunbae sekarang.” In Sa mengangguk ke arah Seul yang sedang membrutal pada gadis-gadis yang mengitari Park Na Wi—Seul mendapat perlawanan dari gadis-gadis itu sedangkan Park Na Wi tetap diam.

Gye Ran tak begitu peduli. Dia menanyakan hal lain, “Kalau kau?” tanyanya.

Dengan santai, In Sa menjawab, “Aku sih tidak. Aku malah merasa kalau—”

“Kau tidak apa-apa?” cerocos Gye Ran, dengan panik. Arah pandangnya naik-turun memperhatikan In Sa.

In Sa terdiam dengan perasaan aneh terhadap Gye Ran.

Dan tiba-tiba Seul kembali dengan kemeja basah karena ketumpahan kuah sayur. Dia monyong-monyong, “Ah, begitu ada kesempatan mereka langsung pergi begitu saja. Menyebalkan!” Dia duduk dengan lelah, dan melihat paman dan temannya sedang tak berekspresi sama sekali. Meski agak heran dengan situasi itu, Seul tidak mengatakan apa-apa. Seul meneguk jatah minumnya yang masih utuh di nampan makanan.

MY BOYFRIEND IS A GUMIHO Where stories live. Discover now