04 - 2 : MINTA IZIN

163 20 10
                                    

Seul tak berhenti tersipu di meja makan rumahnya di depan ayah dan ibunya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seul tak berhenti tersipu di meja makan rumahnya di depan ayah dan ibunya. Untuk pertama kalinya, dia mengabaikan daging sapi yang telah siap makan. Alih-alih dengan gigi, Seul mengoyak daging itu dengan ujung sumpit. Dae Woong harap, anak perempuannya itu akan pelan-pelan menjauh dari daging sapi dan akhirnya tidak menyukainya lagi. Sedangkan Mi Ho mencari waktu yang tepat untuk mencuri daging dari piring Seul.

“Eomma.” Seul mengagetkan.

Sumpit Mi Ho terpeleset di piring Seul dan satu potong daging melompat keluar dari piring. Sambil memandangi potongan daging yang melompat itu, dia menelan ludah dan merasa kesal terhadap Seul. Dia pun akhirnya menyumpit daging di piringnya sendiri dan mulai makan.

“ ... bolehkah aku berciuman?” tanya Seul, tiba-tiba.

“APA?!!” Mi Ho dan Dae Woong adu suara.

Dengan mulut berjejal daging, Mi Ho nyerocos, “Hey, asal kau tahu saja, aku—ibumu ini, baru melakukan itu setelah hidup LEBIH DARI 500 TAHUN. Kau bahkan belum seusia ayahmu saat dia pertama kali melakukan itu.”

Lirikan mata Seul langsung tertuju dengan sangat tajam pada ayahnya. Benarkah itu pertama kalinya bagi Dae Woong? Dae Woong yang menerima sinyal kecurigaan Seul, langsung berkedip sambil meliukan leher dan melempar pandang pada langit-langit sambil pura-pura bersenandung. Bukan, pasti bukan! Seul yakin itu.

“Benar kan, Woong-ah?” Mi Ho mencari dukungan.

“Hoh, benar.” Dae Woong menutup mulut sebisa dirinya.

Dasar amatir. Sekali lihat saja Seul langsung tahu jawaban yang sebenarnya. Wah, malangnya Mi Ho. Selama ini, dia dibohongi oleh suaminya.  Seul geleng-geleng kepala.

“Kau masih di bawah umur. Belum boleh!!” Dae Woong menunjuk-nunjuk Seul dengan sok bijaksana.

“Kenapa? Kau menyukai seseorang? Seul-ah, menangani pria itu tidak boleh terlalu terburu-buru. Harus pelan, pelan, dan pelan,” Mi Ho mengajari. “Kalau terburu-buru, nanti dia malah kabur.”

Seul ber-oh-oh kagum untuk ucapan ibunya barusan.

“Tapi dia yang menyukaiku,” kata Seul, kemudian.

Dae Woong tidak percaya, tapi Mi Ho langsung angkat jempol dan bilang, “Wah, anakku hebat!!”

Seul tersipu.

“Tapi tetap saja ciuman itu dilarang!” Mi Ho membuat tanda silang dengan kedua tangannya, dan Dae Woong ikut-ikutan, “Ya, tidak boleh!” tambahnya.

Seul berpikir sejenak,  “Kalau begitu, kecup? Eh, tapi kecupan saja tidak akan berhasil. Ah, benar-benar harus ciuman nih!” Tanpa sadar, Seul mengucapkan pergulatan batinnya.

Seul telah hilang akal. Dia bangkit meninggalkan daging di piring, lalu berjalan kosong menaiki tangga menuju kamar tidurnya. Dia bagai mayat hidup, tak melihat dan tak merasakan penderitaan ayahnya yang naik darah.

Setelah Seul naik ke kamarnya, Mi Ho mulai cekikikan. Dia berkata, “Woong-ah, tidak salah lagi. Dia memang putriku.”

“YA. DIA 100% PUTRIMU! Aku sampai lupa kalau aku juga adalah bagian dari asal mulanya.” Dae Woong tidak bisa melepaskan pandangannya dari Seul yang berjalan kosong lalu menghilang di ujung tangga.

Mi Ho menyenggol Dae Woong dengan malu-malu genit, “Aih, kenapa?! Dia kan juga putrimu. Kita menyusunnya sama-sama.”

“Tapi siapa yang membuat anak itu jadi begitu? Aku jadi cemas!” Dae Woong berpikir keras, menggaruk-garuk dagu. Sedangkan Mi Ho malah semakin menempel pada suaminya dan merengek, “Woong-ah, level up?”

“Hey! Baru kemarin! Lagi pula sepertinya Seul tidak akan tidur semalaman. Menjauh! Menjauhlah  sana!” Dae Woong melepaskan lilitan tangan istrinya dan bergeser menjauh dari sang istri.

“Cih, kau menghindariku lagi,” gerutu Mi Ho.

“Eomma, aku tidak mau adik!” Teriakan Seul menyelamatkan Dae Woong.

Dae Woong amat bangga terhadap putrinya untuk kali ini. Dia tersenyum-senyum bangga sambil membusungkan dada di atas manyun-manyun Mi Ho.

MY BOYFRIEND IS A GUMIHO Where stories live. Discover now