09 - 1 : SEBAGAI PAMAN

122 14 0
                                    

Gye Ran sedang asyik-asyiknya membaca. Tiba-tiba dia angkat kepala. Seseorang yang sejak tadi ditunggu olehnya telah datang dan langsung duduk di sampingnya, Na Wi—orang itu menjadi teman sebangkunya untuk hari ini. Keberanian Gye Ran menghilang seketika, tapi dia harus bertanya. Dia bolak-balik antara wajah orang itu dan buku. Akhirnya, dia bersuara, “Hey,” katanya, canggung.

“Ya?”

Ban Gye Ran bergidik begitu Park Na Wi menoleh.

“Ada apa?” tanya Na Wi, dingin.

“Anu—sebagai paman—ehem!” Gye Ran gugup tapi kemudian membusungkan dadanya dan menegakkan punggungnya, baru melanjutkan kalimatnya, “sebagai paman, aku ingin bertanya padamu.”

“Apa?” Na Wi tetap santai.

“Kemarin—maksudku, malam sebelumnya, kau bawa keponakanku ke mana dan apa yang telah kau lakukan padanya sampai seperti itu?!” Semakin ke ujung, nada bicara Gye Ran semakin meninggi, begitu pula dengan posisi dagunya.

“Seperti apa? Siapa?” Na Wi tidak tahu bahwa Gye Ran adalah pamannya Seul.

“Keponakanku!! Keponakanku, Cha Gu Seul!!! Apa yang telah kau lakukan padanya?” tangan kiri Gye Ran menolak pinggang, sedangkan tangan kanannya menunjuk-nunjuk ceramah.

Na Wi ber-oh-oh kaget.

Selanjutnya Gye Ran bicara sambil melotot-melotot galak, “Anak itu begitu tiba di rumah langsung tak sadarkan diri. Selain itu, dia pulang lewat tengah malam dan jadinya kemarin bolos sekolah. Kau juga, kan? APA YANG KALIAN LAKUKAN?”

Mata Na Wi melirik kanan-kiri. Dia yakin, tidak akan ada yang mendengar ini. “Ciuman,” katanya, ringan.

Gye Ran naik darah. “A-APA?! BERANINYA KAU ...”

Akibat suara keras Gye Ran, beberapa orang membuka telinga lebar-lebar dan mendengarkan pembicaraan mereka tentang ciuman. Orang-orang itu juga mendengar Na Wi berkata begini, “Kenapa? Aku dan keponakanmu setuju untuk melakukannya. Tidak ada yang merasa terpaksa maupun dipaksa di antara kami. Kau keberatan?”

Seisi kelas berbisik-bisik tak karuan. Semua ucap terdengar oleh Na Wi tanpa terlewatkan. Sedangkan Si Paman malah berdiri gemetaran antara marah dan ketakutan.

“TIDAK,” kata Gye Ran kemudian, dengan napas yang tertahan. “Kalau memang begitu, aku sama sekali tidak keberatan.” Dan dia bangkit sambil menepuk meja. Dia mengakut buku dan tasnya, dan berpindah ke kursi lain. Gye Ran tak mau satu bangku dengan orang itu.

“Tunggu!” seru Na Wi—beberapa orang mengira Na Wi ingin balas dendam pada Gye Ran. Setelah Gye Ran berbalik, inilah yang dia katakan, “Seul bolos sekolah katamu? Kenapa? Dia sakit?”

Gye Ran bimbang antara akan menjawab atau tidak usah.

MY BOYFRIEND IS A GUMIHO Where stories live. Discover now