15 - 3 : INGIN JADI MANUSIA

101 9 0
                                    

“Aku sangat berterima kasih kau memberikan hidupmu untukku. Meski kematianku berjalan lambat, kau bisa menahannya, kan? Seumur hidup, aku akan mengabdi untukmu.” Seul memutar ulang ‘rekaman’ kalimat yang diucapkan Na Wi itu di dalam benaknya sepulang sekolah hari ini. Di tengah pengerjaan tugas yang serius dan sulit, tiba-tiba saja Seul teringat pada ucapan Na Wi itu.

Kalau dipikir-pikir, Na Wi lebih banyak tersenyum akhir-akhir ini. Dia juga sering mengatakan tentang hidup manusia itu menyenangkan. Dia TERUS MENGATAKANNYA, pada Seul. Selintas, Seul curiga, Sunbae berkata begitu karena benar-benar berterima kasih atau karena sangat menyesal?

Seul segera menghapus pikiran picik itu. Dia menguatkan diri dengan mengingatkan bahwa keadaan Na Wi yang sekarang ini sebagian besar adalah karena kecerobohannya, dan dia juga sudah memutuskan DENGAN BULAT bahwa dia akan menyerahkan seluruh energi manusia padanya. SEUL TIDAK AKAN MENYESAL DAN—
—kedinginan mulai merasuk lagi. Seul mengatur napas dan mengelus-elus rasa dingin yang terasa di dada, tapi rasa dingin itu menusuk dan mulai menyebar. Sebelum dia merasa akan mati seperti waktu itu, Seul bergegas menuju kamar ibunya.

“Eomma, boleh aku pinjam permata rubah eomma?” pintanya, dari balik pintu.

“Kenapa? Kau sakit?” Mi Ho segera memastikan keadaan putrinya.

“Tidak. Hanya saja akhir-akhir ini rasanya ... di sini dingin sekali.” Seul mengelus dadanya sendiri, dan Mi Ho langsung menyentuh bagian itu untuk memeriksa. Saat itu pula, kehangatan langsung terasa.

“Mungkin karena permatanya. Seul-ah, bertahan ya? Hm?” kata Mi Ho.

Seul mengangguk patuh. Lalu dia diajak ibunya untuk masuk dan duduk di tepi ranjang. Mi Ho terus menyuruhnya untuk bertahan dan berkata bahwa apa pun yang dirasakannya sekarang ini akan segera berakhir, itulah yang Mi Ho yakini.

“Eomma, haruskah aku benar-benar menjadi gumiho?” tanya Seul, tiba-tiba. “Aku tidak boleh jadi manusia saja? Bukankah hidup selama ratusan tahun itu tidak begitu menyenangkan?”

Mi Ho terdiam. Dia menghembus napas sebelum menyelipkan rambut nakal Seul ke belakang telinga. “Seul-ah, kalau kau ingin jadi manusia, itu artinya kau membiarkan temanmu menghilang—untuk selamanya, tanpa memberinya kesempatan. Bukankah kau menyukainya?”

Seul tak tahu jawaban untuk pertanyaan itu.

“Dia juga menyukaimu,” kata Mi Ho, “dan dia sangat menyukai hidup manusia yang akan kau berikan padanya. Biarkan dia menikmatinya. Tidak apa-apa. Ratusan atau ribuan tahun, Eomma akan selalu ada di sampingmu dan itu akan cukup menyenangkan. Benar?” Mi Ho mencolek puncak hidung putrinya.

Senyum Seul terbentuk karenanya.

Mi Ho memberi dua jempol untuk putrinya, lalu memeluk putrinya tanpa ampun. Dae Woong—yang mendengar sebagian percakapan mereka dari balik pintu—bersiap untuk sedikit mengacaukan suasana itu. Dia muncul dan berkata, “Oy, kalian berencana hidup berdua tanpaku ya?”

Mi Ho dan Seul angkat bahu.

“Aku juga mau hidup ribuan tahun.” Dae Woong merengek dan menghambur ke dalam pelukan ibu-anak itu. Dia menggelitik istrinya, menggelitik anaknya, dan tertawa bersama.

Seul, meski selalu iri pada kecantikan ibunya, pada ketenaran ayahnya, dia adalah putri mereka. Seul, meski selalu bermimpi memiliki hidup yang panjang seperti ibunya dan kini lebih memilih untuk menjadi manusia biasa seperti ayahnya, ini adalah hidupnya. Dia selalu bahagia bersama mereka.

MY BOYFRIEND IS A GUMIHO Where stories live. Discover now