08 - 2 : MACAM-MACAM CIUMAN

139 16 0
                                    

Aroma daging bakar tercium dini hari ini

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Aroma daging bakar tercium dini hari ini. Dae Woong secara khusus memasak daging sapi kelas terbaik untuk Seul yang baru saja kembali dari keadaan yang tak biasa. Dia membiarkan Seul dan Mi Ho duduk manis menyaksikan aksi memasaknya, karena Mi Ho juga telah sangat sedih karena keadaan Seul tadi.

Lalu porsi pertama telah siap untuk disantap. Seul bertepuk tangan gembira menyambut daging yang telah masak. Dia menghirup aromanya dalam-dalam dan perutnya berteriak minta makan. “Mmm, pasti enak. Eomma tidak makan?” tanyanya, pada Mi Ho, cerah.

“Tidak mungkin.” Mi Ho pun menyumpit potongan daging yang cukup besar dan menjejalkan itu ke dalam mulutnya.

Seul meniru ibunya, dan jadinya mereka berdua berlomba mengunyah daging. 

“Wah, aku serasa punya dua anak rakus nih,” komentar Dae Woong, sambil terus memanggang, dengan puas dan bahagia. Berkatnya, gelak tawa hangat menjadi bagian pembuka makan besar pada dini hari ini. Entah berapa banyak daging yang sudah mereka bakar dan habiskan. Dae Woong sama sekali tidak keberatan.

Pelan-pelan, Dae Woong mengacaukan nafsu makan putrinya. Dia menginterogasi, “Seul-ah, tadi kau dari mana saja? Dan kenapa kau membawa permata rubahmu bersamamu? Untuk apa?”

Seul menaruh sumpit dan menarik tangannya turun dari meja. Dia menelan dulu semua makanan di mulutnya, lalu menjawab, “Ketahuan ya? Hehe.” Seul hanya nyengir.

Dae Woong tiba-tiba berubah jadi menyeramkan.

“Eomma duluan, lho, yang tahu itu,” Mi Ho membanggakan diri.

Dae Woong melotot pada istrinya—pertanda untuk bersikap serius. Mi Ho pun memasang wajah serius dan sorotan penuh curiga pada Seul yang menundukan kepala.

Seul bicara, “Sebenarnya malam itu ... waktu aku bilang aku hampir tertimpa balok besi ...” Seul tidak yakin dengan kalimat selanjutnya, tapi ayah dan ibunya begitu penasaran sampai melotot sangat lebar, “ ... ada seseorang yang menyelamatkanku.” Seul berhenti sampai di sana, dia tidak tahu kalimat selanjutnya.

“Jadi?” Dae Woong tak sabar mendengar kelanjutan cerita.

“Dia manusia,” kata Seul, ngotot.

“Jadi?” kata Dae Woong lagi, tidak peka.

“Appa, dia manusia. Dia melindungiku seperti ini dan membiarkan dirinya tertimpa balok besi yang sangat besar itu!!” Seul memperagakan pose Na Wi ketika tiba-tiba muncul di hadapannya malam itu, DENGAN SANGAT NGOTOT.

“Dia melindungimu?” nada kagum keluar dari mulut Mi Ho.

“Hm!” Seul mengiyakan.

“Laki-laki?” tanya Mi Ho.

“Hm!” Seul mengiyakan lagi.

“Wah, gentleman,” sanjung Mi Ho, lalu melirik pada pria yang duduk manis di seberangnya sambil memegang penjepit daging dan memakai celemek.

Dae Woong langsung mendehem dan mengembalikan pokok pembicaraan. Dia memang tidak sehebat itu sampai bisa melindungi Mi Ho dari jatuhan balok besi, tapi dia bisa membelikan banyak daging untuk keluarga ini. Itu sangat patut untuk dibanggakan. Ekspresi seperti itulah yang tampak di wajahnya.

Seul melanjutkan, “Aku tidakpunya pilihan lain. Dia menyelamatkanku, jadi aku juga harus menyelamatkannya. Dia sangat kesakitan selama ini. Aku hanya ... meminjaminya permataku sebentar saja.” Seul semakin menyembunyikan wajahnya. Dia tidak yakin tindakannya adalah benar dimata ayah-ibunya. “Sebentar saja!” katanya sekali lagi, seolah mengingatkan.

“Lalu kenapa tadi kau pingsan?” Mi Ho menginterogasi.

Seul menunduk lagi setelah ngotot tadi. Dia menjawab, “Itu ... karena aku tidak bisa memberikan permatanya begitu saja. Sunbae mungkin akan bertanya apa itu dan lainnya. Selain itu, Na Wi Sunbae menyukaiku, jadi kami sepakat untuk pergi kencan. Sunbae suka main air, dia terus meminta pergi ke tempat yang banyak airnya. Meski aku takut, aku tidak bisa menolak. Karena aku sedang ... menciptakan suasana untuk ...”

“CIUMAN?!!!” Dae Woong yang adalah seorang aktor bisa dengan mudah menebak alur cerita dan dia tersentak karenanya. Matanya akan melompat kalau tidak ada kelopak di atasnya. “KAU MELAKUKAN ITU DENGANNYA?! SUNGGUH?!!” Kalimat ini tidak diucapkannya dengan marah, tapi nampaknya Seul salah paham.

Seul langsung membela diri, “Appa, tapikan—”

“CIUMAN MACAM APA? YANG PENUH KEHAUSAN? YANG DINGIN TAPI MENGGAIRAHKAN? YANG BERGAYA MUSIM PANAS? YANG BAGAI SENGATAN LISTRIK? YANG MANA?!!!” Dae Woong meledak-ledak.

Seul yang masih berusia 17 tahun (usia Korea, artinya 16 tahun), syok. Kalimat tadi merasuk tanpa permisi ke telinganya dan tersesat di tenggorokan, sehingga membuat pita suara enggan untuk bergetar.  Bahkan Seul tidak bisa mencium aroma daging yang berada tepat di depannya. Seul membeku.

Mi Ho melotot pada Dae Woong dan berbisik, “Barusan itu kau bicara apa? Seul masih di bawah umur!”

Dae Woong menyadari kesalahannya. Dia pun membeku, dan malu.

“Seul-ah, lebih baik sekarang kau pergi tidur. Ayo sana!” Mi Ho membereskan sumpit dan piring Seul juga mengusir-usirnya dari meja. Seul seperti anak ayam, dia langsung bergerak menuju kamar tidur. Mukanya masih sama dengan sebelumnya, tak bermuka.

Dae Woong menyudahi keterkejutannya. Karena kesalahan kecil itu, dia dapat hukuman membersihkan semua piring, gelas, hingga panggangan. Sementara Mi Ho hanya duduk galak mengawasi penghukuman suaminya.

MY BOYFRIEND IS A GUMIHO Donde viven las historias. Descúbrelo ahora