12 - 1 : TUMBUH EKOR

106 15 1
                                    

“Eomma, ekorku tumbuh!” seru Seul, ceria, dari balik telepon

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

“Eomma, ekorku tumbuh!” seru Seul, ceria, dari balik telepon.

Segera setelah diberi tahu ini, Dae Woong dan Mi Ho kembali pulang ke rumah. Seul senang sekali bisa memperlihatkan ekornya yang cantik pada mereka. Ekornya berwarna putih, sedikit bersinar dan sedikit mengepul. Seul tidak tahu dari mana datangnya kepul itu, ekor ibunya tidak berkepul sedikit pun. Mungkin karena ibunya tercipta dari api dan dia adalah anak campuran manusia, jadi dia punya asap. Apa pun itu, Seul senang sekali sampai tak bisa tidur. Dan karenanya, Seul jadi tahu dari mana datangnya kekuatan supernya yang bertambah super akhir-akhir ini. Sudah bisa dipastikan, dia adalah gumiho.

Sekitar jam tiga dini hari, Dae Woong dan Mi Ho tiba di rumah. Seul sudah merapikan rumah seperti semula, jadi Seul tak takut ayahnya akan kembali marah. Sebaliknya, mereka pasti berbangga.

Mereka tak henti memperhatikan ekor yang terus Seul kepak-kepakan ini. Dae Woong mencoba menyentuhnya dan bergidik kedinginan karenanya. Dahi Mi Ho berkerut: dari mana datangnya suhu dingin itu?

Sampai saatnya sarapan tiba, mereka bertiga tidak kunjung mengantuk. Seul tak bisa tidur karena sangat senang ekornya telah tumbuh dan terlihat sangat cantik, sedangkan Dae Woong dan Mi Ho tidak bisa tidur karena memikirkan kenapa tiba-tiba ekor Seul itu tumbuh.

Sambil memasak, Mi Ho sibuk mengintipi ekor Seul yang hanya satu. Dengan mengendap-endap, Dae Woong berusaha untuk menarik lepas ekor Seul—memastikan itu asli atau palsu. Sedangkan Seul terus tersipu. Lalu makanan pun siap untuk disajikan. Seul dan Dae Woong, yang dipanggil Mi Ho untuk merapat, merapat dengan riang ke meja makan, terutama Seul.

“Seul-ah, sejak tadi kau senyum terus. Sesenang itukah ekormu tumbuh?” tanya Mi Ho, dengan wajah mengkerut. Sepertinya dia tidak suka fakta itu.

Seul mengangguk-angguk bahagia sambil mengunyah daging.

“Seul-ah, artinya mulai sekarang kau harus lebih berhati-hati. Jangan sampai kau tunjukan ekormu pada orang-orang. Dan kekuatanmu harus benar-benar bisa kau kendalikan. Kau sama sekali tidak boleh menunjukan tanda-tanda bahwa kau adalah gumiho. Mengerti?” Dae Woong ceramah. Dia belum bisa fokus untuk memulai makan.

Seul hanya mengangguk untuk nasihat ayahnya itu.

“Jal meokgeoseubnida! Aku berangkat!” dan Seul bangkit meninggalkan rumah menuju sekolah.

Sepeninggal Seul, ekspresi resah benar-benar terlihat. Mi Ho segera berpindah ke samping Dae Woong. Dia tidak bisa melepaskan napasnya sampai sebelum ini. “Woong-ah, Seul benar-benar akan jadi gumiho? Ah, aku tidak suka,” keluhnya, benar-benar resah.

“Aku juga,” kata Dae Woong, datar.

“Tapi dia senang sekali. Bagaimana ini?”

“Sementara ini, kita lihat saja dulu perkembangannya. Kalau ekornya tumbuh lagi ...” ucapan Dae Woong terhenti, dia tidak tahu yang harus dilakukan, sementara Mi Ho terus menunggu kelanjutan ucapan suaminya. “Kalau ekornya tumbuh lagi, kau bicaralah padanya. Bukankah itu juga dipengaruhi oleh keinginannya?”

“Bicara apa?”

“Mi Ho-ya, bukankah kau tidak ingin dia jadi gumiho? Kalau begitu ceritakan kehidupanmu yang buruk sebagai gumiho.” Dae Woong punya ide.

“Tapi kehidupan gumihoku tidak buruk!” Mi Ho protes.

“Aih, maksudku supaya Seul memutuskan untuk tidak menjadi gumiho. Buat dia berubah pikiran. Kau mengerti kan maksudku?” Dae Woong tidak tahu cara menjelaskan hal yang dia maksud pada istrinya, otaknya benar-benar bergejolak.

“Oh ... iya, kau benar. Aku mengerti. AKU MENGERTI.” Untunglah Mi Ho segera mengerti.

MY BOYFRIEND IS A GUMIHO Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt