07 - 3 : RUBAH ES

151 16 3
                                    

Setelah hidup cukup dekat dengan manusia selama beberapa hari, Na Wi tahu bahwa manusia bukanlah hewan yang BEGITU menakutkan

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Setelah hidup cukup dekat dengan manusia selama beberapa hari, Na Wi tahu bahwa manusia bukanlah hewan yang BEGITU menakutkan. Mereka memang cerdas, tapi lemah dan sebenarnya penuh dengan ketakutan. Sering Na Wi melihat manusia yang berdorong-dorong untuk sekedar memasuki hutan, menangis kesakitan, mengaduh saat jatuh, dan lainnya. Meski begitu, mereka tetap tersenyum saat berpapasan dengan Na Wi. Mereka adalah hewan yang baik, simpul Na Wi.

Untuk itu, juga sebagai rasa terima kasih Na Wi atas segala yang telah dia terima dari manusia selama ini, Na Wi akan menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk membantu manusia. Pertama-tama, Na Wi hanya menjadikan dirinya sebagai pemandu bagi manusia yang hendak pergi ke dalam hutan. Kedua dan seterusnya, dia menjadi sangat berguna. Selain menunjukan letak suatu pohon dan mengenali datangnya bahaya bagi manusia, dia juga ternyata bisa membuat sayur dan umbi tumbuh lebih cepat di perkebunan manusia. Na Wi juga membantu manusia mengangkat benda berat dengan hanya menggerakan bagian tubuhnya, itu yang paling sering dilakukannya. Dan tidak jarang dia juga menjadi ‘penghibur’ bagi manusia yang sedang bersedih. Na Wi benar-benar membantu manusia dalam segala hal, dan menjadi dekat dengan mereka.

Sampai suatu hari, setelah bayi-bayi memiliki bayi-bayi dan kisah kemunculan Na Wi di desa ini mulai melenceng dari yang sebenarnya, salah satu ekor Na Wi SAKIT amat parah. Manusia yang disebut tetua datang bersama yang lainnya untuk menjenguk. Kata Tetua, “Bersabarlah, kau sudah melakukan banyak untuk kami semua, kau akan berbahagia.”

Na Wi mengerti maksud perkataannya. Na Wi sekarat dan mungkin akan segera mati.

Bayi-bayi yang telah menua menangis tersesak-sesak, manusia yang hanya mendengar kisah kemunculannya menitikan air mata, cucu dari bayi-bayi bersedih, dan cicit-cicit mereka ikut bersedih untuk itu. Dipimpin oleh Tetua, yang bahkan belum lahir saat pertama kali Na Wi memiliki wujud manusia,  semua orang berdoa. Doa mereka adalah tentang menyelamatkan Na Wi.

Begitu banyak orang yang meminta, begitu banyak orang yang berdoa, dan Na Wi merasa dirinya BEGITU berharga. Na Wi harap, doa mereka terkabul dan harapannya itu juga terkabul. Dia bukan ingin hidup lebih lama, dia hanya ingin doa yang manusia-manusia panjatkan dengan setulus hati itu terkabul agar mereka bahagia. Setelah itu, setelah dirinya sehat kembali, dia akan SANGAT berterima kasih kepada para manusia dan membantu mereka LEBIH banyak lagi.

Tapi, mungkin karena pendengarannya saat sakit sedikit berkurang, Na Wi melewatkan banyak bisik-bisik yang mengambang dengan tajam di udara. Ternyata para manusia itu hanya ingin Na Wi membantu mereka. Mereka ingin Na Wi mengerjakan tugas mereka, pekerjaan mereka sebagai manusia yang ‘agung’ itu. Mereka tidak lagi menganggap Na Wi sebagai dewa. Sebaliknya, mereka ingin Na Wi menjadi budak mereka, selamanya. Saat Na Wi tak sanggup lagi membuka matanya dan napasnya tak sampai setengah jarak waktu pun, dia mendengar semua itu.

Tiba-tiba tubuh Na Wi mengepul, kesembilan ekornya bergulung berdiri, dan cakarnya menajam seketika. AKAN KUTUMPAHKAN DARAH KALIAN HINGGA TETES TERAKHIR, AKAN KUHANCURKAN TIANG-TIANG RUMAH KALIAN, DAN AKAN KURONTOKAN KEBUN DAN SAWAH SUMBER MAKAN KALIAN. KALIAN HARUS MEMBAYAR SEMUANYA. Na Wi murka.

MY BOYFRIEND IS A GUMIHO Donde viven las historias. Descúbrelo ahora