the empty field

11.7K 785 145
                                    

  ✽ - ✽ - ✽

  ✽ - ✽ - ✽

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Katie

Katherine Haywood menatap keluar jendela dengan wajah tanpa ekspresi. Ia mengabsen bagaimana bentuk alam hari ini, sederhana karena itu adalah satu-satunya kegiatan yang ia lakukan belakangan ini. Beberapa orang mengatakan bahwa selama perang besar terjadi, mereka bisa melihat dunia lain dan mengapresiasi alam dengan cara yang lebih baik. Mereka bahkan mengatakan bahwa mereka bisa mendengar melodi yang dikicaukan burung-burung, suara angin yang berhembus ketika musim gugur datang, dan memuji berbagai warna yang terlihat tiap kali musim semi membuat bunga-bunga bermekaran.

Omong kosong.

Kicauan burung-burung itu membuat kepalanya sakit, angin yang berhembus membuatnya kedinginan setengah mati, dan semuanya mati – bunga-bunga itu layu dan menghitam, menyatu kembali dengan tanah seakan-akan mereka tak pernah disana. Kekacauan sudah berlangsung nyaris selama dua tahun, Katie sadar tidak ada yang berubah kecuali keadaan yang semakin lama semakin parah – belum lagi, semuanya terasa semakin suram ketika musim dingin datang.

Yang paling menyedihkan adalah bagaimana orang-orang berusaha tetap hidup, seakan-akan tidak ada yang terjadi di sekitar mereka. Anak-anak berangkat sekolah, banyak suami yang berangkat kerja, dan banyak juga istri yang duduk di rumah – khawatir dengan nyawa keluarga mereka yang ada di luar sana. Katie melihat pantulan dirinya sendiri di kaca, ia pun tak ada beda – berdiri di ruangan ini, menunggu namanya dipanggil dan meratapi betapa patetiknya hidup sekarang ini. Hidup, tentu saja, tapi rasanya nyaris seperti mati.

Melankolis.

Banyak hal gila yang terjadi, chaos terjadi dan semuanya dimulai dari banyaknya bencana alam, menghapus tujuh puluh persen daratan di bumi. Kemudian, seiring dengan itu tingkat kriminal meningkat, membabi buta sampai rasa kemanusiaan nyaris punah. Ia tidak tahu bagaimana persisnya dunia terbagi dua, semuanya dimulai dari sebuah organisasi kriminal – Tryptch, mengucap namanya dalam benak pun membuat lidahnya terasa pahit, gatal ingin mencemooh dan gatal untuk menghina.

Orang-orang merinding dan menjauh ketika nama itu terdengar, meninggalkan rumah ketika simbol dari organisasi itu dicat di aspal tak jauh dari tempat tinggal mereka. Di buku sejarah, mereka akan tercatat sebagai sumber utama kepunahan manusia, bukan becana besar yang melanda bumi empat tahun. Mereka punya separuh bumi, separuh umat manusia, dan separuh kewarasan. Perilaku mereka tergolong kejam, tanpa ampun – gila, dan tidak ada satu pun orang yang mau mati di tangan mereka, sederhana karena mereka akan disiksa.

Membayangkannya saja sudah membuat perutnya mual.

Ia mengeluarkan ponselnya dari tas, benda yang dinilai sebagai benda luksuri sekarang ini – tidak banyak lagi yang bisa menggunakan ponsel, mereka terisolasi. Katie tidak sering menggunakannya, hanya memakai mesin persegi panjang itu sebagai satu-satunya alat untuk berkomunikasi dengan koleganya dan teman-temannya yang tersisa. Sebuah foto di layar ponselnya menampilkan fotonya, berdampingan dengan Wendy dan Suga, dua sahabatnya yang sekarang sibuk menjalankan misi, selama empat bulan ini belum sekalipun ia mendapat kabar dari mereka. Ia tahu ia harusnya terbiasa dengan rasa khawatir, tapi itu tidak pernah tidak terjadi bukan?

Lovers Of The Light [HIATUS]Where stories live. Discover now