.25. / chrysant

1.9K 348 178
                                    


chrysant - floriography meaning (love, loyalty)


Sudah seratus dua puluh hari.

Menyerah itu mudah, berjuang itu lebih sulit. Raven membiarkan kalimat itu terngiang-ngiang di kepalanya selama beberapa waktu, ketika ia menyisip kopi buatan Katie di dapur, atau ketika mereka menyantap makan siang bersama, terkadang ketika gadis itu berbaring di dadanya dan tertidur pulas tanpa gangguan. Seperti biasa, ia seringkali tidak setuju dengan isi pikiran sang gadis, mereka selalu berkebalikan – seperti dua sisi koin yang menempel di sepuhan yang sama. Berjuang itu mudah, menyerah itu lebih sulit, menurutnya.

Raven membuang pikiran itu jauh-jauh, mulai merasakan denyutan sakit di kepalanya. Pemuda itu merenggut, membiarkan kepalanya terguyur air dingin dari bawah keran, berharap pikiran itu hilang sepenuhnya. Nyatanya cara itu berhasil, karena segera setelah kepalanya menyentuh air, topik tersebut ikut mengalir bersamaan dengan air yang turun membasahi kakinya kemudian. Ia menggigit bibirnya, kebiasaan yang menular dari Katie, namun tak pernah ia sadari alasannya mengapa. Raven melihat pantulan dirinya di cermin.

Ada bekas luka dimana-mana.

Ia ingat beberapa cerita dibalik goresan-goresan tipis yang tadinya berdarah dan terbuka, tapi banyak juga pengalaman yang ingin ia lupakan, mereka adalah kepingan memori untuknya – seperti sebuah CD atau kaset. Katie seringkali memperhatikan goresan-goresan itu, terutama goresan melintang yang panjang di punggungnya – ia sendiri tidak ingat bagaimana ia mendapatkan bekas luka itu, yang ada hanya ingatan rabun yang sudah nyaris pudar sepenuhnya. Raven mengerung, memperhatikan bekas luka di lengannya yang dibuat Katie kurang lebih empat bulan lalu.

Ia tidak akan pernah lupa bagaimana ia mendapatkannya.

Ketika ia keluar, ia mendapati Katie di ruang tengah, tepat di sebrang piano. Kakinya yang dilapisi celana pendek lecek tertekuk sopan diatas sofa, kaus kelabunya – kaus milik Raven – masih menempel di tubuh sang gadis walau Raven yakin ia sudah menaruh kaus itu di tumpukan baju kotor tempo hari. Tidak seperti hari-hari lainnya, Katie memakai kacamata besar yang membuatnya terlihat seperti seekor laba-laba, pemandangan yang jarang dilihat Raven. Mereka pernah berdebat tentang kacamata itu, menurut Katie kacamata itu terlihat trendi, menurut Raven – ia terlihat seperti hama pemakan daun yang mengganggu panen selada para petani dahulu.

Haywood sedang membaca sesuatu yang serius, pikirnya. Kalau tidak, ia tidak akan memakai kacamata jelek yang menyedihkan itu.

Ia menghampiri sang gadis, berdiri di belakang sofa dengan air yang masih menetes dari rambut dan bahunya. Katie yang sudah menyadari keberadaannya memutuskan untuk mengabaikan Raven sejenak, mencoba mencari celah dari teka-teki yang dibacanya dan tak terpecahkan walau ia sudah berkali-kali membaca soalnya. Sangat disayangkan, usahanya gagal segera setelah kulitnya bersentuhan dengan kulit sang pemuda. Ia mengigit bibirnya saat ia merasakan jari jemari Raven, dengan perlahan dan dengan lembut mengumpulkan helaian-helaian rambut yang membingkai wajah dan kepalanya. Raven menggulung rambut pirangnya, mengikatnya dengan ikat rambut basah yang sedari tadi ada di pergelangan tangan sang pemuda.

Katie tidak ingat sejak kapan Raven pandai mengikat rambut, sejak rambutnya memanjang dan mengganggu pengelihatannya, mungkin? Bagaimana pun, pemuda itu tetap menolak setiap kali ia menawarkannya bantuan untuk memotong rambut. Ia tidak pernah mencoba bertanya lagi ketika Raven menolaknya sebanyak tiga kali. Pikiran itu melayang dengan cepat, digantikan dengan sedikit rasa geii di bahu dan tengkuknya yang tak tertutup kaus longgar milik Raven. Katie mendecak, merasakan bibir sang pemuda di bahu dan lehernya.

Lovers Of The Light [HIATUS]Where stories live. Discover now