.27. / forget-me-not

1.7K 303 103
                                    


forget-me-not - floriography meaning (don't forget me)


Sudah seratus tiga puluh lima hari.

Katherine Haywood duduk di bathtubnya sambil meringkuk, sepasang tangan lemahnya memeluk dua tungkai kakinya di dada, berusaha mencari kepercayaan diri dan keberanian yang belum lama ini sering bersembunyi dari dirinya. Keputusannya sudah bulat, ia harus memberitahu Raven semuanya, tentang masa lalu yang ia kubur terlalu dalam sampai sulit baginya untuk menggali kembali. Pemuda itu mengerungkan keningnya, kemudian berdiam diri, menganggapnya tak bersuara sama sekali. 

"Aku sedang bicara padamu." Katie mencicit, sementara matanya menghindari tatap mata sang pemuda yang kemudian terkunci padanya. Napasnya tertahan, kemudian berhembus dengan berat, tak tahu lagi apa alasannya. Entah penyakitnya, atau hanya karena Raven Jeon ada di sana dan detik-detik kejujurannya telah tiba. Sang gadis menatap riak air dari tetesan-tetesan lemah di tangan sang pemuda. "Aku disana, di tempat itu. Dan kau ada disana, karena aku."

"Katherine." Katie hampir tersedak air liurnya ketika Raven memanggil namanya lagi, kali ini lebih tegas, lebih lugas, namun tak cukup untuk membuatnya mengurungkan niat untuk menyampaikan kejujuran yang ia kubur dalam-dalam diatas benci. "Tatap aku ketika kau sedang bicara padaku."

Katie menelan air liurnya dengan benar kali ini, ia mengabaikan riak air mandinya dan menatap Raven tepat dimata, berharap pemuda itu bisa membaca isi kepalanya dengan mudah.

✽ - ✽ - ✽

Katie tidak ingat berapa umurnya, tapi ia ingat persis keadaan sekolah hari itu. Mereka semua masih berlarian di halaman belakang, tertawa sesuka hati dengan tangan lengket karena es krim atau permen. Ia memakai atasan berwarna biru muda, dengan rambut pirang yang terkuncir dua, ditemani pita berwarna kuning dan rok tutu merah muda. Ia ingat juga apa yang ia bawa di dalam tas sekolahnya, sepatu ballet untuk les sore nanti, kemudian sebuah buku gambar dengan krayon dua belas warna yang ada di tempatnya.

Dia sedang duduk di tepi bak pasir, seorang anak laki-laki seusianya terus mengganggunya, Katie juga ingat siapa anak laki-laki itu. Mark tak kunjung berhenti meletakkan pasir diatas sepatu glitternya, ia terus merengek, namun rengekan itu tidak membuat Mark menyerah. Jadi ia menendang pasir dari sepatunya dan membuat Mark menangis karena kelilipan. Ia berdiri, kemudian pindah ke ayunan reyot yang tidak mau dimainkan anak-anak karena rantainya yang sudah mulai berkarat. Matanya lagi-lagi menyisir sekitar, menemukan beberapa keanehan yang sudah berlangsung beberapa minggu lamanya. 

Ia melihat orang-orang berpakaian aneh, serba putih seperti star trooper yang dilihatnya di film Star Wars. Ia ingin tertawa, namun tawa itu selalu berhenti ketika ia melihat senjata panjang yang ada di tangan mereka. Ia tidak suka itu, dan otak anak-anaknya lebih memilih pemandangan lain yang bisa dinikmatinya. Di ujung lapangan, ia melihat sepasang anak laki-laki, satu dengan rambut hitam pekat dan satu lagi dengan rambut pirang platinum, nyaris putih. Mereka kontras sekali, seperti anak anjing di rumah tetangganya, cukup untuk membuatnya terhibur dengan mudah. 

Katie tahu siapa kakak senior dengan rambut putih itu, dia kesukaan semua orang karena dia membantu semua orang. Namanya Augustus, seperti nama bulan, yang dimana merupakan keanehan karena ia ingat persis kalau ulang tahun Augustus ada di bulan Maret. Disamping Augustus, anak laki-laki kurus kecil yang bahkan tidak lebih tinggi darinya itu, punya nama yang aneh. Namanya seperti jenis burung yang ia baca di perpustakaan beberapa bulan yang lalu, Raven, seekor burung gagak. Ini masih lebih masuk akal dari nama Augustus, karena menurutnya, itu nama yang cocok untuk Raven dengan rambut hitamnya.

Lovers Of The Light [HIATUS]Where stories live. Discover now