.2. / geranium

2.9K 496 47
                                    


     geranium - floriography meaning (folly, stupidity)  

 Katie tidak mau membayangkan bagaimana hari-harinya berlangsung setelah ini.

Hanya butuh lima belas menit perjalanan pendek menuju tempat tinggalnya, dan lima belas menit itulah batasannya ada di sebuah ruang sempit bersama Raven Jeon. Karena selama lima belas menit, ia berusaha untuk tidak mengerenyit dan mencibir – tapi pemuda itu sama sekali tidak menyembunyikan ketidaksukaannya. Raven mendesis, mendengus, dan mengucapkan kata-kata yang tak pantas ia ucapkan. Katie berharap Jennie bisa memberinya sesuatu untuk membungkam mulut sialan itu, sederhana karena Raven Jeon pantas menerimanya.

"Apa kau sudah selesai dengan omongan sampahmu, Haywood?" Katie meringis. Ya, dia sudah selesai dengan omongan sampahnya, setidaknya sebelum ia kembali membuka mulutnya itu. Dorongan untuk mencakar pemuda itu sampai kulitnya lepas masih belum hilang, bernafas di sekitar pemuda itu rasanya seperti bernafas di ruangan penuh asam – mencekik. Namun Katie, merasa lebih waras dari Raven, tidak membiarkan dirinya terbawa emosi untuk yang kesekian kalinya. "Kau nampak tak waras–"

Raven Jeon tidak berharga untuk waktunya.

"– dan kau nampak menyedihkan, Jeon." Raven Jeon pantas mendengar itu, setidaknya – Katie berencana berhenti di kalimat itu, tapi mulutnya bekerja jauh lebih cepat daripada otak atau hatinya. "Lihat dirimu sekarang, kau tidak punya apa-apa. Dan tebak, kau juga bukan apa-apa. Kau terjebak disini, terpaksa menerima bantuan kami karena kau manusia yang gagal."

Raven mendecih.

"Jangan pancing amarahku, hama–"

"Atau apa?" Katie memotong dengan berani, jika pemuda itu berniat untuk mencelakainya dengan serius – tracker di lehernya akan segera mematikan seluruh saraf tubuhnya, dia mungkin akan cacat, seluruh tubuhnya tak akan bisa bergerak, atau lebih parahnya – mati. "Kau lebih baik belajar mencuci mulutmu dengan sabun, atau kau bisa tidur di kebunku di tengah udara seperti ini. Aku tidak masalah mengasuh tawanan yang terbujur kaku karena kedinginan, Jeon."

"Cukup." Jennie muncul di belakang mereka, mengendap-endap seperti seekor kucing – Katie nyaris melompat di tempatnya berdiri, ia mudah terkejut – sederhana karena ia selalu awas setiap saat. Namun Raven Jeon hanya menoleh kebelakang, menyadari keberadaan Jennie segera setelah gadis itu melangkahkan kaki menuju mereka. "Kalian sama-sama membutuhkan istirahat, aku yakin. Perdebatan seperti ini tidak dibutuhkan, biarpun aku tahu apa yang disampaikan Miss Haywood adalah sebuah poin yang harus kau patuhi, Jeon."

Jennie menatap tangan Raven yang sudah tak terbelenggu dan merasa lega karena pemuda itu tidak melakukan hal bodoh – belum, mungkin. Walaupun tak melakukan apapun yang bisa melukai Katie secara fisikal, Jennie bisa melihat dengan jelas ketidaknyamanan di gestur tubuh sang gadis. Tubuhnya rigid, dan ia bergerak seperti sebuah robot dalam daging manusia – Jennie merasa menyesal dengan keputusannya, tapi terus meyakinkan dirinya kalau ini adalah pilihan terbaik.

"Terima kasih, Jennie." Katie melangkah lebih dulu kedalam rumahnya yang kini sudah diberi pengawasan dan keamanan ekstra, dia punya deteksi password di kamarnya sendiri – dan ada belasan CCTV yang mungkin mengawasi mereka. Ia merasa kalau ia tak nyaman lagi disini, seperti seekor kelinci percobaan yang diawasi dalam ruangan 24/7. "Aku menyimpulkan kalau hal ini tidak boleh terdengar orang lain, benar begitu?"

"Benar, tentu saja. Tidak boleh ada yang tahu, bahkan Wendy dan Suga." Jennie melirik Raven yang akhirnya masuk dengan wajah merenggut, tidak tahu apa yang dipikirkan pemuda itu. Mengamati interior bukanlah sesuatu yang nampaknya bisa terpikir di otak berbahaya yang seringkali menyusun strategi pembunuhan. "Tolong simpan senjatamu di tempat yang dekat denganmu."

Lovers Of The Light [HIATUS]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora