.6. / everlasting

2.1K 389 80
                                    


everlasting - floriography meaning ( never ending memory, unfading remembrance)


Sudah delapan belas hari.

Kaki kecilnya segera melangkah menuju tempat kedua yang paling ia benci di seantero dunia. Ia tidak begitu suka keadaan di gedung federal, monoton, suram, dan sibuk – agak menyedihkan, mengingat hidupnya juga berfungsi tak lebih baik dari itu. Seperti biasanya, ia bahkan tidak punya pilihan untuk tidak datang ke tempat yang tidak ingin ia datangi. Setiap kali ia masuk kedalam tempat itu tanpa kesukarelaan, maka akan ada kabar buruk datang tak lama kemudian – Raven Jeon adalah bukti kongkritnya. Maka dari itu ia memilih untuk merelakan sedikit kebebasannya dan datang ketempat ini dengan sukarela.

Ketika ia sampai ketempat tujuannya, ia sudah mendapati wanita paling membosankan di dunia dengan pakaian formal yang juga membosankan, dengan lawan bicara yang berekspresi bosan di sofa abu-abu mahal berdesain yang juga membosankan. Katie menghela napas, mengabaikan tiga pasang mata yang segera menjadikannya fokus di ruangan itu, seakan-akan warna blazer putihnya lebih mencolok dari blazer Wendy walau ia yakin warnanya sama persis. Gadis itu memucat segera, mendapati dua teman-temannya di ruangan yang sama bersama Jennie.

"Kau terlambat."

Aku tahu, aku tidak butuh pernyataan darimu.

Katie ingin menjawab demikian dan memutar bola matanya dengan bosan, namun mengingat hidupnya yang berantakan ini bukan salah Jennie sama sekali, gadis itu mengurungkan niat dan menghembuskan napas yang sedari tadi ditahannya, duduk langsung disebelah gadis itu tanpa banyak bicara.

"Maaf." Katie menahan diri untuk tidak menggerutu atau menangis dan menjawab dengan santai. Ia harus memasak sarapan bergizi seimbang sebelum Raven Jeon bangun, memastikan porsinya pas untuk mereka berdua dan mengisi sepuluh menit harinya yang monoton dengan bermain Piano, satu-satunya hiburan yang bahkan tidak lagi terasa menghibur. "Aku lupa waktu."

Jennie mengerungkan keningnya sebelum mengangguk mengerti, tahu benar kalau alasan kesibukan Katie adalah, delapan puluh persennya, merupakan kesalahannya sendiri. Seberat apapun keputusan yang ia berikan untuk Katie, toh ia tetap menjalankan putusan itu, sederhana karena ia tahu Katie tidak punya pilihan lain. Kerungannya bertambah jelas ketika ia mendapati Wendy menatap Katie dengan pandangan yang simpatik, seakan-akan ada orang lain yang tahu kalau seekor singa dan seekor serigala tinggal di bawah atap yang sama.

"Baik, kalau begitu mari kita lanjutkan." Jennie kembali memfokuskan percakapannya dengan dua anggota federal lainnya, dan dalam pikirannya Katie Haywood juga perlu mendengar apa yang akan dilaporkan Wendy dan Suga. "Dia menembakmu dan bidikannya meleset. Dibanding jantungmu, benda itu malah tersangkut dilengan tanganmu."

"Kecuali, dia tidak pernah meleset. Ia dilatih selama nyaris seumur hidupnya untuk memakai pistol dan senapan." Suga yang mengabaikan keberadaannya, mendesis jengkel sementara Katie sibuk merutuk. Percakapan seperti ini bukan percakapan yang ia nikmati, membuatnya sakit kepala hingga matanya memburam. Ia tahu ia tidak bisa menghindarinya, maka dari itu ia meringis dan mencoba mendengarnya baik-baik – sofa tempatnya duduk mulai terasa panas, siapa yang sebenarnya mereka bicarakan? "Kalau ia diibaratkan racun, ia sudah dilabeli lethal."

"Kau berasumsi kalau ia sengaja melakukannya." Katie bisa melihat kilatan aneh di mata Jennie dan di mata Suga ketika mereka bertemu pandang, hal itu membuat Wendy sedikit tidak nyaman – wanita itu terus bergerak di tempat duduk dan menggit bibirnya dalam diam. Apapun yang ada di dalam pikiran Jennie dan Suga, jelas mereka berdua sama-sama mengerti. "Dan alasannya adalah?"

Lovers Of The Light [HIATUS]Where stories live. Discover now