.23. / iris

1.6K 365 137
                                    


iris - floriography meaning (promise of love, hope)


Sudah seratus tiga hari.

Untuk kesekian kalinya, Katie terbangun dengan rasa nyeri di salah satu sudut tubuhnya, terkadang ia merasakannya di sebelah kiri, dan terkadang ia merasakannya di sebelah kanan. Namun, seperti hari-hari sebelumnya pun, ia tidak pernah mengeluh – sederhana karena tidurnya selalu nyenyak. Katie menikmati kecupan sinar matahari yang datang pagi itu, menembus jendela dan langsung menerpa wajahnya, membuatnya enggan membuka mata. Kemudian, dengan terpaksa ia membuka matanya, melenguhkan nafas lega ketika ia menyadari kalau pemuda itu masih ada di sampingnya.

Raven Jeon membiarkannya datang dan pergi sesuka hati, tidak ada banyak pertanyaan atau pernyataan yang keluar dari mulutnya tiap kali ia masuk ke dalam ruangan itu. Pemuda itu hanya diam dan menatapnya dengan pandangan mengerti, membuka bukunya dan membiarkannya berbaring di sudut kosong ranjang, hanya untuk terbangun di pelukan satu sama lain keesokan harinya. Katie menatap wajah pulas sang pemuda, selalu seperti ini setiap kali ia membuka mata dan sadar kalau ada banyak perubahan diantara mereka.

Dengan pergerakan tentatif, ia mengangkat tangannya, menepis rambut-rambut tipis yang menutupi kening sang pemuda.

Dan seperti hari-hari sebelumnya, senyum pertamanya di hari itu mulai mengembang.

Fakta bahwa ia selalu mengecup pipi Raven sebelum ia beranjak dari ranjang pun masih membuat hatinya berdebar, berbunga-bunga seperti remaja belasan tahun yang baru mengenal cinta. Pikiran itu membuatnya malu dan terganggu, sontak membuatnya segera bergegas menjauh dari pulau kapuk kesayangannya. Gadis itu berjalan menuju jendela, membukanya lebar-lebar hanya untuk melihat tumpukan kertas di atas sofa, tumpukan kertas yang harusnya ia sadari sebelum pagi ini. Rasa penasaran yang selalu menemaninya pun mulai bereaksi, membuat kakinya yang masih gontai melangkah ke arah lembar-lembar kertas itu.

Katie menggigit bibirnya, merasa ragu karena ia rasa penasarannya berniat mengganggu privasi Raven. Ini bukan sesuatu yang baru, pikirnya. Ia masuk dan menerobos pintu kamar Raven hampir setiap malam tanpa mendengar protes apapun dari pemuda itu, tentunya melihat beberapa lembar kertas di kamarnya tidak akan membuatnya terganggu. Iya kan? Dengan buru-buru, diambilnya tumpukan kertas itu sebelum ia berubah pikiran, dan segera setelah ia melihat apa yang di atas kertas pertama, ia kembali menimbang-nimbang keputusannya. Memangnya ia pantas melihat gambar-gambar ini?

Gambar pertama menunjukkan dirinya, dengan wujud yang sama sekali tidak ia sukai. Raven menggambarnya sebagai mayat hidup, rigid dan kaku, dengan rambut yang menggumpal karena darah dan pakaian yang sobek di berbagai sisi – dengan cepat ia pun menukar gambar itu dengan gambar selanjutnya, tidak menyukai ide bahwa Raven mungkin menunggu-nunggu kapan ia akan berubah menjadi seperti itu. Katie mengerungkan keningnya, melihat ke arah ranjang dimana Raven Jeon masih tertidur pulas, ia akan selalu ada di sana – setiap hari. Sementara semakin hari virus di tubuhnya akan semakin bereaksi dan nantinya akan semakin kuat, kuat yang dimana artinya – ia bisa menulari seisi rumah ini dengan virus yang sama.

Ia menggigit bibirnya lagi, ia tidak punya banyak waktu.

Ia harus minta Jennie mencari orang lain untuk menjaga Raven.

Mengabaikan rasa sedih yang timbul sedikit demi sedikit, ia kembali melihat gambar selanjutnya – masih dirinya, beberapa lembar pertama masih menunjukan dirinya yang bukan dirinya, gambar-gambar yang segera diabaikannya juga. Di lembar ke lima, atau ke enam, ia tidak yakin – gambar-gambar itu mulai berubah. Goresan pensil Raven nampak lebih kasar dari yang sebelumnya, namun apa yang digambarnya terlihat lebih kuat, pemuda itu menggambarnya dengan banyak goresan luka di tubuh dan darah – ia ingat kapan Raven melihatnya seperti ini, walau ia tidak tahu kalau sorot matanya bisa nampak sekuat itu.

Lovers Of The Light [HIATUS]Where stories live. Discover now