.26. / allium

1.7K 318 75
                                    


allium - floriography meaning (unity, humility)


Sudah seratus dua puluh lima hari.

Katie tahu tidak seharusnya ia keluar rumah setelah keadaannya seperti sekarang ini. Ia berusaha mengabaikan kulitnya yang semakin lama semakin membiru, atau rambutnya yang semakin lama semakin memudar kilaunya, dan yang paling sulit diabaikan adalah tatap mata Raven yang masih enggan bicara dengannya. Pemuda itu tidak mengatakan apapun setelah hari itu, dan sedikit rasa pahit di bibirnya membuatnya yakin kalau ia menyesali apa yang dikatakannya pada Raven. 

Ia akan terlihat bodoh ketika semua orang di headquarter melihatnya memakai sweater di bawah terangnya cahaya matahari dan udara musim semi, tapi ia merasa tubuhnya menggigil tak karuan sejak tadi pagi. Ia tahu waktunya memang tinggal sebentar lagi, dua minggu, tiga minggu? Ia tidak berani menghitung, jadi ia memutuskan untuk keluar rumah untuk menyelesaikan semuanya. Ia masih harus bicara dengan Jennie tentang Raven, ia harus dipindah dari tempat itu segera. 

Dan demi tuhan, ia akan menuntut Jennie untuk keselamatan Raven kalau ia harus. 

Pagi ini ia berusaha keras untuk bangun dari kasur pagi ini dan membersihkan diri sampai ia pantas keluar rumah. Dengan perasaan ragu, melirik pintu kamar Raven yang kembali dihuni pemuda itu beberapa hari ini, membuat perasaan sadarnya muncul ke permukaan dan tiba-tiba saja, semuanya terasa seakan kembali seperti semula. Mereka terpisah dinding besar yang entah dari mana datangnya sekarang. Katie tidak suka ini, tapi ia tahu tidak ada gunanya perjuangkan opini dan berdebat karena ia toh tidak akan ada disini sebentar lagi. 

Ia bukan hanya tidak bicara dengan Raven, mereka bahkan tidak berdebat. 

Dengan rasa panik yang muncul bersamaan dengan adrenalin, Katie mengetuk pintu rumah Jennie, berharap ia bisa menyampaikan apa yang harus ia sampaikan pada Jennie tanpa keraguan sedikitpun. Keraguan pada dirinya akan menimbulkan ketidakyakinan dalam kalimatnya, dan dia ingin Jennie yakin dengan apa yang dipikirannya. Katie menggigit bibirnya, dan mengetuk pintunya sekali lagi, kali ini dengan urgensi yang sebenarnya tidak diperlukan. 

"Katie?" Ia tidak pernah merasa ingin menyerah seperti hari ini, ia menahan diri untuk tidak berbalik dan pergi, mengatakan pada Jennie kalau ini adalah kesalahan dan hanya kesalahan. Itulah isi kepalanya, namun hatinya berontak dan meminta tubuhnya untuk berdiri di depan rumah itu dengan tegap. Jennie menariknya masuk setelah ia melirik ke kiri dan ke kanan. "Apa yang kau lakukan disini? Kau harusnya ada dirumah."

"Beristirahat tidak akan memulihkanku, Jennie. Kau tahu kalau tidak ada yang bisa pulih sampai obatnya ditemukan." Katie tidak tahu darimana datangnya tenaga untuk bersikap berani dan tegas. Sedari awal pun ia tau Jennie tidak butuh keberanian palsu untuk menutupi kelemahannya, Jennie bisa dengan mudah membaca gerak-geriknya seperti buku yang terbuka lebar. Yang jelas, dia tahu mengapa ia ada disini.  "Kau juga tahu kalau aku tidak mau berada dirumah sekarang, kau yang paling tahu."

"Aku mau dia dipindahkan, dan aku mau kau melakukannya secepat mungkin." Katie mengatakannya dengan cepat, tanpa pikir panjang. Napasnya tercekat kembali, entah karena virus yang menggerogotinya, entah karena ia merasa gugup akan jawaban yang akan didengarnya sebentar lagi. Ia melirik Jennie dengan sepasang matanya yang lelah, ujung jemarinya menggenggam ujung jaketnya hingga kusut tak berbentuk, sekali lagi, pikirnya. Sekali lagi, ia harus menekankan keinginannya pada Jennie, lagipula inti perjalanan ini hanya satu. 

"Dia harus selamat." Ia mengucap dengan satu helaan napas yang terasa panjang.

Jennie memandangnya dengan tatapan prihatin, dan perlahan-lahan, Katie bisa melihatnya mengalah.

Lovers Of The Light [HIATUS]Where stories live. Discover now