.22. / lily

1.6K 331 74
                                    


lily - floriography meaning (purity of heart)


Sudah sembilan puluh delapan hari.

Raven Jeon tahu ia tidak bisa tertidur pulas beberapa hari ini. Untungnya, ia sudah terbiasa dengan fakta nomor satu itu, begitu juga dengan mimpi buruk yang seringkali datang tanpa diundang dan semaunya. Ia terenyuh selama sepersekian detik, menunggu kantuk yang berkabut hilang dari matanya dan nyawanya terkumpul sempurna. Ia mengerutkan keningnya, berusaha mengingat mimpinya semalam. Ia seringkali berusaha melupakan mimpi-mimpinya, tapi beberapa minggu ini, di hari-hari tertentu – ia sibuk mengingatnya baik-baik.

Haywood nampaknya tidak puas membuatnya gila, seringkali merasuk kedalam bunga tidurnya, sengaja maupun tidak sengaja – entah berkah atau petaka, Raven tidak benar-benar peduli. Ia tidak suka melihat bagian buruk dari mimpinya, ia tidak suka melihat Haywood dengan kulit pucat yang mulai membusuk, ia juga tidak suka melihatnya berlari kearahnya dan merentangkan tangan lebar-lebar, berselera makan tinggi dan berniat menjadikannya makan malam. Ia tidak tahu yang mana yang ia tidak suka, bagian Katherine Haywood yang menjadi mayat hidup, atau bagian dimana ia menjadi makanannya.

Mimpinya semalam jauh lebih – mudah ditoleransi dari mimpi-mimpi lainnya.

Raven bisa mengingat mata Haywood dengan jelas, lengkungan di ujung hidungnya, garis-garis tipis di permukaan bibirnya, rona keunguan dibawah matanya, begitu berbeda dengan rona merah muda di tulang pipinya. Ia berniat untuk bergegas, mencari pensil dan kertasnya di nakas ketika ia menyadari sesuatu. Dadanya terasa berat, dan dengan sekali lirikan saja – ia bisa mengenali gumpalan rambut pirang yang kini menutupi separuh wajahnya dengan sempurna. Ia menghembuskan napas gusar, berbagai macam pikiran dan pertanyaan tumpang tindih tanpa ampun di kepalanya.

Sialan.

Yang terjadi semalam bukanlah mimpi.

Ia menghitung dari satu sampai lima, dengan jarak yang cukup lama setiap angkanya.

✽ - ✽ - ✽

Raven Jeon ingat persis seberapa pucatnya kulit Katherine Haywood yang bersarang di mimpinya, begitu pula rambut kusutnya yang berantakan tidak beraturan – dengan tatapan kosong yang hanya bisa menatapnya dengan rasa lapar yang tak bisa dipuaskan dengan semangkuk nasi atau sepotong roti. Walau bagaimana pun, gadis dihadapannya berbeda seratus delapan puluh derajat dengan tubuh hidup tak bernyawa yang seringkali menghampiri bunga tidurnya. Haywood bergerak, bergeser menjauh seolah-olah ia menyadari bahwa bantal tidurnya sudah sadar dari istirahatnya.

Tubuh sang pemuda terasa semakin kaku seiring datangnya pergerakan dari sang putri tidur.

Katherine Haywood berbalik, dengan tatapan mata yang masih dipayungi kantuk, dengan bibir kering yang terbuka karena syok, dan dengan semburat merah yang ia sadari datang karena rasa panik jangka pendek. Untuk yang pertama kalinya, ketika mata mereka bertemu, jutaan atom di dalam hati mereka meledak, berusaha untuk keluar dari cangkangnya dan merangkak keluar dari tembok emosi yang mereka bangun tinggi-tinggi. Raven tak bicara, entah apa yang harus dikatakannya, entah yang mana yang harus dikatakannya. Katie pun begitu, entah apa yang ada di pikirannya, entah yang mana yang sebenarnya harus ia pikirkan.

"Apa yang kau lakukan?" Raven tak sengaja bersuara, melepaskan tutur kata tanya yang sedari tadi mengganggu pikiran dan isi hatinya. Sang gadis menggigit bibirnya, mencoba menyusun tutur katanya sendiri, menghindari tatap mata sang pemuda yang tanpa sadar menelaah – mencari jawaban dari ekspresi wajahnya yang tertutup rasa malu dan rambut kusamnya yang nampak kelabu. Raven teralihkan dengan mudah, bibir Katie membuatnya berpikir tentang apa yang mungkin mereka lakukan semalam, tentang apa yang ia lakukan secara tidak sadar.

Lovers Of The Light [HIATUS]Where stories live. Discover now