.13. / freesia

1.9K 362 139
                                    

freesia - floriography meaning (trust, friendship)

Sudah lima puluh hari.

Raven Jeon sama sekali tidak tahu kalau ia sudah menetap dan terkurung bersama Katherine Haywood selama itu, tidak juga ia peduli. Ia masih berbaring tak tersapa kantuk walau waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, dan untuk pertama kalinya di tempat ini, Raven merasa bosan dengan pensil dan tumpukan kertasnya – tidak mengherankan, mengingat itulah kegiatan yang selalu ia lakukan untuk mengisi waktu luangnya disini. Pemuda itu melirik salah satu kertas yang sudah digambar, memperlihatkan seekor burung gagak yang ada di dalam sangkar emas, gambar yang ia arsir untuk mendeskripsikan dirinya ditempat ini. Gambar itu belum selesai, sederhana karena ia belum menggambar Haywood.

Ia belum menemukan gambaran yang tepat untuk mendeskripsikan gadis itu.

Raven mengerang frustasi, menjauhkan rambutnya yang sudah memanjang dari kening dan matanya, mengganggu pengelihatannya.

Selama seminggu terakhir, ia menghindari Haywood untuk alasan yang benar-benar berbeda. Mereka terbiasa bertengkar, bertikai, dan mengucapkan kata-kata tak pantas untuk satu sama lain. Namun kecanggungan adalah sesuatu yang belum pernah terjadi di bawah atap ini, setidaknya diantara Raven Jeon dan Katherine Haywood. Gadis itu lebih diam dari biasanya, tidak banyak bicara dan bertanya, kesempatan itu hanya ada ketika mereka bertemu – empat puluh lima detik dalam dua puluh empat jam, ketika gadis itu sampai di rumah sementara ia membenahi alat-alat gambarnya untuk kembali kedalam kamar. Raven mengerutkan keningnya, ingin tahu apa yang ada di pikiran Haywood, ia ingin bertanya.

Tapi tidak, ia tidak akan melakukannya.

Urusan Haywood bukan urusannya.

Bicara dengan Haywood membuat mereka di posisi sekarang ini, canggung – bertengkar dan berdebat jauh lebih baik dari ini, setidaknya untuknya sendiri.

Kalimat itu sudah ia ulang berkali-kali di kepalanya, ia tidak mengerti apa yang membuatnya berpikir kembali tentang gadis itu. Mungkin karena suara dentingan pianonya yang tidak pernah berhenti setiap pagi, mungkin karena aroma masakannya yang menyeruak masuk ke dalam kamar, mungkin karena suaranya yang seringkali terdengar di luar, bergumam atau bersenandung tiada arti. Raven tidak bisa menghilangkan jejak Katherine Haywood, ia ada dimana-mana. Memotong sayuran di dapur, menulis laporan pekerjaannya di ruang baca, bermain piano di ruang tengah, dan mengeringkan rambutnya di kamar mandi.

Dengan keadaan setengah sadar, ia membuka laci di bawah meja nakasnya – sebuah pisau ada di sana. Kalau ia lebih memilih mati, ia bisa membunuh dirinya sendiri – namun ia seorang pemikir panjang, dan sekarang dengan pikiran yang lebih jernih, ia tahu mati bukan pilihan. Pisau itu bukan miliknya, mungkin milik Mark Lee – tapi persetan, Raven tidak benar-benar peduli dan mengambilnya dengan segera. Dengan perlahan duduk dari tidurnya, memperhatikan bayangannya di pantulan cermin, tepat di sebrang ranjang, mencari posisi yang tepat untuk memotong bagian depan rambutnya yang mengganggu.

Ia melihat bayangan Haywood lagi, kali ini duduk di sofa kamarnya dan memandangnya dengan tatapan apologetik, berniat meminta maaf pasca listrik sialan yang ada di bawah kulitnya.

Ia sudah benar-benar gila.

Raven bukan hanya bisa melihat bayangan Haywood, tapi ia juga tidak bisa menghentikan aroma bunga mawar yang memenuhi indra pernafasannya. Pengelihatan, pendengaran, penciuman – ia tidak bisa tidak merasakan Haywood ketika gadis itu ada dimana-mana. Sialan, Raven bergumam dibawah nafasnya, sekarang ia mulai mengingat tekstur kulit Haywood, tepat dibawah pori-pori kulit tangannya. Ia mengingat bagaimana keterkejutan menari-nari di mata Haywood saat ia menyentuh pinggang dan pergelangan tangannya di dapur sekitar dua minggu yang lalu, pergerakan impulsif yang ia lakukan dan tidak diperlukan.

Lovers Of The Light [HIATUS]Where stories live. Discover now