1 - Mantan Tapi Menikah

627K 31.9K 7.8K
                                    

💓 PART MASIH LENGKAP 💓

Capek-capek move on dari mantan,
Eh, ujung-ujungnya nikah.
_______________

Harusnya Ana tidak pernah menginjakkan kakinya di tempat ini. Harusnya Ana tidak melamar pekerjaan di perusahaan ini. Harusnya Ana tidak bertemu lagi dengan laki-laki ini. Begitu seharusnya.

Mata Ana menyorot tajam. Sosok tampan di depannya terlihat serius meneliti CV milik Ana. Dan sialnya harus Ana akui laki-laki itu sangat tampan dengan stelan jas ala pria kantoran. Berkarisma dengan aura yang sangat kuat. Membuat wanita manapun rela melemparkan diri padanya secara cuma-cuma.

"Diana Aqilah," suara laki-laki itu mengalun indah di telinga Ana. Mengusik hati Ana dengan tidak karuan.

"Usia 27 tahun," laki-laki itu lembaca lembaran kertas yang dibalut map berwarna biru.

Ana harap-harap cemas. Debaran jantung Ana menandakan betapa gugup ia saat ini. Ekspresi wajah si lelaki menjadi pusat perhatian Ana untuk menerka apa yang sedang dipikirkan laki-laki tampan itu.

"Status," laki-laki itu mengantung kalimat.

Seluruh saraf motorik Ana berhenti bekerja. Kembali, ia coba menerka apa yang akan dikatakan bosnya. Oke, maksud Ana calon bosnya jika ia diterima bekerja sebagai sekretsris di perusahaan ini.

Perkenalkan terlebih dahulu, Diana Aqilah atau yang lebih akrab di sapa Ana. Perempuan berusia 27 tahun. Lulusan S1 Manajemen. Menganggur sejak tiga bulan yang lalu. Sebelumnya Ana bekerja di salah satu perusahaan makanan menjadi staf bagian pemasaran. Penasaran kenapa Ana mengundurkan diri? Tahan dulu, akan Ana beritahu.

Seperti wanita pada umumnya. Ana punya harga diri yang setinggi langit. Bagi Ana harga diri adalah harga mati yang harus tetap dipertahankan. Itu prinsip hidup Ana. Berani menyenggol hargi dirinya? Bacok!

Karena alasan harga diri yang diusik, Ana mengundurkan diri dari tempat lamanya mencari makan. Kepala bagian pemasaran tempat Ana bekerja dulu melontarkan kata-kata pahit pada Ana hanya karena ia terlambat memberikan laporan. Oke, Ana akui ia sangat terlambat menyelesaikan laporan bulanan. Hampir satu minggu lebih. Ana terlalu santai dalam hidup.

Mantan bosnya dulu yang super buncit dan kepala botak itu mengatai Ana perempuan centil yang hanya bermodalkan wajah. Sekali ditekankan, perempuan centil. Perempuan tidak tahu diri yang  harusnya berada di atas ranjang hotel saja, kata si botak kala itu. Dan Ana tidak terima.

Ya, Ana memang sedikit pecicilan! Masalah buat lo?!

"Status, lajang," suara calon bos baru Ana membuyarkan lamunannya tentang bos botak yang tidak ada bagus-bagusnya itu.

"I-iya." Sial, suara Ana  terdengar bergetar.

Si bos angguk-angguk. Dia lirik Ana. Membuat Ana jadi salah tingkah. Mata mereka saling bertemu.

"Boleh saya tahu apa motivasi kamu melamar di perusahaan ini?" tanyanya.

Karena gue pengangguran, makanya gue datang ke sini, dumel Ana dalam hati.

"Karena saya rasa ini kesempatan saya untuk melebarkan karir ke dalam perusahaan yang lebih baik dari tempat saya bekerja sebelumnya. Lowongan yang dibuka juga sangat sesuai dengan keahlian saya. Sebelumnya saya pernah dua tahun menjadi sekretaris, lima bulan bekerja di bagian pemasaran, dan saya juga pernah bekerja di perusahaan --"

"Tidak perlu Anda sebutkan! Saya tahu semua itu," potong si tampan, eh maksudnya si calon bos baru.

"Sekretaris saya yang lama mengundurkan diri dengan alasan ingin fokus pada kehidupan rumah tangganya. Saya sudah bekerja dengannya sejak awal saya merintis usaha ini. Kami tim yang solit sebagai bos dan juga sekretaris. Saya ragu Anda dapat melakukan hal yang sama."

Mantan tapi MenikahWhere stories live. Discover now