37 - Mantan Tapi Menikah

187K 17.4K 2.3K
                                    

Saka termenung di antara kebahagiaan keluarganya. Mereka semua tertawa di antara kebingungan Saka. Malam ini keluarga Maria datang berkunjung untuk membicarakan pernikahan.

"Dua bulan dari sekarang saja," usul Ibu Saka.

"Jangan, jangan. Itu terlalu cepat. Saya mau semuanya dipersiapkan dengan matang," sanggah Ayah Maria.

"Betul! Inikan pesta anak saya satu-satunya. Jadi harus dilangsungkan dengan meriah dan persiapan yang matang," Ayah Saka setuju dengan pendapat dari pihak keluarga Maria.

Saka menghela napas, dia meraih cangkir kopi miliknya. Dia sesap pelan, pahit sekali rasanya.

"Saya setuju. Bagaimana baiknya saja," ungkap Ibu Maria.

"Julia mana, Ma?" tanya Maria. Selepas dari kegiatan keartisannya Maria tidak pulang ke rumah, ia langsung menuju kediaman keluarga Saka. Dan sepanjang matanya melihat tidak terlihat sang adik perempuan.

"Kata Julia tadi dia mau ke rumah tunangannya. Nggak tahu deh. Itu anak galau beberapa hari ini. Lagi berantem mungkin," kata Barra, kakak laki-laki Maria satu-satunya.

Maria memiliki dua saudara kandung, dia anak kedua. Yang paling besar Barra Dominique yang juga berprofesi sama seperti Maria, seorang aktor. Sementara si bungsu bernama Julia Dominique, si bungsu yang satu ini tidak jelas profesinya. Yang Julia tahu hanya menempeli sang tunangan.

Ketiga bersaudara ini memiliki wajah bule yang diwarisi dari sang ayah yang keturunan Belanda. Sementara Ibu Maria sendiri keturunan sunda yang sudah tidak diragukan lagi parasnya. Isi keluarga Maria visual kelas tinggi semua.

"Saka, menurut kamu kapan waktu yang pas untuk pernikahan kita?" tanya Maria.

Saka yang merasa namanya dipanggil mengangkat wajah. "Terserah saja," jawabnya tanpa senyuman.

Ibu Saka menyambut dengan tawa hambar, "dasar! Anak ini kaku sekali."

Ibu Saka coba menutupi tingkah anaknya.

"Jangan pedulikan pendapat saya. Lakukan saja apa yang menurut kalian baik," Saka menatap Maria dan ibunya bergantian. Lalu ia tersenyum mengejek.

Maria mengangkat satu alisnya, dia merasa tersindir. "Pasti! Aku dan semua keluarga bakal lakukan yang terbaik."

Saka bergumam tidak jelas. Mata Saka melirik pada ponsel yang terletak di atas meja ruang tamu, Saka menantikan balasan pesan dari seseorang.

"Niat baik jangan ditunda-tunda. Saran dari aku lebih baik bulan depan aja," tandas Maria dengan senyuman tanpa beban.

Saka menarik satu ujung bibirnya menciptakan senyuman sinis mendengar kata-kata Maria.

"Saya juga sependapat dengan Maria," Ibu Saka jelas sangat setuju.

Kepala Saka berdenyut tidak karuan. Semua orang ini sangat pandai merancang tentang kehidupannya. Lucu sekali.

"Bagaimana, Nak Saka?" tanya Ayah Maria.

"Kita juga butuh pendapat Saka. Gimana bro, lo setuju?" Barra -kakak tertua Maria- bertanya.

Saka melirik ibunya yang menatap penuh harap. Dia bisa saja mengatakan tidak, tapi bagaimana dengan ibunya yang hanya ada satu di muka bumi ini?

"Aku ikut keputusan Mama," jawab Saka tenang.

"Yang mau nikah bukan nyokap lo, tapi lo sendiri," debat Barra.

"Kalau lo tanya jawaban gue, gue nggak mau nikah."

Andai kalimat itu benar-benar keluar dari bibir Saka.

Mantan tapi MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang