12 - Mantan Tapi Menikah

204K 18.3K 1.6K
                                    

Capek-capek move on dari mantan
Eh, ujung-ujungnya nikah.
___________________

Masih sama seperti kemarin, matahari terbit di timur. Langit masih tampak berwarna biru. Setelah hari selasa adalah hari rabu. Dan gedung perusahaan Saka masih tujuh lantai. Semua masih sama dan berjalan sebagaimana mestinya, namun entah mengapa Ana merasa berbeda dua hari belakangan ini.

Oh ayolah, dua hari ini Saka tidak masuk kantor karena sakit. Tolong yakinkan Ana bahwa bukan hal ini yang membuat harinya terasa berbeda.

"Na, Pak Saka belum masuk?" tanya Rio, si karyawan dari divisi pemasaran yang sebentar lagi akan dipromosikan menjadi kepala divisi.

"Belum," jawab Ana seadanya.

"Gue butuh tanda tangan si bos, nih."

Tanda tangan? batin Ana, senyuman tiba-tiba mengembang lebar di
bibirnya.

"Apa perlu banget tanda tangannya si bos? Kalau memang perlu titip ke gue aja. Nanti pas makan siang gue bakal ke apartemen si bos untuk minta tanda tangan dia," cercah Ana dengan mata penuh keyakinan.

"Nggak harus hari ini, sih," gumam Rio.

"Harus hari ini. Nanti gue bakal minta tanda tangannya si bos ke apartemen doi!" Ana ngotot.

Rio balas menatap Ana dengan pandangan kok maksa?

"Modus ya lo biar bisa ke apartemen si bos?" tuding Rio.

"Enak aja! Ini namanya dedikasi kerja. Nggak ada niat terselubung sama sekali," elak Ana. Ya, dia ingin ke apartemen Saka karena memang kepentingan pekerjaan. Bukan ingin melihat wajah menyebalkan Saka, bukan.

"Jangan sampai jatuh hati sama bos besar. Saingan lo sekelas Maria Dominique," Rio mengingatkan.

Peringatan keras dari Rio sukses menghempas harga diri Ana. Baiklah, baik, tidak perlu diingatkan bahwa Ana ini hanya kentang. Dia sadar diri.

"Mending lo sama gue aja. Kemarin lo sendiri yang bilang kalau lo nggak punya kriteria tinggi soal pasangan hidup." Rio memainkan alis dengan gerakan jenaka.

Ana mendelik, "berisik! Mana berkas yang perlu gue bawa nanti?"

"Ini kontrak pembaharuan dengan  stasiun TV mengenai iklan," Rio mengangsur sebuah map pada Ana. Dengan riang gembira Ana menerina map tersebut dengan senyuman yang terlampau lebar.

Saat jam makan siang Ana hanya mengganjal perut dengan roti. Selepas itu, ia membawa motor matic miliknya membela jalanan ibu kota menuju apartemen Saka. Jalanan cukup padat siang ini, ribuan kendaraan memadati jalan. Setengah jam lebih Ana habiskan menuju apartemen Saka.

Jantung Ana berdebar gugup kala berdiri di depan unit milik Saka. Sebelumnya dia telah mengabari laki-laki itu akan datang berkunjung. Namun pesan Ana hanya dibaca begitu saja, tanpa mendapat balasan.

"Sekretarisnya Saka?" suara perempuan terdengar saat pintu dibuka, sosok Maria berdiri dengan cantik di depan Ana.

Ana tersenyum ragu, tidak menyangka bahwa Maria yang akan membukakan pintu. "Si-siang, Bu," sapanya.

"Ayo, masuk. Jangan panggil saya ibu, panggil saja Maria." Maria memersilakan Ana untuk masuk.

Ana melangkahkan kaki memasuki unit apartemen Saka yang ia kunjungi untuk kedua kalinya. Kira-kira sudah seberapa sering Maria mendatangi apartemen Saka? Oh, jelas sering! Mereka pasangan kekasih.

"Ka, sekeretaris kamu datang. Lho, kenapa buburnya belum habis? Aku kan udah bilang supaya dihabiskan, setelah itu kamu minum obat biar cepat sembuh. Ngeyel banget deh dibilangin," Maria mengomel. Dia mengambil tempat duduk di sofa panjang, tepat di sisi Saka.

Mantan tapi MenikahWhere stories live. Discover now