49 - Mantan Tapi Menikah

152K 14.7K 3K
                                    

Kenapa sangat sulit untuk meraih kebahagian yang utuh? Saka hanya ingin hidup bahagia bersama Ana, seperti menikah misalnya. Tapi pada kenyatannya Ana harus segera kembali ke Singapura. Jadwal cuti Ana hanya tiga hari.

Saka telah menawarkan uangnya membayar pinalty untuk kontrak kerja agar Ana tidak perlu kembali ke Singapura. Namun dengan tegas Ana menolak dan memilih melanjutkan kontrak kerjanya yang sisa enam bulan ke depan.

LDR selama enam bulan ke depan. Hmm terdengar tidak buruk, atau mungkin sangat buruk.

"Ana, kamu yakin mau pergi?" tanya Saka untuk kesekian kali.

Jadwal penerbangan Ana sekitar satu jam lagi, mungkin saja selama rentang waktu itu Ana mau berubah pikiran.

"Aku masih ada sisa kontrak enam bulan lagi. Jangan ragu Saka, aku udah janji sama kamu buat lebih setia," Ana meminta pengertian.

Masalah bagi Saka bukan itu, tapi rindu.

"Kalau Tante Leni punya niat untuk menjodohkan kamu selama 6 bulan ke depan. Bilang sama Tante Leni kalau sekarang aku sudah setia," ungkap Ana polos.

Tawa Saka mengalir renyah.

"Bilang sama Tante Leni sekarang aku udah bisa masak," lanjut Ana.

Saka mengangguk, ia akan mengatakan itu nanti pada ibunya.

"Bilang sama Tante Leni kamu udah lamar aku. Ini buktinya." Ana tunjukkan cincin yang melingkar di jari manisnya.

"Kamu harus sabar menghadapi mama, dia butuh waktu. Akhir bulan ini apa kamu bisa pulang? Saya mau ketemu orangtua kamu."

"Saya? Saya? Coba satu kali aja saya-nya pake ng dong. Kamu kaku banget, heran aku," dumel Ana.

"Sayang!" kata Saka dengan cepat. Dalam satu tarikan napas. Dan terjadi hanya seperkian detik saja.

Mendadak otak Ana blank. Yang di depannya ini benar Saka? Lihat, bahkan pipi laki-laki itu memerah.

Saka alihkan pandangannya dari mata Ana, mendadak tenggorakan Saka terasa gatal. Kata menggelikan apa yang baru saja ia ucapkan? Memalukan sekali.

"Saya harus segera pergi, siang ini saya ada rapat." Saka berdiri terburu-buru. Malu bukan kepalang dirinya. Kabur adalah jalan yang terbaik.

"Tadi kamu bilang nggak sibuk." Ana bingung, kenapa tiba-tiba sekali?

"Hati-hati di jalan. Kalau ada waktu luang saya akan menyusul ke Singapur. Dan usahakan akhir bulan ini kamu kosongkan waktu," jelas Saka.

Ana mengangguk. Sebelum Saka benar-benar pergi, Ana raih tangan laki-laki itu. Ana genggam lembut. Diam-diam Ana berdoa untuk hubungan mereka. Memohon pada Tuhan agar mereka berjodoh.

Ana mendongak, dia tatap Saka yang berdiri di hadapannya dengan dalam.

"Bilang amin," suruh Ana.

Saka bingung. "Buat apa?"

"Bilang amin," ulang Ana.

Suara Saka tidak terdengar.

"Ih, disuruh bilang amin aja susah banget! Aku baru berdoa semoga kita jodoh."

Tanpa sadar Saka menarik kedua sudut bibirnya untuk tersenyum. Aamiin, katanya dalam hati.

*****

"Tebak saya ada di mana?"

Ana memasang wajah berpikir. "Di mana memangnya?"

"Di rumah orangtua kamu."

Senyuman Ana mengembang lebar. Udara Singapura pagi ini terasa cukup dingin. Namun mendengar suara Saka melalui sambungan telepon membuat hati Ana menghangat. Terhitung sudah hampir dua minggu mereka hubungan jarak jauh.

"Kamu ngapain ke rumah?"

"Mau minta kamu dengan cara baik-baik ke om dan tante."

Saka yang sekarang jauh lebih manis dari jaman kuliah dulu. Walau kaku, tapi laki-laki itu mau berbalas pesan dengan Ana untuk membahas hal nyeleneh.

Atau Saka dengan senang hati mau mengirimkan foto selfie dirinya untuk mengobati rindu Ana.

Atau Saka yang coba mengatakan sesuatu yang romantis sekalipun ujung-ujungnya laki-laki itu malu sendiri.

Seandainya sejak awal sikap Saka semanis dan sebaik ini mungkin hubungan mereka akan baik-baik saja. Ana akan merasa sangat dihargai dan ingin dimiliki.

"Kamu datang sama siapa ke rumah?"

Atmosfir yang semula terasa hangat berubah dingin. Sampai saat ini hati Ibu Saka masih sekeras batu.

"Sendiri," sahut Saka pelan.

"Tante Leni tahu kamu ke rumah orangtua aku?"

Saka diam, Ana artikan itu sebagai tidak.

"Pasti kamu belum bilang sama Tante Leni kalau aku udah bisa masak makanya sampai sekarang kita belum diretui," Ana coba membangun suasana baik.

Saka terkekeh.

"Kamu nggak kena omel Mama di sana?" tanya Ana. Soalnya Ibu Ana ini tipe orang yang super cerewet. Ana takut Saka tidak nyaman.

"Saya disambut baik di sini. Nggak pakai pisau. Apalagi golok."

Saka balas bercanda, walau hatinya masih terasa kurang. Bagaimanapun restu dari ibunya adalah pelengkap semua ini.

"Iya, aku yakin kamu disambut baik. Anak mereka kan kamu, bukan aku," cibir Ana dengan nada bercanda.

"Akhir bulan usahakan pulang ke Indo. Kita bahas semua lebih matang lagi."

"Aku usahakan. Kamu nggak jadi datang ke Singapur?" singgung Ana soal janji Saka.

"Nggak. Tiket pesawat mahal, saya mau kumpulkan modal nikah."

Tawa Ana pecah. Pembicaraan dengan Saka pagi ini sangat mendebarkan. Membuat Ana bahagia sekalipun langit Singapura mendung.

"Sudah dulu. Saya mau cari perhatian dulu sama calon mertua, saya mau bantu-bantu beliau bersihkan halaman depan."

Lagi-lagi Ana tertawa lepas, sudut matanya sampai berair. Dengan tidak rela Ana mengakhiri panggilan teleponnya dengan Saka.

Kaki Ana melangkah keluar dari kamar menuju dapur, tenggorokannya haus. Saat di ruang tamu yang terhubung langsung dengan dapur langkah Ana berhenti. Matanya menatap redup pada sosok tegap yang tertidur pulas di karpet bulu depan TV yang ada di ruang tamu.

Ana menghela napas, ia kembali masuk ke dalam kamar untuk mengambil selimut. Ana lebarkan selimut pink miliknya disepanjang tubuh Bayu.

Ya, sama seperti rutinitas weekend yang sudah-sudah semenjak Ana di Singapura. Hari weekend Ana akan selalu direcoki Bayu. Seperti apapun Ana memperlakukannya, Bayu selalu pulang pada Ana.

Tbc

Yang mau gabung grup chat MTM di WA boleh DM aku 😉

Jangan protes part ini pendek 😊 versi wattpad nya memang segini.

Aku mau kodein jangan lupa nabung iyes 😉😉😉

Tapi tenang aja aku selalu usahain yg terbaik untuk versi wattpadnya. Supaya gk ada yg kecewa 😊😊

Spam next di sini 👉

Spam emot 👉

Yang kangen Saka coba angkat tangan dulu ✋✋

🔴 Awas ada typo 🔴

Mantan tapi MenikahWhere stories live. Discover now