9 - Mantan Tapi Menikah

203K 19.9K 907
                                    

Capek-capek move on dari mantan
Eh, ujung-ujungnya nikah.
______________________

Telepon yang berada di sisi meja kerja bagian kiri Ana berdering. Sudah pasti itu panggilan masuk dari Saka. Jujur saja, Ana tidak ingin menjawab panggilan tersebut. Ana tidak punya keberanian lagi untuk berhadapan dengan Saka setelah laki-laki itu mendengar Ana mengatai mantan mirip monyet.

Mulut Ana memang tidak tahu kondisi. Lain kali Ana harus mengontrol mulut sialannya ini agar tidak bicara sembarangan. Terlalu lama berangan-angan membuat dering telepon berhenti, namun dua detik berikutnya kembali berdering.

"Saya, Pak," Ana akhirnya meraih gagang telepon.

"Ah, tidak, Pak. Saya berada di meja sejak tadi, tapi saya tidak mendengar ada dering telepon," alasan terkonyol. Memangnya seberapa luas meja Ana sampai dering telepon saja ia tidak dapat mendengar.

"Pak Saka, sakit?" suara Ana tidak terdengar seperti orang yang khawatir, bukan?

"Baik-baik. Saya akan segera ke apotek untuk membeli obat sakit kepala. Dan rapat sore ini dengan tim marketing juga akan dibatalkan dan saya jadwalkan ulang." Ana menutup sambungan telepon tersebut.

"Orang julid ternyata bisa sakit juga," cibir Ana sambil menatap pintu ruangan Saka, seolah dia sedang bicara dengan orangnya langsung.

Ana bergegas menuju apotek terdekat. Jaraknya tidak begitu jauh dari kantor, Ana hanya perlu berjalan selama lima menit lebih. Beruntung cuaca sedang tidak begitu terik hari ini, Ana tidak perlu khawatir kulitnya akan terbakar.

Dan sebelumnya Ana telah minta salah satu OB untuk membelikan rempah-rempah. Ana bermaksud ingin membuatkan Saka bandrek, jamu tradisional yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh.

Bukan maksud Ana ingin perhatian pada Saka. Ini hanya bagian dari loyalitasnya pada bos sendiri. Ana tidak ingin Saka sakit dan kinerja perusahaan memburuk, bukankah itu akan berimbas pada isi kantong Ana nantinya?

"Permisi, Pak," sapa Ana begitu sampai di depan pintu ruangan Saka. Ia mengedarkan pandangan dan tidak melihat Saka duduk di kursi kebesaran laki-laki itu.

"Pak Saka," panggil Ana seraya memasuki ruangan lebih dalam lagi. Langkah Ana memelan ketika mendapati Saka berbaring di sofa panjang berbentuk hampir menyerupai setengah lingkaran.

Ana tertengun sejenak memerhatikan wajah Saka yang tampak damai. Bibir laki-laki itu terlihat pucat, dan gurat wajahnya menggambarkan keletihan.

"Pak Saka," panggil Ana sekali lagi.

Mata Saka mengerjab pelan, saat kedua bola mata itu terbuka hal pertama yang Saka dapati adalah wajah cantik Ana. Bukannya terpanah, Saka justru mendesah jengah.

"Ini obatnya, Pak," kata Ana.

"Letakkan saja di atas meja!"

Saat sakit masih saja judes! dumel Ana. Kemudian meletakkan plastik obat tersebut di atas meja kaca sesuai perintah Saka.

"Saya tadi minta OB membelikan rempah-rempah untuk membuat jamu tradional. Saya akan buatkan bandrek untuk Bapak. Tenang saja, jamu ini aman dan tidak memiliki efek samping. Fungsinya untuk meningkatkan daya tahan tubuh," terang Ana sambil memperlihatkan kantongan yang diberikan OB padanya. Plastik itu berisi rempah-rempah.

"Saya tidak butuh," ujar Saka dingin, walau sedang lemah mulut pedasnya tidak ikut melemah juga.

"Pak Saka--"

"Bersikaplah layaknya sekretaris. Lakukan apa yang saya perintahkan saja! Saya tidak butuh Anda lebih dari itu," suara Saka memang pelan, namun menusuk tepat di relung hati Ana.

Mantan tapi MenikahWhere stories live. Discover now