25 - Mantan tapi Menikah

184K 16.1K 1.3K
                                    

"Makasih buat tumpangannya," Ana berujar dengan nada santai, atau lebih tepatnya mencoba santai.

Sudah dua hari lebih Ana berangkat dan pulang bekerja dengan mobil Saka. Gosip di lingkungan kantor mulai beredar, beruntung Ana bisa halau dengan mengatakan bahwa kini ia dan Saka tinggal di gedung apartemen yang sama. Dan memang begitu adanya, bukan?

Sore ini Ana juga pulang dari kantor bersama Saka. Tidak ada hal berarti yang terjadi, kecuali detak jantung Ana yang akhir-akhir ini berubah tidak menentu ketika dalam radius yang dekat dengan Saka.

"Tunggu dulu."

Suara Saka menghentikan langkah Ana.

"Kenapa?" tanya Ana seraya menoleh.

Saka berdehem. "Mungkin Anda ingin mampir sebentar di unit saya?"

Ini ajakan yang terdengar ambigu. Untuk apa Ana mampir?

"Saya lapar," jelasnya singkat, membuat Ana langsung mengangguk paham.

Otak Ana mengatakan untuk menolak tawaran Saka, namun berbanding terbalik dengan gerak tubuhnya. Ana justru berjalan kembali ke arah Saka.

"Gue bukan orang yang pandai banget masak," Ana memberi peringatan.

"Saya tahu itu sejak lama," sahut Saka tanpa beban.

Saka membukakan pintu apartemennya untuk Ana. Suasana di salam apartemen Saka jauh berbeda dengan milik Ana. Unit Saka terasa sangat formal dengan perpaduan warna-warna gelap di dalamnya.

Suasana ini tidak jauh berbeda dengan apartemen Saka yang lama. Bedanya hanya pada ukuran saja.

"Lo mau dimasakkan apa?" tanya Ana.

"Terserah." Saka mengganti sepatunya dengan sendal rumah.

Ana terpanah, sendal yang Saka gunakan adalah sendal pink pemberiannya. Mati-matian Ana berusaha menahan tawa.

"Ada yang aneh?!" tanya Saka.

"Lo manis banget," Ana mendepak pelan bahu Saka. "Di mana dapurnya?"

"Di sana," tunjuk Saka ke arah utara. Ana melihat dapur minimalis dengan pantry kecil.

Ana berjalan menuju dapur Saka. Pertama-tama Ana letakkan tas tangannya di atas pantry. Kemudian dia buka kulkas dan menemukan bahan masakan seadanya. Tipe laki-laki lajang sekali, Ana seperti melihat dirinya di sini dalam versi pria.

Saka lajang dan gue juga lajang.Cocok dong, kekeh Ana dalam hati sebelum ingatannya terusik oleh Maria.

Ah, sudahlah.

"Sebaik lo bersih-bersih selama gue masak. Oh iya, wajannya di mana?" tanya Ana. Dia berniat membuat nasi goreng saja agar mudah.

"Nggak ada."

Sontak saja  Ana menoleh pada Saka yang kini duduk di salah kursi yang ada di pantry. "Nggak ada gimana?"

"Lupa beli yang baru," jawab Saka sekenanya.

"Terus gue masak pake apa? Pake doa?" Ana sewot.

"Kita pesan makanan dari luar aja," jawab Saka enteng dengan ekspresi datar andalannya.

Urat leher Ana terasa tegang. "Terus kenapa lo suruh gue datang kalau mau pesan makanan dari luar? Lo modus, kan?!" tuding Ana.

Saka diam tidak menyahut.

"Lo masih suka sama gue?" pertanyaan ini sudah dua kali Ana lontarkan pada Saka. Yang pertama tidak mendapat jawaban.

Hari ini Ana tidak akan membiarkan Saka lolos. Ana ingin tahu seperti apa sebenarnya isi hati Saka saat ini. Sikap laki-laki itu sangat membingungkan, Ana merasa seperti ditarik-ulur tanpa kejelasan.

Mantan tapi MenikahWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu