11 - Mantan Tapi Menikah

208K 18.9K 716
                                    

Capek-capek move on dari mantan,
Eh, ujung-ujungnya nikah.
______________________

"Pukul sebelas nanti Bapak ada rapat dengan tim marketing yang dua hari lalu dibatalkan," Ana membaca sambil men-scroll tablet canggih yang sedang digelutinya. Menjelaskan secara singkat poin-poin penting pada Saka.

Saka berdehem. Kemudian dia berujar pelan, "ya."

Tidak seperti hari-hari kemarin Saka selalu tampil prima, hari ini Saka terlihat pucat dengan mata sayu. Bahkan tadi suara laki-laki itu terdengar serak. Kesehatan Saka sejak dua hari terakhir semakin memburuk, ternyata bandrek yang Ana buatkan sama sekali tidak membantu.

"Apa Bapak butuh sesuatu?" tanya Ana ragu. Sejujurnya mulut Ana ingin menyampaikan bahwa Pak Saka yang terhormat, Anda butuh istirahat.

Walau tampan tetapi tetap saja saat pucat seperti sekarang wajah Saka sangat tidak enak dipandang. Libur satu atau dua hari dari rutunitas seorang CEO tidak akan membuat Saka bangkrut. Hei, bukankah kesehatan adalah segalanya?

"Tolong minta resep baru dari apotek tempat Anda membeli obat kemarin. Obat yang kemarin diresepkan apotek itu tidak membantu sedikitpun," ungkap Saka dingin.

Gimana obatnya bisa bekerja kalau tidak dibarengi dengan istrahat yang cukup? Lo itu nggak butuh obat, tapi butuh istirahat dan istri, dumel Ana dalam hati.

"Baik, Pak!" Ana mengangguk patuh, matanya masih mengawasi gerak-gerik Saka.

Saka terlihat bangun dari kursi kebesarannya. Sejenak Saka mengurut belakang lehernya sendiri, dengan sebelah tangan lagi berpegang pada ujung meja. Ah, Saka merasa kepalanya semakin berat, seluruh sendi tubuh Saka terasa nyeri. Beberapa hari ini Saka juga kehilangan selera makan dan susah tidur.

"Pak Saka, butuh sesuatu?" Lagi-lagi Ana memberi pertanyaan tersirat yang seharusnya Pak Saka, lo butuh istirahat!

"Tidak," sahut Saka sambil mengambil langkah menuju lemari berkas yang terletak di sudut kanan ruangan. Saka memilih ordner file yang ia perlukan. Laki-laki itu menarik satu ordner file dari barisan berkas-berkas tersebut, sayangnya ordner files yang lain ikut tertarik dan jatuh berantahkan di bawa kaki Saka. Kepala Saka semakin berdenyut, ia berpegang pada pinggir lemari berkas agar tidak ikut terjatuh juga.

"Pak Saka," Ana meletakkan tabletnya. Bergerak cepat menghampiri Saka yang tampak lemah. Tanpa izin, Ana meraih bahu Saka agar dapat menjaga keseimbangan laki-laki itu.

"Mari saya bantu, Pak," Ana menuntun Saka menuju sofa.

Saka mengelek, coba melepaskan rangkulan Ana. "Saya bisa sendiri."

Ana berdecak, disaat lemah seperti sekarang ego laki-laki ini masih saja tinggi. "Jangan keras kepala!"

Dengan pasrah Saka membiarkan Ana merangkulnya, membawa tubuhnya menuju sofa. Ini perasaan Saka saja atau bagaimana, ekspresi wajah Ana terlihat sangat khawatir. Dari jarak sedekat ini Saka dapat menghirup aroma parfum Ana yang menenangkan, parfum yang Ana gunakan berbeda dengan wangi yang perempuan itu gunakan saat jaman kuliah. Wanginya kini lebih berkelas.

"Hati-hati," Ana membantu Saka untuk duduk di sofa single.

"Saya ini tidak enak badan, bukan lumpuh!" Saka menarik diri dari Ana sebelum menghempaskan diri di sofa.

Mantan tapi MenikahWhere stories live. Discover now