3 - Mantan Tapi Menikah

248K 22.4K 873
                                    

💓 PART MASIH LENGKAP 💓

Capek-capek move on dari mantan,
Eh, ujung-ujungnya nikah.
______________

Selepas lulus S1 Saka memulai bisnis yang bergerak di bidang properti. Kala itu Saka baru berusia dua puluh dua tahun, masih sangat muda. Memulai ini semua bukan hal mudah. Mulanya Saka membuka kantor di sebuah ruko berlantai satu. Saka hanya punya lima karyawan saat itu.

Untuk urusan modal Saka tidak begitu ambil pusing. Dia punya warisan, tabungan dan jaman sekarang sangat mudah mendapat pinjaman dari bank. Saka masih sangat ingat proyek pertama yang kantornya kerjakan adalah pembangunan gedung untuk usaha di lokasi yang tidak begitu strategis. Proyek pertama tidak begitu menguntungkan. Saka mencoba peruntungan lain di proyek kedua, ketiga, keempat hingga sampailah ia saat ini.

Masa-masa pengerjaan skripsi adalah yang tersulit dalam hidup Saka. Cih, percayalah, patah hati itu sangat sakit. Alih-alih patah hati kerena bosan pada pasangan dan memilih berpisah, hati Saka justru dipatahkan karena diselingkuhi. Bukan hal mudah untuk sembuh, bahkan untuk memulai usahanya Saka masih tidak baik-baik saja saat itu.

Jika mengingat masa-masa itu luka Saka seolah terbuka lebar. Kenangan mulai dari awal kuliah hingga tiga tahun bersama adalah hal yang memuakkan. Saka benci keseriusannya dipermainkan oleh seorang perempuan yang ia puja. Hatinya dipatahkan begitu saja.

"Diana Aqilah," Saka membaca nama yang tertera pada CV di genggamannya. Nama yang dulu pernah menjadi favoritnya.

Lima tahun tidak pernah mendengar nama itu, atau lebih tepatnya Saka sengaja menutup telinga untuk tidak mendengar nama itu. Tanpa diminta perempuan tersebut datang sendiri pada Saka. Memasuki daerah kekuasaannya.

"Selamat datang kembali," Saka menutup map tersebut dengan satu ujung bibir ditarik ke atas. Ia menyimpannya ke dalam laci meja, entah untuk apa.

Sementara itu Ana memasuki gedung berlantai tujuh tempatnya akan mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Beberapa bulan menganggur membuat Ana sedikit gugup hari ini. Bahkan tadi sebelum berangkat berkerja Ana berulang kali bergantai pakaian yang pas menurutnya. Ana tidak ingin dihari pertamanya berkerja dia membuat kekacauan.

"Pagi," Ana menyapa dua pegawai perempuan yang duduk di balik meja besar resepsionis.

"Selamat pagi. Ada yang bisa kami bantu?" tanya salah satu dari mereka.

Ana tersenyum. "Saya karyawan baru di sini--"

"Oh, jadi Anda sekretaris baru Pak Saka. Kenalkan saya Intan, dan ini Nia," Intan mengenalkan rekan kerjanya. Nia tersenyum, Ana juga balas tersenyum.

"Mari saya antar ke meja kerja Anda. Pak Saka sudah menanti Anda sejak lama," Intan mengajak Ana menuju lift.

Ana tersenyum ringan, menyamakan langkah dengan Intan yang berjalan tergesah-gesah. Ana sedikit kesusahan menyamakan langkah cepat perempuan itu.

"Pak Saka sudah beberapa kali menghubungi meja resepsionis menanyakan kedatangan Anda. Saya sangat cemas karena hampir masuk jam kantor dan Anda belum datang. Bisa murka bos besar kalau Anda datang terlambat di hari pertama bekerja. Oh iya, enaknya saya panggil  apa?" Intan ternyata orang yang sangat cerewet.

"Panggil saja Ana. Usia saya 27 tahun ini," Ana memasuki lift. Dan Intan mengambil insiatif untuk menekan angka tujuh, lantai di mana bos besar berada.

"Kalau begitu kita seumuran. Mulai sekarang lo sama gue bisa berteman," Intan menepuk bahu Ana.

"Boleh, boleh," Ana tertawa renyah. "Bos besar kita nyeremin, ya?"

Mantan tapi MenikahWhere stories live. Discover now