13

6.9K 358 0
                                    

Carla Pov

Aku tidak benar-benar mandi dengannya. Dengan sedikit memohon, Lucas membebaskanku.

Aku duduk di sofa yang berdekatan dengan jendela kamar. Mengambil novelku dan sambung membacanya. Sampai pada halaman terakhir, pintu kamar mandi terbuka berpaspasan dengan saat aku menutup novelku.

Lucas keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di bagian pinggangnya dan bertelanjang dada. Menampakkan tubuh kekarnya dengan jelas. Pipiku mulai memanas, pandanganku beralih dari menatap tubuhnya perlahan menaik dan berhenti di matanya. Ia menangkap tatapanku, membuatku langsung memaling pandanganku dan kembali membuka novelku dengan panik.

Aku mendengar tawa singkatnya. Aku tau ia sedang menertawakanku! Ia sedang mengejekku! Aku merasakan panas menjalar ke sekujur tubuhku. Ini memalukan! Aku ingin pergi dari sini. Segera! Sekarang!

Dari sudut mataku terlihat ia sedang berjalan mendekatiku. Degup jantungku berpacu dengan sangat cepat. Aku menggenggam dengan erat sisi novelku, tak lama kemudian aku melihat sebuah tangan mendekatiku. Masih menundukkan kepalaku, aku menggigit bibirku ketika melihat urat nadi yang terlihat jelas melingkar di tangannya.

Lucas mengambil baju yang sudah ku siapkan di sofa yang ku tempati. Aku tau ia akan menggunakan bajunya! Perlahan buku yang ku pegang, aku dekatkan di wajahku. Menghalangi apapun yang akan aku lihat saat Lucas memakai bajunya.

Hati nuraniku menyuruhku untuk mengintip apa yang ia lakukan tapi aku menutup mataku dengan erat.

Menghitung Carla!! Baiklah.. sampai 10 setelah itu buka mata!

1...

2...

3...

6...

8...

7...

...?

"Apa kau sudah siap?" Aku mendengar suara seraknya. Tangannya menyingkirkan buku yang sengaja ku gunakan untuk menghalangi wajahku.

Aku mendengar dengusan tawanya. Perlahan menatapnya, ia sudah siap dengan kemeja berwarna putih dan celana hitamnya. Entah kenapa aku merasa pakaiannya serasi dengan dress soft pink ku ini. Aku tersenyum ketika ia membukakan dua kancing teratas kemejanya.

"Menyukai apa yang kau lihat hm?" Ia memunculkan seringainya.

Masih dengan senyum, aku mengedikkan bahuku tak menghiraukan apa yang ia katakan. Aku berjalan keluar dari kamarku dan aku mendengar langkah kakinya yang mengikutiku dari belakang.

——————

"Kita akan kemana?" Tanya Carla di tengah perjalanan.

"Makan siang. Kenapa? Kau tidak lapar?" Lucas menggeggam tangan Carla dan mencium tangan gadisnya. Sesekali ia meremas dengan lembut memberi ketenangan untuk Carla.

"Aku mau ice cream" ujar Carla menatap Lucas yang terus terusan menggeggam tangannya. Ia hendak menarik tangannya namun Lucas menahannya.

"Tidak ada ice cream untuk hari ini"

"Kalau begitu aku tidak makan" Carla membuang pandangannya menatap luar jendela. Sedangkan Lucas, ia tersenyum kemudian menggigit tangan Carla membuat gadis itu langsung menoleh menatapnya.

"Lucas!" Pekik Carla kesal.

"Baiklah, ice cream" ujar Lucas diakhiri dengan tawa.

Sesampainya di tempat tujuan, mereka berdua duduk berhadapan. Dengan buku menu yang terbuka di tangannya, pandangan Lucas terus memperhatikan Carla yang sedang melihat isi menu.

"Apakah ini harus ada ice cream coklatnya? Apakah tidak bisa di pisah?" Tanya Carla kepada pelayan dengan menunjukkan gambar ice cream yang ia inginkan.

"Sorry Ma'am, tapi untuk ice cream yang ini, coklatnya tidak bisa dipisah" jawab pelayan dengan sopan. Mendengar kata 'tidak bisa' dari si pelayan, Lucas langsung memberinya tatapan tajam.

"Bagaimana dengan almondnya? Apakah bisa di pisah?"

"Almondnya juga tidak bisa terpisah karena ice creamnya memang sudah bercampur dengan almondnya, Ma'am"

Carla memajukan bibirnya cemberut dan pandangannya kembali ke buku menu. Lucas mengerang, tak mau menunggu lama, ia langsung memesan ice cream itu.

"Lucas." Ucap Carla setelah memastikan pelayan itu sudah pergi jauh darinya.

"Aku akan memisahkan almond itu untukmu"

Carla mengangakan mulutnya. Ia tak percaya apa yang di katakan Lucas. Bagaimana kalau almondnya hancur? Dia tidak akan bisa memisahkannya. Batin Carla.

"Bagaimana dengan ice cream coklatnya?"

"Aku akan memakannya untukmu" jawab Lucas santai.

"Kau memakan ice cream?"

"Aku tidak memakan gumpalan dingin itu sejak lima tahun terakhir. Sejak aku tau aku alergi dengan itu. Tapi entahlah kalau sekarang"

"Kau? Alergi ice cream?" Tanya Carla tak percaya. Ia mengangakan mulutnya. "Apa tadi kau memesan makanan?"

"Tidak" jawab Lucas singkat.

"Kenapa kau tidak memesannya? Aku akan memesannya untukmu. Kau ingin memakan apa? Kau tidak bisa hanya memakan ice cream, Lucas. Bagaimana jika—" perkataan Carla terhenti ketika tangan Lucas menggeggam tangannya yang berada di atas meja.

"Aku tidak lapar, sayang" Lucas meremas pelan tangan Carla untuk menenangkannya.

"Aku akan memberitahumu jika aku lapar" sambung Lucas melemparkan seringainya. Carla membulatkan matanya, tak percaya apa yang dikatakan Lucas. Pipi nya perlahan mulai memerah.

"Aku serius, Lucas" Carla memperingatkan.

"Aku tidak sedang bercanda, Carla" seringainya mulai pudar, Lucas melemparkan tatapan seriusnya. Mata gadis itu kembali menangkap mata biru Lucas. Mata yang sama tegasnya seperti ketika mereka pertama kali bertemu. Tanpa Carla sadari, Lucas berusaha menahan senyumnya melihat Carla yang ketakutan menatap matanya.

.
.
To be continued.
Jangan lupa vommentnya ya 💌
.
.

Mission To Get YouOù les histoires vivent. Découvrez maintenant