25

5.6K 265 0
                                    



Sinar matahari masuk melalui sela-sela jendela yang ada di ruang tengah apartemen Hana. Terlihat Hana dan Ellena yang sedang tidur di sofa dengan kulit kacang di sekitar mereka. Sedangkan Carla, ia tidur di lantai dengan memeluk sebuah bantal kecil. Ia tampak nyenyak dalam tidurnya.

Terdengar ketukan pintu yang membuat Hana terbangun dari tidurnya. Menggerutu kesal, ia bangun dari sofa itu dan mengucek kedua matanya. Tak sempat ia mengumpulkan 100% nyawanya karena ketukan pintu itu terdengar semakin kencang.

"Bentar!!!!!" Bentak Hana.

Hana mengerutkan keningnya ketika mengetahui siapa yang datang ke apartemennya.

"Darimana kau tau alamatku?" Tanya Hana. Ia menepuk keningnya karena sadar siapa yang memberi tahu alamatnya. Tentu saja si Jason. Siapa lagi kalau bukan dia?

Lucas tak menjawabnya, ia langsung masuk ke dalam melewati Hana. "Dimana Carla?"

"Di bawah sana" ucap Hana. Ia kembali berbaring di sofa berniat untuk melanjutkan tidurnya.

Lucas menghampiri Carla. Tadinya ia ingin marah namun melihat Carla tidur dengan sangat nyenyak, ia mengurungkan niatnya. Ia juga melihat Ellena tertidur pulas di sofa.

"Apa yang kalian lakukan semalam?"

"Pesta" jawab Hana singkat.

Lucas mengangkat Carla keluar dari sana. Ia juga menyuruh Jason untuk menjaga Ellena disana sampai gadis itu terbangun.

***

Siang telah berganti menjadi malam. Namun Carla belum terbangun dari tidurnya. Jam menunjukkan angka 9. Terlihat Lucas yang bertelanjang dada sedang duduk di sofa tak jauh dari Carla, ia sedaritadi berkutat dengan laptopnya sembari menunggu gadisnya terbangun.

"OH TIDAK!" Tiba-tiba Carla terduduk. Nafasnya tak beraturan. Rambutnya berantakan bagai anak singa. Ia membulatkan matanya sembari menatap sekelilingnya.

"Kapan aku pulang???!" Gumamnya.

Ketika ia melirik kearah sofa, ia terlonjak kaget melihat Lucas yang menatapnya tajam dengan wajah datarnya. Wajah Carla memucat, dengan susah payah ia menelan ludahnya. Ia mematung di tempatnya. Pikirannya memikirkan berbagai alasan yang tepat yang akan di katakannya pada Lucas.

"Kau berhutang penjelasan padaku, Carla" ujar Lucas datar dengan suara berat khasnya. Mendengar hal itu membuat Carla merinding.

Perlahan Carla turun dari ranjangnya. Ia jalan kearah lemarinya dengan pelan, melihat Lucas yang duduk tak jauh dari lemarinya. Setelah mengambil pakaiannya, ia langsung berlari ke kamar mandi.

Cukup lama Carla berada didalam, ia pun keluar dari kamar mandi dengan penampilan yang lebih segar dari sebelumnya, mengingat seharian ia belum mandi.

Ia berjalan kearah Lucas dan duduk disampingnya. Lucas sama sekali tidak meliriknya membuatnya mendengus kesal. Carla mengintip laptop Lucas dan melihat beberapa macam jenis alkohol dilayar. Perlahan kepala Carla digeser mendekat kearah layar sampai menutupi seluruh layar laptop itu.

Lucas yang melihat kelakuan Carla pun menepikan laptopnya. Memberikan perhatian sepenuhnya untuk gadisnya.

Carla menarik nafasnya dalam-dalam kemudian mengeluarkannya. "Aku siap menjelaskan semuanya"

"Tidak. Makan dulu. Aku sudah siapkan makananmu di meja" Lucas mengusap kepala Carla dan mendaratkan ciuman singkat disana.

Gadis itu tersenyum manis, ia pikir Lucas akan memarahinya dan ternyata tidak. Segera ia berjalan menuju dapur. Terlihat satu piring steak dengan aroma yang menyebar ke penjuru ruangan itu.

Lucas pasti yang memasaknya. Pikir Carla.

Ia duduk disana. Garpu dan pisau berada di genggamannya. Carla memotong steak itu menjadi potongan yang kecil kemudian melahapnya. Di suapan kedua ia merasa kenyang dan tak ingin menghabiskan steak itu. Dilihatnya kulkasnya kemudian pandangannya beralih menatap pintu kamarnya.

Carla tersenyum tipis, "Lucas!" Jeritnya.

Lucas yang mendengar itu pun langsung keluar dari kamar dan menghampiri Carla dengan wajah datarnya.

"Tidak enak" Ucap Carla sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Lucas mengangkat sebelah alisnya. Di tatapnya gadisnya dengan dalam-dalam.

"Tidak enak?" Lucas mengambil sepotong kecil steak itu kemudian memakannya.

"Kau yakin ini tidak enak?" Tanya Lucas lagi. Ia merasa steak yang ia buat rasanya sudah pas dan tidak ada yang kurang.

"Iyaaapp! Tidak enak" Carla berjalan ke arah kulkas. Membukanya perlahan dan mengambil ice creamnya.

Ia duduk di hadapan Lucas. Memakan ice creamnya dengan lahap, mengabaikan tatapan tajam dari pria itu.

Tanpa berkata apapun, Lucas merebut ice cream itu dan melemparnya masuk ke dalam tong sampah membuat Carla menatapnya tak percaya.

"Lucas!!!" Bentak Carla.

Lucas menyodorkan piring berisi steak itu kepada Carla tapi gadis itu menatapnya dengan kekesalan.

"Apa saja yang kalian lakukan semalam?"

"Hanya mengobrol, Hana dan Ellena membagikan pengalaman percintaan mereka dan blah blah blah.."

Lucas berdeham, "kalian membahas menganai pengalaman bercinta kalian masing-masing?"

Mendengar hal itu, Carla membulatkan matanya. "Pengalaman percintaan! Bukan bercin-! Akh astagaa!" Tak dapat berkata-kata lagi, Carla menutup wajahnya dengan telapak tangannya.

"Bukankah sama saja? Setelah ini kita akan sering-sering melakukannya di Italy nanti agar kau mempunyai banyak pengalaman mengenai hal ini" ucap Lucas dengan nada serius yang dibuat-buatnya.

"Apa? Italy? Kita akan balik ke sana??" Spontan Carla menjauhkan tangannya dari wajahnya.

"Lebih tepatnya besok kita akan pulang kesana"

Carla menghela nafas gusar. Sejujurnya ia lebih nyaman berada di Sydney. Disini ada sahabatnya Hana dan rekan kerjanya. Sedangkan di Italy, ia tidak mempunya siapapun selain Lucas, Mathew dan Ellena.

Mission To Get YouWhere stories live. Discover now