27

5.7K 246 0
                                    


Dengan terpaksa Carla harus keluar dari pameran itu ketika mendapat panggilan dari Lucas dan pria itu menyuruhnya untuk segera masuk ke dalam mobil karena Lucas sudah menunggunya didalam.

"Menyenangkan?" Tanya Lucas kepada Carla yang baru saja masuk kedalam mobil.

"Aku bahkan belum sempat menelusuri tempat itu" Carla menatapnya kesal.

"Baguslah kalau begitu. Aku tidak suka berlama-lamaan disana" Lucas mulai melajukan mobilnya.

"Lucas..." panggil Carla pelan.

"Hm?"

"Kenapa kau tidak memberitahuku mengenai pesta makan malam itu?"

"Matthew yang memberitahumu?"

Carla mengangguk.

"Aku berniat memberitahumu mengenai hal ini nanti malam saat sudah sampai di rumah" ucap Lucas dengan pandangan yang terfokus pada jalanan.

"Siapa saja yang akan datang ke pesta itu?"

"Tidak banyak, hanya temanku" jawab Lucas singkat.

"Teman atau saudara?"

Mendengar hal itu, Lucas sempat menatap Carla sebentar kemudian pandangannya kembali fokus pada jalanan.

"Lebih tepatnya saudara" ralat Lucas.

"Kau tidak pernah menceritakan hal ini padaku" Carla memajukan bibirnya. Ia merasa Lucas tidak menganggapnya penting karena pria itu tidak menceritakan apapun padanya.

"Kau akan tau sendiri nanti, Carla" Lucas mengangkat tangannya, mengusap pelan kepala gadisnya itu dan mengacak rambutnya membuat Carla memukul tangannya.

"Lucas!" Protes Carla.

"Baiklah" tangan Lucas berpindah ke paha mulus Carla. Awalnya ia memijat pelan paha Carla dan menghelusnya, namun lama kelamaan Lucas menaikkan tangannya hingga membuat Carla tersontak.

"Lucass!! Tanganmu selalu saja tidak bisa diam!" Pekik Carla.

"Aku tau kau menikmatinya" goda Lucas yang berhasil membuat pipi Carla bersemu merah. Segera Carla membuang tatapannya ke luar jendela.

"Bukankah aku benar?" Tanya Lucas diakhiri dengan tawa beratnya.

"Tidakk!!"

"Aku akan menuntaskannya ketika kita sampai dirumah"

Mendengar perkataan itu membuat Carla menatap Lucas dengan tatapan ngeri.

"Percayalah aku akan menguncimu diluar" ancam Carla membuat Lucas terkekeh mendengarnya.

***

Pintu kamar mandi terbuka. Terlihat Carla yang sedang mengenakan pakaian tidurnya keluar dari sana. Sesuai dengan apa yang ia katakan, ia sempat mengunci Lucas di luar tapi entah bagaimana pria itu berhasil menyelinap masuk ke dalam kamar.

Dan sekarang disini lah dia. Duduk di menyandar di kepala ranjang, bertelanjang dada dan laptop yang berada di pangkuannya.

"Kau—. Bagaimana bisa..."

"Ini rumahku, Carla. Aku bisa masuk lewat mana saja" jawab Lucas seakan-akan mengerti apa yang akan Carla tanyakan.

Carla menghela nafas gusar. Ia mengambil ponselnya dan duduk ditepi kasur, bersandar pada kepala kasur. Melihat jarak antaranya dan Lucas yang sangat jauh, membuatnya terkesan sengaja membuat jarak antara mereka.

Lucas menoleh menatapnya. Melihat Carla yang fokus pada ponselnya. Kemudian Lucas menggeleng-gelengkan kepalanya dan kembali fokus pada laptopnya.

"Mendekat" Lucas membuka suara. Perkataannya itu lebih terdengar seperti perintah.

Carla tidak menghiraukannya. Gadis itu masih fokus dengan ponselnya. Sesekali Carla juga tersenyum singkat melihat apa yang muncul di layar ponselnya.

"Kau tidak dengar apa yang aku katakan?" Suara Lucas kian memberat dan terdengar semakin mengerikan dan itu berhasil membuat Carla perlahan menoleh menatapnya.

Tatapan tajam nan dingin dari mata biru Lucas yang sudah lama tak ia dapatkan kini terlihat. Perasaan itu masih sama seperti dulu. Ia tetap takut melihat mata itu tapi sebisa mungkin ia menyembunyikan ekspresi takutnya.

"Apa?" Ujar Carla.

Lucas dapat mendengar nada ketakutan dari suara halus Carla. Sorot mata gadis itu menatap ragu pada matanya birunya. Seketika Lucas tersadar dengan sikapnya barusan. Ia telah membuat gadisnya takut.

"Kemarilah" suara Lucas melembut. Mau tidak mau pun Carla perlahan menggeser posisinya mendekati Lucas.

"Kau menyeramkan" ujar Carla.

"Begitukah?" Tanya Lucas yang dijawab dengan anggukan dari Carla.

"Kau lebih menyeramkan karena berusaha mengabaikanku tadi" lanjutnya.

"Itu karena kau tidak pernah memberitahuku tentang saudara jauhmu itu. Sampai sekarang aku tidak pernah tau mengenai keluargamu"

Lucas menghela nafas gusar kemudian mengangguk. "Kau yakin ingin tau siapa saudara jauhku itu?"

"Yap! Sangat ingin tau! Setidaknya ceritakan sedikit tentang dia supaya aku mempunyai gambaran bagaimana saudaramu itu"

"Baiklah. Apa kau masih ingat ketika kau pertama kali kau bekerja padaku dan aku menunjukkan padamu sosok orang yang berbahaya itu?" Tanya Lucas.

"Yeah, aku ingat jelas wajahnya. Emangnya kenapa?"

"Dia saudara jauhku itu"

Carla membelalakan matanya. Ia memperbaiki posisi duduknya yang tadinya menyandar pada Lucas kini berhadapan dengan Lucas.

"Benarkah?" Ujar Carla tak percaya.

"Dia masih berbahaya untukmu, jadi berhati-hati lah"

"Jadi untuk apa kita menemuinya kalau dia masih berbahaya untukku?"

"Nanti kau juga akan mengerti. Sekarang tidurlah" Lucas menundukkan kepalanya, mencium bibir Carla dan melumatnya pelan membuat Carla menikmati lumatannya.

"Aku akan membangunkanmu besok"

Carla hanya mengangguk mendengar perkataan Lucas. Ia mengambil posisi tidur dengan mendekatkan dirinya pada Lucas.

Gadis itu tidak tidur. Ia hanya menutup matanya. Membayang-bayangkan bagaimana apa yang akan terjadi besok. Dan sialnya yang ia bayangkan makin membuatnya merasa resah. Ia terus membayangkannya sampai dirinya terlelap.

Mission To Get YouWhere stories live. Discover now