22

5.6K 292 0
                                    


Sesuai dengan apa yang dikatakan Carla, sesampainya di Sydney, ia langsung pulang ke apartemennya. Berniat untuk mengambil beberapa barangnya.

Pintu terbuka dan ia masuk kedalam. Carla sempat mengernyit merasakan ada yang aneh dalam apartemennya. Lampu-lampu ruangan hidup. Biasanya ia selalu mematikannya. Apakah kali ini ia lupa untuk mematikannya?

Carla menghela, ia berjalan ke kamarnya dan membongkar beberapa barangnya. Ia memilih barang-barang yang akan ia bawa ke tempat Hana. Setelah selesai, ia keluar kamar dan berjalan menuju dapur.

Ia merasakan ada sesuatu yang aneh namun ia tak tau pasti apa itu. Ia menganga ketika melihat isi kulkasnya.

"Astaga" gumamnya. Seisi kulkas itu dipenuhi dengan beberapa jenis ice cream. Itu cukup membuatnya tercengang. Carla merasa senang sekaligus bingung.

Ia hendak mengambil salah satu ice cream itu namun ia mengurungkan niatnya ketika mendengar suara pintu apartemennya terbuka. Jantungnya berdegub kencang, pikirannya entah kemana. Ia hanya mematung di tempatnya dan berharap orang itu bukanlah orang jahat.

Sialnya apa yang ia lihat sekarang malah membuat hatinya sesak dan sakit secara bersamaan. Lucas yang berdiri diambang pintu. Menatapnya dengan tatapan yang tak bisa di jelaskan. Mereka berdua terpatung di tempat. Terdiam dan terlarut dalam situasi mengejutkan ini.

Kaki Carla merasa lemas. Ia bisa jatuh kapan saja. Tangannya menggenggam ujung dressnya dengan sangat erat. Ia ingin lari dari Lucas tapi ia sangat merindukan pria itu. Ia dapat merasakan dinginnya telapak tangannya saat ini. Nafasnya tersenggal. Ia ingin tersenyum namun berat rasanya hanya untuk mengukir senyum di bibirnya.

Apakah ini nyata?

Lucas dengan pakaian santainya. Rambutnya yang berantakan dan janggut tipis disekitar dagunya. Ia terlihat sangat kacau. Penampilannya saat ini jauh dari kata baik. Pria itu berjalan mendekati Carla. Langkahnya perlahan namun pasti. Tak memerlukan waktu lama untuk dirinya berdiri didepan hadapan Carla. Ditatapnya keseluruhan wajah gadisnya. Tanpa ia ketahui, Carla menahan nafasnya agar degub jantungnya kembali normal. Tapi tampaknya apa yang ia lakukan sia-sia. Tatapan intens dari mata biru Lucas dan postur tubuh Lucas yang lebih besar darinya membuatnya merasa menciut.

Perlahan tangan kekar Lucas terangkat. Ia membelai lembut pipi Carla membuat gadis itu tersentak kaget. Tatapannya menajam menatap mata gadisnya.

"Kau terlihat baik baik saja tanpaku, Carla"

Tatapan Carla memelas. Ia merindukan sentuhan Lucas seperti ini padanya.

Apa yang dikatakan Lucas mungkin benar adanya. Saat ini tampilan Lucas lah yang paling berantakan dari biasanya. Malah Carla yang terlihat lebih baik.

Pandangan Lucas turun menatap bibir Carla kemudian kembali lagi menatap mata gadis itu. Lucas memajukan langkahnya dan itu membuat Carla mundur sampai akhirnya bagian belakang badannya menyentuh tepi meja.

"Apa yang kau lakukan!" protes Carla. Tak menghiraukan apa yang dikatakan Carla, Lucas malah menahan pergerakan Carla dengan kedua tangannya ia sandarkan di tepi meja. Memerangkap tubuh Carla.

Ingatan mengenai foto Olivia dengan pria yang ia kira adalah Lucas membuat Carla kesal. Ia membuang pandangannya ke arah lain, tak berniat untuk menatap pria itu.

"Kau—"

Perkataan Lucas terhenti ketika mendengar suara deringan ponsel Carla. Gadis itu segera melihat siapa yang menghubunginya dan kemudian mengangkat panggilan itu.

"Speaker" pintah Lucas.

Carla mendengus kesal, menatap Lucas dengan tajam dan menuruti apa yang dikatakan pria itu.

Suara Hana terdengar jelas. "Carla!" Panggilnya.

"Aku ingin tidur sebentar dan jika kau sudah sampai di apartemenku, hubungi aku. Oke? Oh ya! Dan jangan lupa membeli makanan yang aku titipkan tadi"

Tak menunggu lama, Carla langsung mematikan panggilannya dan itu berhasil membuat Lucas melemparkan tatapan tajam padanya. Nafas Carla tersendat, masih seperti dulu, ia takut dengan tatapan itu. Ia lebih memilih untuk kembali membuang pandangannya kearah lain.

"Jadi ternyata kau menginap di tempat Hana selama ini?" Ujar Lucas dengan suara beratnya yang terdengar seperti bisikan.

"Lihat aku, Carla"

Carla bergeming. Tanpa ia sadar, ia memajukan bibirnya. Ia juga memutar bola matanya layaknya anak kecil yang ngambek. Lucas menggerang kesal. Didekatkannya wajahnya pada leher mulus Carla. Ia mencium dengan lembut dan sesekali menggigit leher itu membuat Carla tersontak kaget.

"Lucas!" Bentak Carla. Gadis itu mencengkram tangan kekar Lucas dengan erat. Janggut tipis Lucas yang menggesek dileher Carla membuat gadis itu merasakan sensasi menggelenyar dari dalam dirinya.

Ia memejamkan matanya. Memukul keras dada bidang Lucas agar pria itu menghentikan aksinya. Bukannya berhenti, Lucas malah dengan sigap mengangkat tubuh Carla dan mendudukannya di atas meja.

"Lucas!!" Bentak Carla lagi. Gigitan-gigitan Lucas pada leher Carla perlahan naik sampai ke daun telinga Carla.

"Aku suka kau memanggil namaku, Carla" bisik Lucas tepat di telinga Carla dan itu membuat gadis itu memprotes geli.

Tangan Lucas perlahan naik. Membelai lembut paha Carla yang tak tertutupi dress pendeknya. Membuat pipi Carla merona dengan perlakuannya.

"Lucas!! Tanganmu selalu saja tidak bisa diam!" Carla menggerutu kesal. Ia memajukan bibirnya dan melipat kedua tangannya di depan dada.

"Sial Carla! Aku merindukanmu yang seperti ini!" Geram Lucas. Pria itu langsung mencium bibir Carla dan melumatnya. Carla memukul keras dada Lucas dan itu membuat Lucas semakin memperdalam Lumatannya.

Dengan sigap ia menggenggam kedua tangan Carla. Ia tau betul bagaimana cara membuat gadisnya terlena. Lumatan itu perlahan melembut namun intens. Setelah merasakan tidak ada perlawanan dari Carla, Lucas kembali memulai aksinya. Menggigit bibir gadis itu membuat bibirnya terbuka. Membiarkan lidah Lucas masuk dan bermain dengan miliknya.

Carla mengalungkan tangannya di leher Lucas. Ia mengerang dengan mata tertutup rapat dan bibir yang terus di lumat Lucas. Merasakan dirinya kehabisan oksigen, Carla menjambak pelan rambut Lucas dan itu membuat pria itu menyudahi lumatannya.

"Jadi kau memaafkanku?" Tanya Lucas.

Carla menghirup nafas sebanyak-banyaknya. Wajahnya memerah sekarang.

"Ya dan tidak" jawab Carla.

"Ya aku memaafkanmu dan tidak. Aku tidak memaafkanmu" sambungnya.

Lucas menatap Carla tajam kemudian menggeram. "Jadi sekarang bisakah kau memakai ini?"

Lucas mengeluarkan sebuah cincin yang sempat ditinggalkan Carla hari itu. Ada rasa sesak dalam diri Carla ketika melihat cincin itu.

"Aku masih ingin menghindar darimu" ujar Carla.

"Dan aku tidak akan membiarkan itu terjadi lagi, Carla"

"Aku masih kesal denganmu"

"Kenapa?"

"Apa saja yang kau lakukan ketika aku tidak ada? Mencari wanita pengganti sebagai pelampiasan?" Cerca Carla. Mendengar tuduhan Carla itu membuat Lucas mengerutkan keningnya.

Bagaimana bisa gadisnya berpikiran kalau ia akan mencari jalang sebagai pengganti?

Mission To Get YouWhere stories live. Discover now