14 Di tempat pelatihan

602 123 7
                                    


Zhuoyue dan gurunya berangkat pagi-pagi. Zhuoyue tak membawa banyak barang. Hanya kantong kecil berisi benih buah-buahan. Tiga pasang pakaian. Dan 4 pasang sepatu. Barang bawaan yang paling banyak adalah gurunya Fuzi. Dia membawa banyak sekali buku. Sebaliknya An Shizi tak membawa apapun selain senjatanya. Tapi Zhuoyue yakin An Shizi membawa sesuatu di balik lengan bajunya.

Perjalanan menuju ke tempat pelatihan satu jam menggunakan kereta dan satu jam menggunakan kuda. Tempatnya memang sedikit terpencil dan tersembunyi.

Tempat pelatihan berada di kaki gunung. Tempat itu memiliki hutan yang luas dan padang rumput yang luas. Disana juga terdapat tebing-tebing untuk berlatih memanjat. Tempat ini tidak gersang seperti yang dibayangkan. Bayak tenta-tenda berdiri di sana. Banyak laki-laki yang berbaris dan berlatih tombak. Ada beberapa orang yang berlatih memanah.

Semua yang disana adalah laki-laki. Yang mencuci dan memasak pun adalah mereka. Ada larangan keras membawa wanita ke tempat pelatihan. Selain itu, di tempat pelatihan dilarang keras membawa minuman keras dan tambakau. Para pasukan dilatih untuk memelihara kesehatan mereka.

'Pria, pria, pria. Dimana-mana pria. Aku harap dapat menemukan banyak pria tampan disini. Kalau tidak, semangatku akan menurun.'

Zhuoyue ditempatkan di tenda diantara dua tenda gurunya. Para tentara pada awalnya bingung karena perlakuan khususnya. Tapi ketika diberitahu bahwa Zhuoyue adalah anak jenderal, tak ada yang berani mengganggunya.

Zhuoyue sangat sibuk. Para gurunya hanya memberinya sedikit waktu istirahat. Dini hari pukul empat, dia harus berlalri dengan para tentara. Kemudian latihan kuda-kuda selama satu jam. Latihan beban satu jam. Berlari lagi selama satu jam. Setelah sarapan pagi, dia di perbolehkan istirahat selama satu jam.

Pukul sepuluh Fuzi datang dengan setumpuk buku. Membaca selama satu jam. Berdiskusi selama satu jam. Kemudian membaca lagi selama satu jam. Mengerjakan puluhan soal, lalu menulis esai dan laporan. Setelah Istirahat makan siang, dia harus membaca buku perang dan buku sastra.

Zhuoyue memiliki waktu sendiri dari pukul tiga sore sampai pukul lima. Kemudian dia harus berlari, berlatih kuda-kuda dan berlatih beban. Pukul sembilan malam baru bisa tidur karena kelelahan.

.

Walapun tempat pelatihan bukanlah surga, tapi tidak seburuk itu jika sudah terbiasa. Setidaknya dia dapat melihat otot-otot pria yang kekar dimana-mana. Tapi sayang, hanya sedikit dari mereka yang tampan.

'Tapi lihatlah otot-otot tembaga itu. Aku ingin menyentuhnya."

An Shizi melihat muridnya melihat tubuh para tentaranya.

"Suatu hari kau pasti akan memilikinya. Sekarang kau masih kecil." ucap An Shizi.

Kata-kata gurunya bagaikan halilintar bagi Zhuoyue. Dia hanya bisa menangis dalam hati.

'Selamat tinggal pria tampan. Wu wu wu.'

.

Saat waktu luangnya, Zhuoyue kadang-kadang menyelinap ke hutan. Dia berlatih untuk meningkatkan kemampuannya. Dia sudah menumbuhkan puluhan pohon di hutan. Para tentara kadang-kadang bingung, karena tiba-tiba dihutan banyak sekali pohon buah.

Zhuoyue mengumpulan benih-benih pohon dan membuat beberapa perban untuk para tentara. Dia juga mengumpulkan buah dan jamur di hutan untuk diserahkan ke dapur umum. Kadang-kadang dia menanam obat-obatan di hutan untuk para tentara. Dia kadang-kadang bolak balik hutan dengan keranjang bambunya.

Dengan pelatihan keras gurunya, dia tumbuh tinggi dibandingkan dengan anak seumurannya. Kemampuannya melebihi harapan guru mereka. Dia dapat berlari lebih cepat, melompat lebih tinggi, dan memukul lebih keras. Kekuatan dasar tubuhnya sudah terbentuk. Dia juga sudah menghapal puluhan buku diotaknya.

Dalam pelatihan yang sangat keras itu. Zhuoyue sudah berkali-kali menangis dan berkali-kali muntah. Tapi gurunya memaksanya untuk mengencangkan gigi dan mengepalkan tinjunya. Gurunya selalu mengingatkannya untuk tidak kehilangan tekadnya.

.

Zhuoyue dulu sebenarnya takut dengan pekerjaan tentara. Mereka dapat kehilangan hidup mereka setiap saat. Mereka juga bersedia mati untuk negaranya. Zhuoyue sangat bangga pada mereka, karena dia tidak memiliki keberanian seperti mereka. Dia terlahir dan hidup di dunia yang damai. Melindungi muridnya dari senapan juga karena tubuhnya bergerak sendiri.

Zhuoyue sadar. Dengan menjadi anak laki-laki satu-satunya dari seorang jenderal, suatu hari dia akan memimpin sebuah pasukan. Suatu saat akan tiba debutnya untuk membunuh orang, memenggal orang, dan menyiksa orang. mengingat hal ini, tangan Zhuoyue menjadi gemetar.

.

Rencana tinggal di tempat pelatihan adalah sampai Zhuoyue berumur tujuh tahun. Tapi sekarang dia sudah berumur sepuluh tahun. Gurunya tidak berencana mengembalikannya ke mansion. Baik Zhuoyue dan jenderal juga tak membahas hal itu.

"Besok kita akan kembali."

"Kembali? Ke kediaman jenderal?"

"Ya."

"Ada apa?"

"Saudara tertuamu sudah melahirkan. Dan putri kedua akan segera menikah."

"Begitukah?"

'Perempuan zaman ini menikah muda kah.'

Saat itu juga Zhuoyue dan gurunya kembali ke rumah.

BECAME A PRINCEWhere stories live. Discover now