17 Kembali ke Ibu Kota

635 109 1
                                    

Keesokan harinya setelah pesta, Zhuoyue di panggil oleh jenderal Qiang.

"Ayah, Zhuoyue menghadap."

"Ayo duduk."

Zhuoyue duduk di hadapan jenderal Qiang.

"Kakakmu akan pergi ke istana dalam dua hari. Aku ingin mengantarnya tapi aku tidak bisa. Jadi aku membuat keputusan. Zhuoyue, ikutlah kakakmu ke ibu kota. Aku sudah mendaftarkanmu untuk mengikuti ujian kekaisaran."

"....... Ujian kekaisaran?"

'Aku sudah datang kesini untuk mejauhi istana. Sekarang di suruh balik lagi?'

"Ya. Aku tahu kau sudah bekerja keras belajar bersama gurumu. Aku harap kau melakukan yang terbaik dalam ujian."

"Ayah. Bukankah ini terlalu cepat?"

"Tidak juga. Justru karena kau masih muda jadi tak perlu ada penyesalan nantinya."

".....Baiklah."

Zhuoyue kembali ke kamarnya. Dia memilah barang apa saja yang akan dia bawa. Tiga pasang pakaian luar, empat pakaian dalam. Dia membawa tiga pasang sepatu, sepasang pedang, busur dan panah, dan sebuah belati. Zhuoyue memperimbangkan apakah dia akan membawa buku atau tidak. Dia juga memilah bibit yng akan dia bawa. Dia juga mengemas beberapa lembar daun bambu.

'Semakin hari barang bawaanku semakin macho.'

.

Dua hari kemudian, Rombongan berangkat dari kediaman jenderal. Zhuoyue hanya membawa Mei Li. Lagipula dia yakin tidak akan tinggal di ibukota lebih lama. Jenderal Qiang memberinya 1000 keping perak. Perak-perak itu dimasukan ke kotak yang tak akan bisa dibuka oleh siapapun kecuali dia.

Kereta pangeran dan kakaknya diapit oleh para pengawal. Zhuoyue hanya tidur sepanjang jalan dan terjaga saat malam. Walaupun baru berumur sepuluh tahun, dia juga seorang prajurit. Saat malam dia berpatroli dan berlatih sihir. Kadang-kadang dia berburu saat mereka melewati hutan. Dia memasak dagingnya dan mengolah kulitnya menjadi pakaian, topi atau sepatu.

Dalam dua minggu rombongan tiba di istana. Zhuoyue ikut ke istana untuk mengantar kakaknya. Sudah enam tahun sejak pesta. Tidak akan ada yang mengenalinya. Dia pun lebih mirip ibu selirnya dibandingkan dengan kaisar.

Setelah mengantar, dia kembali ke kediaman jenderal di ibu kota. Rumah ini cukup besar untuk dijadikan rumah sementara.

Sesampainya di kediaman, dia langsung berbenah kamar. Setelah itu dia mengubur diri diantara tumpukan buku sampai tengah malam. Pada tengah malam, dia pergi kehalaman untuk berlatih sambil menikmati teh hangat sampai pukul tiga pagi. Dari pukul tiga, dia berlari dengan beban dan berlatih kuda-kuda sampai pukul enam.

BECAME A PRINCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang