CHAPTER 2: Ditolong

1K 397 340
                                    

"Kesendirian membuat mu sadar bahwa pada akhirnya engkau akan ditinggal sendiri lagi."
-Annie C.

2 tahun yang lalu,

"Akhh.." rintih seorang perempuan dengan gaun pink yang tengah dicekik.

Kakinya melayang ke udara, tangannya berusaha menghentikan aksi si pelaku, namun cewek itu tahu kalau perbuatan itu sia-sia.

"A..pa.. makh..u.. lo!" ujar cewek itu memelototi seorang laki-laki yang berdiri di tengah ruangan minim pencahayaan.

"Mau gue?.." pria itu mendekati Alyssa dengan senyum miring khasnya. Tangannya memegang erat sebilah pisau.

"Lo tau ini apa?" pria itu mengangkat pisau itu sambil tersenyum.

"Yh..a pisk..o-" ucapan Alyssa terpotong.

"Ngomong apaan sih lo! Gajelas! Udah Ve turunin!" perintah pria itu membuat sang pria bertopeng menghempaskan Alyssa ke samping.

"Haah.. haaah.." perempuan cantik itu langsung mengambil napas sebanyak mungkin dan mengontrol detak jantungnya yang mulai menggila. Rambutnya menutupi hampir keseluruhan wajah itu, perempuan itu terbatuk-batuk sambil bersimpuh. Tangannya melingkar di lehernya, terasa sangat perih dan masih menyakitkan.

Pria itu berjalan mendekati Alyssa lalu berjongkok. "Aw.. gimana ya perasaan Daniel ngeliat keadaan lusuh lo gini.."

"Gak sabar gue–" Alyssa meludahi Martis, ya pria itu adalah Martis, sang sekertaris cerdas yang bertugas menyingkirkan siapa saja yang diperintahkan bosnya.

Martis mengusap wajahnya dari ludah Alyssa, ia mengangkat pandangannya ke Alyssa, tatapan itu.. bagai seorang pembunuh siap menerkam mangsanya.

Martis menjambak Alyssa, menariknya tanpa ampun kemudian menampar wajahnya, membuat suara jeritan yang awalnya mendominasi ruangan itu menjadi hening. "Padahal awalnya gue mau main baik-baik sama lo! Tapi keliatannya.. lo gak pantes diperlakuin baik sama gue HAHAHAHA..."

Dasar cowok gila. Bajingan gila!! Batin Alyssa memegangi lehernya yang masih sangat ngilu karena cekikan bawahannya tadi. Bekas cekikan pria itu terlihat membiru disekeliling leher Alyssa, ia bersumpah cekikan itu akan berubah warna menjadi hitam keesokan harinya.

Seketika raut Martis yang tertawa berubah serius kembali, ia melemparkan sebilah pisau ke sebelah Alyssa lalu menunjuknya.

"Ambil itu, dan tunjukkin lo bisa bertarung lebih dari Daniel, sang putra kebanggaan Adler Jeremy."

Alyssa terisak, namun ia tidak boleh berdiam diri, ia harus menunjukkan kemampuannya, dan bersaing dengan saudara-saudaranya yang lain bila.. bila ia mau bertahan hidup.

"Menyedihkan banget ya kehidupan keluarga lo.. gue turut prihatin, sesama saudara aja saling menjatuhkan. Gak ada kasih diantara kalian, yang ada cuma perasaan iri dan dengki," ucap Martis sinis.

"Apa itu keluarga? Gak pernah denger gue," ucap Alyssa menahan marah.

Tanpa ragu Alyssa meraih pisau itu. "Sebuah pisau bisa menjadi alat yang berguna di tangan yang tepat."

Crakk

Alyssa hendak menusuk Martis namun pria itu sudah lebih dulu menghindar.

"Lambat," ucap Martis sambil berdiri, ia berlari kearah Alyssa dan merampas pisau itu sebelum mengenainya.

Martis menanggalkan pisau itu tepat di leher Alyssa. "Denger ya cewek baik-baik.. tujuan gue disini bukan buat bunuh lo, tapi gue diperintahin buat kasih tau lo sesuatu."

Tangan Alyssa mencengkram tangan Martis, berusaha melepaskan dirinya dari pisau Martis, namun usaha itu sia-sia, Martis jauh lebih kuat darinya.

"Gue bakal ngelatih lo, dengan satu syarat.." Martis membisikkan sesuatu pada Alyssa yang membuatnya membulatkan mata.

My Annoying GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang