CHAPTER 14: Jealous

744 266 195
                                    

"Aku harap kamu mengerti apa arti percaya sesungguhnya."

Jangan pikir karena musuhnya di rumah sakit dan ada kakaknya Annie yang anehnya ada di rumah sakit juga, Daniel akan pergi menjenguk Kai. Salah besar, bagi Daniel sekali orang itu masuk ke jenjang saingannya maka selamanya orang itu menjadi musuh.

Lelaki itu tidak akan embel-embel bersikap baik atau menunjukkan belas kasihan sedikitpun pada musuhnya. Sekeji itulah seorang Daniel Adler.

Annie sedang menyiapkan sesuatu di dapur, tangannya dengan cekatan memotong buah dan memasak sesuatu yang sepertinya telur.

Annie pikir ia harus melakukan sesuatu daripada hanya tinggal gratis di rumah Daniel, lagipula sudah kebiasaan dia juga setiap pagi harus menyiapkan sarapan dan bekal untuk Kakaknya.

Perempuan dengan celmek mocca itu tengah sibuk mengiris buah avocado, menaruhnya diatas potongan roti baguette yang sudah dibumbui, ditambah sunny egg dan taburan biji wijen hitam serta garam untuk sentuhan terakhir.

Annie menghela napas puas melihat hasil karyanya di kitchen bar, ada gunanya juga ia belajar memasak selama ini. Bersamaan dengan itu Daniel baru saja turun dari kamarnya, lelaki itu sudah bersiap dengan pakaian modis khasnya.

Pria dengan rambut coklat mocca itu duduk di ruang makan, menunggu Annie menyajikannya. Dua detik kemudian jadilah avocado toast buatan Annie.

Daniel sempat tercekat dengan penampilan roti panggang Annie, sekarang pria itu mengakui kemampuan masak Annie

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Daniel sempat tercekat dengan penampilan roti panggang Annie, sekarang pria itu mengakui kemampuan masak Annie. Sedikit.

Tanpa berkata apapun Daniel sudah menyicipi masakan buatan Annie. Perempuan itu terang-terangan menatap Daniel penuh harap, bahkan Daniel hampir tersedak terkejut dengan wajah Annie yang agak terlalu dekat dan menatapnya dengan tatapan berbinar.

"Eh gak papa? Aku ambilin air ya." Annie beranjak dari tempatnya, mengambil segelas air yang suhunya sempurna menurut Daniel. Tidak terlalu panas, dan tidak terlalu dingin tapi menyegarkan.

Daniel meneguk air itu dengan cepat, mendongakkan kepalanya hingga beberapa bulir air menetes ke lehernya.

"Gimana? Enak gak?"

Mata elang Daniel menyorot tajam Annie, kemudian menurunkan pandangannya ke piring di depannya. Daniel berdeham sebagai jawaban lalu melanjutkan kegiatan makannya.

Rotinya cukup garing, membuat siapapun yang mendengarnya pasti akan ikut lapar. Annie tersenyum mendengar tanggapan Daniel, ia pun kini memakan sarapannya.

Duduk berhadapan dengan Daniel, diselingi suara dentingan garpu, pisau, dan piring. Mungkin itulah hal yang paling diharapkan sejuta perempuan diluar sana, dan betapa beruntungnya seorang gadis biasa seperti Annie dapat merasakannya.

Setelah lima menit, gadis berambut sepinggang itu mencuci piring mereka. Baru saja Annie hendak berbalik berjalan menuju kamar dan menyiapkan tas, Daniel sudah lebih dulu menghalanginya.

My Annoying GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang