CHAPTER 17: Something Special

654 250 230
                                    

"Jangan takut untuk mengutarakan perasaanmu, karena sampai nanti dan kedepannya aku akan terus menunggu jawabanmu."

–Daniel Adler

.

.

Sebenarnya Daniel bingung, tidak mungkin kan sangking kerasnya ia meremat lengan gadis itu sampai ia menangis? Kalau bukan, terus apa?

Tiga menit berlalu, akhirnya air mata itu berhenti. Daniel melepaskan pelukannya, mengusap jejak air mata Annie dan membenarkan ujung rambut perempuan itu yang menempel ke pipinya. Mata Daniel menunjukkan keseriusan terhadap perempuan di depannya, seolah-olah hanya kepada Annie lah ia akan berbuat semanis itu.

"Kamu kenapa?" tanya Daniel menatap sedih Annie yang malah menunduk, enggan memandang balik cowok dingin dihadapannya.

Tentu saja cewek itu malu. Lagi-lagi ia menangis di depan Daniel, dan ini sudah kedua kalinya. Bodohnya ia.

"Tadi kenapa kayak gitu ke Fendy?" tanya Annie mencoba mengalihkan pembicaraan. Lebih baik Daniel mengetahui alasannya menangis karena perilakunya tadi daripada harus berkata jujur. 

Mungkin nanti, suatu saat, di waktu yang tepat ia baru akan memberitahu yang sebenarnya ke Daniel. Hanya.. jangan sekarang saja.

Daniel memalingkan kepalanya, tiba-tiba amarahnya tersulut mendengar nama pria itu. Mengingat kembali bagaimana lelaki lain dan Annie tertawa bersama, dan tampak dekat. Daniel tidak suka itu.

"Karena gue gak suka, cara dia natap lo. Dan dia juga bukan cowok baik," jawab Daniel setelah akhirnya sadar ia memakai kata 'aku kamu' saat berbicara tadi.

Annie terkekeh, lalu menanyakan sebuah pertanyaan yang membuat Daniel bungkam berpikir sejenak. "Emang lo cowok baik?"

"Setidaknya, jauh lebih mending dari Fendy. Dan gak seburuk atau sebrengsek dia," cibir Daniel tidak suka dengan pembahasan mereka sekarang.

"Jangan ngomongin cowok lain kalau lagi sama gue," tegas Daniel.

Annie bergumam sebagai jawaban. "Mau makan?" tanya Daniel.

"Enggak lain kali aja, gue aja kerja part time sama kerja kelompok."

"Kerja kelompok dimana? Gue anterin," ujar Daniel menyalakan mesin mobil.

Annie menggeleng, bisa-bisa gosip mereka pacaran makin tersebar dan dipercaya orang kalau mereka terlihat bersama terus. "Gak usah, gue bisa sendiri. Lagian deket kok di–"

"Dimana?" ulang Daniel sekali lagi namun dengan nada yang lebih dingin dan tegas.

Annie membuang napas pasrah, apa yang diinginkan Daniel harus selalu terjadi. "Moxy NYC Downtown."

Pria itu menengok kembali ke depan lalu melajukan mobil sportnya ke tempat itu. Cafe yang lumayan sering menjadi tempat handalan para pelajar untuk belajar atau sekedar nongkrong.

Tidak ada yang membuka suara barang sekalipun selama perjalanan itu. Mereka hanya tetap diam, dan menatap jalan dengan tatapan kosong.

***

"Yaudah gue pulang duluan. Hati-hati ya, kalau ada apa-apa telpon aja," final Daniel mengelus puncak rambut Annie karena perempuan itu memaksa untuk pulang sendiri.

My Annoying GirlfriendOù les histoires vivent. Découvrez maintenant