CHAPTER 22: Chill Breeze

586 134 97
                                    

Bayanganmu yang akan selalu kuingat

dibalik hamparan luas ilalang ini.

Lelaki berahang tegas, tubuh tinggi, dan pemilik paras tampan itu sedang duduk di balkon rumahnya. Lebih tepatnya, balkon di lantai 3 tempatnya biasa merenung dan berpikir tentang segala hal yang menyangkut di kepalanya.

Tempat privasinya, dan salah satu tempat paling berkenang di rumahnya.

Daniel menghadap kedepan. Pemandangan komplek rumah mewah yang dihiasi lampu jalan, dan gemerlap cahaya langit malam.

Mata Daniel ikut berkerlip menikmati visualnya saat ini, Daniel meraih kedua kaki panjangnya, kemudian melingkarkan tangannya.

Tiba-tiba Daniel terbayang masa lalunya, seperti dejavu. Dalam hitungan sepersekian detik ia merasa seperti melihat pantulan dirinya yang tengah duduk di balkon 4 tahun yang lalu, bayangan kilas balik dirinya.

Di balkon yang sama, dan posisi duduk yang sama.

Daniel melihat sosok dirinya di masa lalu saat pertama kali membeli rumah untuk dirinya sendiri, bukan berkat hadiah ayahnya, Adler.

Namun murni karena kerja keras hasil bisnisnya sendiri. Rumah yang kemudian menjadi pelarian lelaki yang baru beranjak dewasa itu untuk kabur dari rasa sakit dan tertekan.

Daniel yang akhirnya memiliki rumah yang sesungguhnya ia anggap rumah, tempat untuk sejenak beristirahat dan melupakan masalah yang sudah berlalu.

Balkon ini, tempat Daniel mencurahkan segala kesepiannya, dan menguatkan dirinya kalau semuanya baik-baik saja dan bangkit lagi.

Wajah datar Daniel kemudian teringat sesuatu, gambaran Annie yang tengah berpelukan dengan Lucas yang mengubah moodnya menjadi sangat jengkel.

Daniel tidak suka itu.

Sedetik kemudian Daniel berdiri, mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja kemudian beranjak turun ke lantai dua. Ternyata langkah Daniel mengarahkannya ke kamar perempuan itu. Annie.

Daniel mengetuk pelan pintu kamar berwarna putih. Daniel terdiam beberapa saat, tidak ada tanggapan ataupun suara dari dalam. Daniel membuka pintu itu, terpampang wajah polos Annie yang sedang tidur dengan tenang berbaring di ranjangnya.

Daniel tersenyum singkat sebentar, melangkah mendekat lagi kemudian menarik selimut Annie yang tampak miring sebelah mungkin karena posisi Annie saat tidur yang agak..

Daniel berdecak pelan seraya menggelengkan kepala, Daniel tidak tahu harus bereaksi apa. Tertawa geli, atau mengatakan hal semacam 'hadeh' yang sama sekali bukan gayanya.

Kaki kanan Annie berselonjor bebas ke kanan, kaki kirinya jatuh menggantung di tepi ranjang, dan kedua tangannya yang memeluk guling.

Sementara sepasang bantal dan guling jatuh tergeletak di lantai, pasti ulah cewek bar-bar ini yang menendang segala hal.

Daniel dengan niat merapikan bantal guling yang berserakan dan merapikan ranjang Annie dengan gerakan yang sangat pelan, berusaha tidak mengganggu aktifitas tidur perempuan lugu itu.

Setelah selesai. Daniel menatap wajah Annie, pandangan yang benar-benar seperti seorang lelaki disihir cinta. Tatapan yang sangat lekat dan dalam, bahkan Daniel tidak berkedip sedikitpun.

Sebelah tangan Daniel terulur, mengelus surai lebat Annie dengan penuh kasih sayang. Bagai seorang ayah yang mencintai putrinya, dan seorang kekasih yang tidak akan meninggalkan belahan jiwanya tertinggal.

"Good night, sweet dreams," gumam Daniel pelan kemudian wajahnya mendekat, mengecup kening Annie.

5 detik kemudian Daniel menjauhkan wajahnya. Daniel menatap lekat wajah Annie, ingin sekali rasanya ia mencubit pipi gadis itu, mengusak rambutnya dan menjailinya sangking gemasnya.

My Annoying Girlfriendحيث تعيش القصص. اكتشف الآن