CHAPTER 4: Takut

920 363 251
                                    

Bersyukur adalah kunci menjadi bahagia.

Byurr..

Annie membilas wajahnya dengan air dingin, mendongak, kemudian menunjukkan senyum termanisnya ke depan kaca. Annie mendesah, basuhan air dingin selalu menyambut semangat pagi harinya.

Setelah membubuhkan sedikit makeup pada wajahnya, Annie menapakkan kakinya keluar toilet kampus.

Pohon-pohon hijau dan udara segar langsung menyambutnya, sebentar Annie berjalan-jalan di taman.

Annie menarik nafas dalam-dalam, kemudian menghembuskannya pelan-pelan. Mencoba melupakan segala kejadian yang telah dialaminya tadi pagi.

Prang!

"Udah gila ya lo! Sini gak?!" Teriak seorang Ibu paruh baya mencoba mengejar Annie. Ia menjambaknya.

"Masih berani ngelawan?" Suaranya meninggi.

Sekuat tenaga Annie berusaha menangkis semua pukulan dari Tantenya.

Tante. Apakah panggilan itu pantas baginya? Bagi Annie nama itu hanya beban yang hanya perlu dihapus dari hidupnya.

Annie meremas tangan Tante Mia, hingga membuatnya menjerit. Ada untungnya juga Annie belajar bela diri saat SMP, batinnya.

Sementara Irene, sang kakak hanya mendesis. Menyentuh lukanya yang tergores akibat pecahan gelas tadi. Perlahan raut wajahnya menunjukkan rasa tidak suka.

Bagaimana ia bisa photoshoot nanti? Ia perlu memakai dress pendek, dan sekarang kakinya terluka? Sial sekali dirinya.

Mia melempar sepasang sandal kepada Annie. Dan bingo, keduanya tepat mendarat pada kepala Annie.

Annie berusaha menahan air matanya, kaos blue navy yang baru dibelinya terpaksa menjadi lecek dan kusam. Ia berusaha sekuat tenaga menahan isakannya.

"Goblok lo emang, gak kayak cici lo! Juara dua di sekolah pas SMA, model terkenal, dan jadi orang sukses sekarang. Kenapa? Iri lo sama cici lo?" Bentak Mia kasar.

"Udah dikasih hati masih minta jantung! Pergi aja lo dari rumah kalo cuma ngebebanin! Dasar aib keluarga!" Teriak Mia.

"Emang bener tau gak kata mama lo dulu! Lo itu anak bandel! Kelakuan udah kayak setan! Dasar anak gak tau diuntung!!!"

"Eh," Annie tersandung batu, hal itu otomatis menyadarkan Annie dari lamunannya.

Raut wajah Annie ditekuk. Annie sedih, ia mulai menatap orang lain yang lewat. Mereka semua tersenyum, tampak bebas tanpa beban dengan buku-buku di tangan mereka. Perlahan Annie tersenyum. Senyuman miris. Ia ingin merasa seperti itu. Bebas melakukan segala sesuatu, tanpa terikat tanggung jawab yang menyiksanya perlahan.

Kedua sudut bibirnya tertarik, melihat stan es krim di depannya. Annie tiba-tiba teringat, dulu mamanya suka membelikannya es krim setiap kali Annie menangis. Rasa dingin, bercampur manis, dan tekstur lembut.

Setelah memesan satu es krim coklat, Annie berjalan mendekati kursi taman yang kosong. Ia duduk disana sambil mengamati orang-orang yang lewat.

Bianca CS. Tiga orang itu menarik perhatiannya. Bianca tersenyum merekah, seperti biasa, ia memakai satu setel baju bermerek dengan sepasang sepatu high heels. Aura yang dipancarkan cewek itu selalu kuat dan bersinar.

Seperti menunjukkan bahwa dialah sang ratu diantara semuanya. Andai gue bisa kayak dia, mungkin gue gak bakal duduk disini sekarang, batin Annie.

Tringg..

Annie tersenyum kembali saat melihat nama yang tertera di layar ponselnya.

"Halooo," sapa Annie sembari duduk di salah satu kursi yang tersedia.

My Annoying GirlfriendHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin