CHAPTER 20: Roses and Grass

675 224 455
                                    

"Kenapa bunga selalu terlihat cantik? Bukankah itu menyebalkan, berdiri diantara mawar-mawar saat dirimu hanyalah rumput yang menjadi pelengkap semata?"

–Annie Carson

Setelah mengantar Annie ke rumah sakit walaupun sebenarnya perlu sedikit banyak perjuangan Daniel membujuknya pergi, akhirnya keduanya pulang kerumah.

Karena tahu luka Annie akan lebih sakit saat terkena air, Daniel bahkan sampai memanggil pelayan khusus dan terlatihnya untuk memandikan dan merawatnya. Ya, sebesar itulah rasa sayang Daniel pada Annie.

Ia membantunya berjalan, menggendongnya kalau cewek itu malas berjalan, membelikannya makanan dan minuman semaunya, dan masih banyak lagi.

Annie sedikit tersentuh dengan perhatian Daniel sebenarnya, diam-diam ia mengulum senyum melihat perilaku manis yang tak henti-hentinya Daniel tunjukkan pada dirinya.

Dan semoga hanya untuk dirinya seorang, batinnya.

"Perlu sesuatu lagi?" Tanya Daniel bak pelayannya –setelah perempuan itu selesai mandi dan berpakaian tidur– yang siap sedia setiap saat.

Annie menggeleng, cowok itu langsung menghampirinya dan menggenggam tangannya turun tangga.

"Maaf," Daniel bergumam, entah sudah keberapa kalinya ia meminta maaf.

Annie terkekeh, perempuan itu menjadi lebih santai selepas kejadian tadi dan bagaimana tindakan Daniel kepadanya. "Gak papa, udah berapa kali kamu meminta maaf? Itu bukan salah kamu, jadi stop nyalahin diri kamu sendiri ya."

Daniel tertegun saat perempuan itu tersenyum padanya, seolah seisi dunia memancar dari pandangannya. Seolah hanya Annie dunianya, dan tujuan hidupnya.

Tapi tetap saja ia merasa sangat bersalah setiap kali menatap cewek itu, kulit yang awalnya mulus dan bersih menjadi tercoreng penuh luka akibatnya.

"Jangan sekolah besok, jangan kerja juga. Gak usah kerja bisa gak? Kan aku bisa bay–"

"Gak, aku gak mau jadi cewek manja yang cuman mendapatkan tapi gak menghasilkan. Aku harus bisa berusaha juga, aku gak mau selamanya bergantung sama orang lain," tolak Annie pelan.

"Kamu gak bisa bekerja dengan kondisi kamu yang kayak gini," kata Daniel.

Annie tertawa kecil. "Siapa yang bilang gue mau kerja besok? Entar lah pas udah sembuh, tapi tolong anterin gue dong ke tempat kerja gue, mau ijin cuti bentar."

Daniel mendesah pasrah saja menuruti kemauan cewek itu. Keduanya sudah duduk bersebelahan di sofa panjang ruang tengah, dengan tangan Daniel yang tidak mau lepas sedetikpun dari genggaman tangan Annie.

"Besok ngapain ya," ucap Annie memikirkan kira-kira apa yang harus ia lakukan besok untuk mengisi harinya. Ya mengingat ia tidak akan sekolah besok, mungkin memasak? Tapi tidak mungkin ia memasak dengan tangan seperti itu, bisa-bisa tangannya terkena luka bakar saat terciprat minyak.

"Apa aku bolos sekolah ya beberapa hari ini," pikir Daniel yang langsung dilarang cepat oleh Annie.

"Gak! Kesempatan dalam kesempitan dasar," Annie menoyor pelan kening Daniel, membuat lelaki itu tertawa kecil.

Baru saja Annie ingin melanjutkan kalimatnya, Daniel sudah lebih dulu membuka suara.

"Yaudah besok habis aku pulang sekolah kita pergi bareng ya, jalan-jalan, mau?" Mata Annie berbinar setuju.

Gadis itu mengangguk antusias mendengar penuturan Daniel. "Mau kemana emang?"

Daniel mengacak rambut cewek itu gemas. "Adadeh, kalau dikasih tau sekarang mana serunya?"

My Annoying GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang