Beautiful Accident| | PART TENTH : It's not my mistakes

85.4K 4.1K 35
                                    

Vote dan comment dulu guys...

Happy Reading!

♥♥♥

Setelah keluar dari rumah sakit, tidak ada yang memulai percakapan. Lucas juga tidak menjalankan mobilnya. Mereka masih berdiam diri di parkiran Rumah sakit.

Terdengar helaan napas yang berasal dari Lucas. Ia menyandarkan kepalanya di jok dan memejamkan mata sejenak.

"Bisakah kau berhenti bekerja, Mandy?" Ucap Lucas tiba-tiba masih memejamkan matanya.

"Tidak." Jawab Amanda santai. Dia sudah tau pasti Lucas akan mengatakan ini.

Lucas langsung membuka matanya, memiringkan tubuhnya dan memandang tajam Amanda.

"Katakan, apa alasanmu ingin tetap bekerja di toko kecil itu?" Selidik Lucas. Amanda balik menatap Lucas tajam.

"Itu toko bunga. Bukan toko kecil." Ketus Amanda. Lucas terdiam. Ia menyadari bahwa dia salah bicara.

Lucas menghela napas panjang. "Menikah denganku Mandy, dengan begitu kau tidak harus bekerja." Ucap Lucas mencoba santai.

"Kalau begitu, aku tidak mau menikah denganmu agar aku tetap bisa bekerja." Balas Amanda lebih santai. Lucas menggeram frustasi. Wanita ini dari awal memang tidak mudah.

"Kau tidak memikirkan bayi itu, Mandy?" Geram Lucas. Rahangnya mengetat.

"Aku memikirkannya. Oleh karena itu aku bekerja." Ucap Amanda masih di mode santainya.

"TAPI KAU HAMPIR MEMBUNUHNYA TADI!" bentak Lucas sangat keras. Amanda terkesiap dan sangat terkejut. Jantungnya memompa dengan cepat. Ini tidak bagus! Ia paling tidak bisa terkejut.

Amanda terdiam. Bukan karena bentakan pria itu melainkan berusaha menetralkan pernapasannya. Ia menarik napas dan membuangnya pelan. Berkali kali seperti itu.

Lucas membuang wajahnya kearah kiri. Ia tidak melihat keadaan Amanda. Ia masih sangat emosi.

"A-aku tidak...pernah berniat...me-membunuhnya." Ucap Amanda di sela-sela tarikan napasnya.

Lucas mengernyit. Ia membalikkan wajahnya dan terkejut melihat wajah Amanda.

"Mandy..." lirih Lucas pelan. Emosinya sudah menguar entah kemana.

Amanda membuang napas, melihat Lucas. "Aku tidak...pernah berniat membunuhnya." Ucap Amanda lagi. Pernapasannya sudah sedikit mulai stabil. "Tadi pagi, kau mengejutkanku. Itu yang membuat penyakitku kambuh. Kemudian di trotoar, secara tidak langsung itu juga karena mu. Kenapa?" Amanda menjeda untuk menarik napas sejenak. "Kau yang mengajakku pindah dan jarak tempatku bekerja semakin jauh. Sebelumnya, ini belum pernah terjadi saat aku masih dirumah nenek Martha. Dan sekarang, kau membentakku. Dan kau mengatakan, aku ingin membunuh bayiku." Lucas terdiam seribu bahasa. Sekarang ia menyadarinya.

Amanda membuang wajahnya ke arah kanan. Sebenarnya ia benci mengatakan ini. Ia bukan tipe orang yang suka mengungkit-ungkit.

Setelah beberapa waktu mereka kembali terdiam. Amanda yang tidak tahan akhirnya memilih keluar. Lucas juga tidak mencegahnya. Amanda kemudian berjalan ke arah halte untuk menunggu bus.

♥♥♥

Amanda mengetuk pintu kayu yang sudah rapuh itu. Sudah beberapa kali, namun pemiliknya belum juga membukakan pintu.

"Mandy?" Martha terkejut melihat Amanda. Amanda tersenyum kecil.

"Hai Nek." Sapa Amanda dengan wajah lelahnya.

Beautiful AccidentWhere stories live. Discover now