Prolog

17K 413 13
                                    

Suasana meja makan kini terlihat serius. Tampak beberapa orang sedikit menegang.

"Ini becanda kan bun?" tanya wanita remaja yang wajahnya terlihat sangat tertekan.

Seluruh mata menatap wanita remaja itu dengan bergantian.

"Nggak. Ayah sama bunda memang akan menjodohkan kamu." Ucap lelaki paruh baya yang kini mulai angkat suara.

Wanita remaja itu terdiam. Napasnya mulai melemah. "Kenapa harus Sheina?" tanyanya yang mulai tidak terima dengan semuanya. Kini kedua bola matanya melihat ke arah lelaki dewasa yang sedang menyantap makanannya dengan terpaksa. "Kenapa nggak bang Aldo?" ucapnya lagi.

Lelaki dewasa bernama Aldo itu akhirnya memberanikan diri melihat ke arah wanita bernama Sheina itu.

"Bang Aldo anak pertama. Sementara Sheina, Shei anak ketiga yah. Seharusnya Bang Aldo duluan yang naik pelaminan bukan Sheina!" ucap Sheina yang suaranya mulai meninggi.

"Shei..." Panggil bundanya.

Lengan kiri sang ayah mengelus lembut lengan kanan sang bunda.

"Ayah tahu. Kamu pasti akan mengatakan hal ini."

"Kalau ayah tahu, kenapa ayah tetep maksain Sheina?" tanya Sheina. "Sheina masih SMA yah, Sheina masih mau kuliah, kerja." Tambah Sheina.

Ayah Sheina mengangguk. "Ayah paham. Tapi, kalau kamu menerima perjodohan ini, kamu akan menyelamatkan satu nyawa."

"Itu cuma kata-kata biar Sheina mau kan nerima perjodohan ini?"

"Nggak Shei, ayah kamu bener." Kini bunda Sheina yang mulai bersuara. "Dia, anak sahabat bunda. Namanya tante Alice. Kita udah janji, suatu saat akan menjodohkan kalian saat kalian sudah beranjak dewasa."

"Tapi, Shei belum dewasa."

"Iya bunda tahu. Awalnya ayah sama bunda juga nggak setuju. Tapi, anak pertamanya jelasin ke bunda kalau tante Alice sedang sakit parah, dan tidak sadarkan diri. Saat dia masih sadar, dia pesen ke anak pertamanya, kalau dia mau lihat mereka bahagia. Dan dia mau, kalau anak keduanya lebih dulu menikah, karena dia laki-laki." Jelas bunda Sheina.

"Terus, dia nggak ada bilang kan, kalau harus Sheina yang jadi pendampingnya?"

Ayah Sheina menggeleng. "Dia bilang, dia mau anak keduanya bersanding dengan kamu."

"Kalau kamu mau menikah sama dia, kamu mungkin bisa menjadi perantara agar tante Alice bisa sembuh—atau nggak bisa bahagia." Tambah bunda Sheina.

"Tapi, ayah sama bunda nggak maksa. Kamu boleh, lihat dulu gimana dia—pribadinya maksud ayah."

Sheina terdiam. Ia mencerna kata -perkata yang keluar dari mulut setiap orang di meja makan tersebut.

Hening. Suasana di meja makan kini sangat hening.

"Nama anaknya siapa, fotonya mana?" tanya Sheina.

Ayah dan bundanya kini saling tatap.

"Kenapa?"

"Bunda nggak tahu namanya. Terus juga fotonya nggak ada."

"Astaghfirullah bun, gimana sih?" kini Aldo yang mulai angkat bicara.

"Ya udah gini aja, bunda minta sama kakanya ya."

"Bun, kan kata kakanya, kalau kita minta foto, berarti dia akan ke sini. Juga, mereka akan membawa adiknya itu." Tambah sang ayah.

Bundanya menepuk dahinya pelan. "Oh, iya ya yah."

"Nggak. Shei nggak mau dia dateng ke sini."

"Terus, kamu mau nolak perjodohan ini dek?" tanya Aldo.

Sheina menggeleng. "Shei, mau tahu kehidupan dia secara langsung."

"Maksud kamu?" tanya Aldo.

"Sheina mau ke kotanya. Kota di mana orang yang ingin merebut kebahagian Sheina tinggal." Jawab Sheina.

Semua orang yang berada di ruangan tersebut terkejut.

"Dek—"

"Sheina serius!"

Aldo pun terdiam.

"Ya udah, kalau gitu bunda bilang sama kakanya."

"No. Sheina mau ngekos aja bun. Bunda tanya aja sekolah dia di mana." Ucap Sheina.

"Kamu... serius?" tanya sang ayah.

Sheina mengangguk.

"Yah, gimana?" tanya bundanya yang beralih menatap sang ayah.

"Ya udah. Kamu urus semuanya bun."

"Yakin dek?" tanya Aldo. "Kamu kan belom pernah tinggal sendiri."

"Yakin."

"Ya udah, bun. Tinggal di apart abang aja." Ucap Aldo.

"Ide bagus tuh." Ucap sang ayah.

"Mau Shei?" tanya bundanya.

Sheina mengangguk. "Tapi, kalau apart bang Aldo jauh dari sekolahnya, Shei ngekos aja."

Semuanya pun mengangguk menyetujui ucapan Sheina.

-----

*Warning, cerita ini mengandung zat nikotin!!

Our Crazy WeddingWhere stories live. Discover now