⚫04⚫

4.5K 227 9
                                    

"Arga! Kamu pulang jam segini lagi?" tanya Andin dengan nada yang meninggi. "Kamu minum lagi?" tambah Andin lagi.

Arga menatap Andin dengan tatapan sayunya. "Bukan, urusan lo!" sahut Arga dan berlalu begitu saja dengan tubuh yang sedikit lunglai.

Andin langsung menahan lengan Arga. "Kamu itu urusan aku!" ucap Andin menatap Arga dengan tatapan kesalnya. "Kamu orang yang aku jaga setelah mama. Kamu pikir enak jadi aku, ha?" ujar Andin yang masih memegang lengan adiknya itu.

Arga tidak menjawab ucapan Andin. Ia hanya menatap Andin dengan tatapan sayunya itu sembari tersenyum.

"Kamu nggak pernah sedikit pun ngertiin posisi aku!" ujar Andin lagi sembari menunjuk tubuhnya dengan jari telunjuknya. "Cuma kalian yang aku punya. Aku bahkan nggak mikirin diri sendiri karena kalian." ujar Andin kesal di depan Arga.

"Kalau lo udah nggak sanggup, lo bisa pergi!" ucap Arga dengan nada yang terombang-ambing.

"Oh, atau lo mau gue yang pergi?" tanya Arga.

"Kamu tetep nggak paham ya. Harus bagaimana aku jelasin ke kamu?" tanya Andin.

"Nggak perlu penjelasan. Gue hanya perlu kasih sayang." sahut Arga. Arga menatap Andin dengan tatapan serius kali ini. "Gue benci keluarga ini!" ujar Arga.

Arga kemudian menghempaskan lengan Andin. " Lo lihat aja! Gue... akan balas dendam ke bajingan itu!" ujar Arga.

"Bukan itu jalan keluarnya, bodoh!!" teriak Andin.

"Lo nggak sakit hati sama si bajingan itu?" tanya Arga.

Andin tidak mau melanjutkan pembahasan ini, dia pun mengalihkan pembicaraan. "Cepat istirahat! Besok kamu sekolah," perintah Andin.

"Gue nggak mau sekolah. Jangan bangunin gue besok!" ujar Arga.

"Buruan masuk!" ujar Andin sembari menarik lengan Arga.

Arga lagi-lagi menghempaskan lengan Andin. "Jangan paksa gue!"

"Ya sudah. Sekarang kamu masuk! Besok aku anter." ucap Andin.

"Nggak! Gue nggak mau sekolah." sahut Arga.

Andin semakin kesal. "Dan aku nggak peduli itu," ucap Andin.

"Kalau lo tetep nyuruh gue buat sekolah besok, gue akan keluar dari rumah ini!" ujar Arga.

"Kamu mau keluar, mau kemana? Kalau sanggup, silahkan keluar!" ujar Andin.

Andin pun kemudian berlalu dari hadapan Arga. Jujur ia sudah sangat muak dengan drama adiknya ini. Ia pun kembali meletakkan headset ke telinganya.

Arga mencerna ucapan kakaknya itu. Andin benar, Arga tidak tahu akan kemana jika keluar dari rumah ini.

"Aaaargh..." teriak Arga sembari memukul gagang tangga, dan dengan cepat ia bergegas ke kamarnya.

***

"Arga bilang dia nggak masuk," ujar Adam.

Rizky tersenyum miring. "Gue nggak peduli. Bukan urusan gue juga," sahut Rizky.

"Dia minum lagi Ky." ujar Adam.

"Yang penting nggak nyusahin gue, persetan sama urusan dia." ujar Rizky.

"Hm serah lo dah. Tapi inget! Jangan perlihatkan sikap lo ini ke banyak orang atau bahkan sampai kelihatan Arga." ujar Adam.

"Ya jelas nggak lah. Gue nggak seteledor itu Dam," ujar Rizky.

Adam mengangguk. "Semoga aja lo tetap mengingat ucapan lo!"

***

"Duh Dinda mana sih? Aku bisa telat nih." ujar Sheina sembari melihat sisi kanan kiri jalanan.

"Apa aku jalan aja ya?" tanyanya lagi.

Pada akhirnya Sheina pun mengambil keputusan untuk jalan kesekolahnya. Memang jarak sekolah dari kosannya tidak begitu jauh.

Sheina pun melangkahkan kakinya untuk bergegas ke sekolah. Di tengah perjalanan menuju sekolah, ia menghentikan langkahnya. Ia berhenti tepat di sebuah gang yang berada tidak jauh dari tempat tinggalnya.

Itu bukannya si cowo aneh?

Sheina melangkahkan kakinya ke arah dimana seseorang yang ia lihat berhenti. Rumah bewarna kuning keemasan itu menampakkan dua orang lelaki yang sedang berbincang. 

Sheina benar-benar penasaran dengan apa yang sedang mereka perbincangkan. "Ngomongin apaan sih mereka?" Sheina pun semakin mendekatkan langkahnya ke arah rumah tersebut. Ia dengan segera bersembunyi agar tidak dilihat oleh mereka.

Our Crazy WeddingWhere stories live. Discover now