⚫11⚫

3.5K 192 3
                                    

Vote & Comment

"Hari kamis dan jum'at sepulang sekolah datang ke kantor!" ujar Andin yang sedang berdiri di depan kaca sembari merapihkan pakaiannya.

"Okay," ujar Arga, dan kemudian berjalan cepat untuk segera berangkat sekolah.

Andin menatap punggung Arga yang semakin menjauh. Ada banyak pertanyaan yang ingin dia tanyakan kepada adiknya itu.

Arga melajukan mobil Civic type R miliknya dengan kecepatan tinggi. Arga sengaja membawa mobil karena motornya sedang di service.

Beberapa menit setelah sampai di persimpangan jalan ke sekolah, ia tersenyum simpul. Dengan menambah kecepatan laju mobilnya, ia pun menabrak genangan air.

"Aaaaa..." teriak Sheina terkejut. "Ya Allah, rok akuu." ujar Sheina melihat roknya yang sudah basah dan sedikit kotor.

Sheina melihat ke arah mobil yang menabrak genengan air di sampingnya. "Ih, siapa sih itu?" tanya Sheina.

Di dalam mobil, Arga tertawa puas dengan ulahnya. Kali ini, Arga merasa usahanya sangat bagus.

Sheina berjalan dengan wajah kusut. Ia benar-benar kesal dengan seseorang yang mengendarai mobil tersebut. Memangnya manusia mana yang tidak kesal jika diperlakukan seperti itu?

***

Arga duduk di dinding rooftop dan memandangi sekolahnya dari atas. Ia mengesap vapenya dan sesekali memainkan asap vapenya.

Moodnya kini berubah ketika diparkiran ia melihat Bela. Awalnya Arga ingin mendekati Bela seperti biasanya. Namun, entah mengapa tiba-tiba saja Bela berlalu tanpa menghiraukan Arga. Tidak mungkin Bela tidak melihat Arga. Pasalnya, Arga sudah berdiri dihadapannya. Bahkan semut saja akan mengetahui kehadiran Arga.

Melihat sikap Bela yang tidak biasa hari ini, Arga merasa kecewa. Benar-benar berakhir. Itulah yang terlintas di kepala Arga. Siapa lagi yang akan memperhatikan dia seperti biasanya? Andin? Dia sibuk dengan perkerjaannya. Ya walaupun, dia masih memberi Arga perhatian. Akan tetapi, Arga tidak bisa mendapatkan perhatian lebih dari kakaknya seperti Bela.

Bela kenapa lagi, sih?

Di sisi lain, murid kelas XI IPA-1 kini telah memasuki ruangan kelas.

Begitupun Dinda yang sudah memasuki ruangan kelas dan membuat beberapa murid berkumpul.

"Serius lo Din?" tanya Reno.

"Iya, ntar kalau dia datang dicoba aja!" jawab Dinda.

"Lo tahu dari mana?" tanya Retista.

"Kemarin gue main kekosannya, dan gue lihat langsung kok," jawab Dinda.

Tiba-tiba Sheina datang. Ia berjalan dengan pelan menuju bangkunya. Ia sedikit terkejut melihat bangkunya dipenuhi oleh beberapa teman kelasnya.

"Kenapa nih?" tanya Sheina.

"Nah, ini dia udah dateng." ujar Dinda.

"Shei, lo bisa main gitar?" tanya Tea.

Sheina diam, ia tersenyum kikuk. Kedua bola matanya kemudian menatap Dinda. Sementara yang ditatap tersenyum lebar.

Sheina pun menghela napasnya. "Tapi nggak mahir," jawabnya.

"Coba deh!" ujar Reno sembari memberi gitar pada Sheina.

Sheina pun melihat ke arah gitar itu dan mengambilnya. 

Saat Sheina sudah memangku gitar bewarna cokelat kayu itu, teman-temannya yang duduk didekatnya menatap Sheina dengan penuh harap.

"Kenapa ya?" tanya Sheina heran kepada teman-temannya.

Our Crazy WeddingWhere stories live. Discover now