⚫03⚫

4.9K 255 3
                                    

Arga membuka matanya perlahan. Tirai jendela kamarnya masih tertutup rapi. Membuat seorang Arga menutupkan kembali matanya. Jujur, hari ini tubuhnya benar-benar tidak bersahabat.

"Arga!" Teriak Andin dari luar kamar sembari mengetuk pintu Arga dengan keras.

"Mck, ngapai sih mak lampir?" ujar Arga dengan terpaksa bangkit dan membuka pintu kamarnya.

Dengan tatapan tajam berdiri tegak seorang wanita berambut kuning keemasan berperawakan putih dengan wajah blasterannya. "Kamu sekolah, anak bodoh!!!" perintah Andin sembari memukul keras badan Arga.

"Mck, gue lagi sakit." jawab Arga meringis.

"Ditambah lo mukulin gue." ucap Arga.

"Cepat mandi! Terus sarapan!" perintah Andin yang tidak menggubris ucapan adiknya itu.

"Aku anter kamu ke sekolah." tegas Andin.

"Nggak, gua bisa pergi sendiri!" ujar Arga membantah.

"Okay," sahut Andin. "Tapi, tanpa kendaraan. Kamu berangkat naik angkot!" lanjut Andin, dan kemudian berlalu.

Arga terdiam sejenak. Bisa-bisanya seorang kakak tega terhadap adiknya.

Arga pun kemudian mengejar sang kakak yang masih berjalan di anak tangga. "Ndin, tunggu!" panggil Arga.

Andin tidak memedulikan panggilan adiknya itu. Terlalu banyak drama menurutnya.

"Ndin!" panggil Arga lagi sembari menepuk pelan bahu Andin.

Andin pun kemudian membalikkan tubuhnya. Ia lagi-lagi harus menatap wajah sang adik yang sangat kesal.

"Lo gila?" tanya Arga.

Andin menaikkan satu alisnya. "Kalau mau bicara yang nggak penting, aku pergi." ucap Andin yang hendak berlalu. Namun, dengan cepat Arga menahan Andin. "Gue nggak pernah naik angkot," ujar Arga."Terus dengan entengnya, lo bilang gue harus naik angkot. Lo memang nggak sayang adik, ya Ndin?" tanya Arga dengan nada kesal.

"Sepuluh menit siap-siap! Aku anter!" ujar Andin yang kemudian berlalu dari hadapan Arga.

"Ndin, serius aja lo?" tanya Arga dengan nada tinggi. "Woy Andiiiin!" teriak Arga. 

Namun Andin tetap tidak peduli dengan teriakan adiknya itu.

Arga dengan cepat bersiap-siap untuk membenahi dirinya.

Setelah selesai dengan aktivitas bersiapnya, Arga pun kemudian turun ke bawah.

"Kamu telat lima menit. Hafalkan lima kalimat bahasa Spanyol dan setor ke aku ntar malem!" ujar Andin saat melihat Arga turun dari kamarnya.

"Gila lo Ndin." Ujar Arga. Arga kemudian tertawa sarkas. "Kakak gue memang udah gilaa guys!" teriak Arga.

Andin mendekat kepada Arga sembari memberikan sekotak sandwich pada Arga. Ia menatap Arga dengan tatapan dingin. "Kalau nanti malam, kamu tidak menyetor. Maka, jangan harap kunci motor ada di tangan kamu!" ujar Andin.

Arga terdiam. Kakaknya ini benar-benar tidak ada rasa prihatin terhadap adiknya.

"Buruan naik!" ujar Andin.

Dengan sangat amat terpaksa, Arga pun menuruti perintah kakaknya. Arga tidak pernah melawan perintah sang kakak. Meskipun, terkadang ia sedikit menyimpan rasa ingin melawan Andin. Dia sadar Andin memang sedikit kejam kepadanya. Akan tetapi, ia sangat memedulikan Arga.

"Kamu makan! Aku nggak sempat masak." ujar Andin sembari menatap kotak sandwich yang dipegang Arga.

"Kak, gue bukan anak kecil lagi." ujar Arga sembari memasukkan bekal dari Andin ke dalam tasnya. 

Our Crazy WeddingWhere stories live. Discover now