⚫02 ⚫

5.8K 288 5
                                    

Vote & Comment

Arga berjalan lesu ke kamarnya, Ia sangat malas melakukan apa pun sekarang.

"Kenapa kamu?" tanya Kakaknya, Andin.

Arga hanya diam dan melanjutkan langkahnya ke kamar.

"Kalau ditanya itu jawab!?" bentak Andin.

"Sejak kapan, kalian-terutama lo peduli sama gue, Ha?" tanya Arga malas.

Andin menatap wajah adiknya itu sejenak. "Okay." ujar Andin dan kemudian dengan cepat ia pun berlalu meninggalkan Arga.

Arga mengerang kesal. Ia sangat ingin menghancurkan wajah sombong kakaknya itu. Namun entah kapan semesta mendukungnya untuk melakukan hal itu.

Arga pun masuk ke kamarnya dan kemudian membanting tubuhnya di kasur.

Aku ngga siap ldr...

Suara itu terus menerus terngiang di kepalanya. Arga pun mengingat kejadian beberapa jam yang lalu.

-Flashback on-

Arga dan Bela kini sedang berada di sebuah café yang telah di tentukan ketika mereka berada di sekolah tadi.

"Kamu mau bilang apa?" tanya Arga lembut sembari menciumi punggung tangan Bela yang membuatnya candu.

"Tapi kamu jangan marah ya," jawab Bela manja.

Arga melihat ke arah Bela dan mengangguk.

"Emmm, sebentar lagi aku kan bakalan kuliah..." Bela menggantung ucapannya.

Arga tidak ingin memotong ucapan Bela, Ia masih ingin mendengar lanjutan ucapan Bela.

"Aku cuma dikasih dua pilihan. Kalau aku kuliah di Indo aku akan dijodohkan, dan kalau aku—"

"Dijodohkan?" tanya Arga sembari melepaskan tangan Bela.

Bela mengangguk dan langsung menunduk.

Arga yang melihat Bela seperti itu merasa hatinya perih.
"Lanjutin dong." ucap Arga berusaha tersenyum tulus.

Bela melihat Arga dan mengangguk. "Dan kalau aku nggak mau, aku harus sekolah di luar negeri." Ucap Bela lirih.

"Ga—"

"Pilihan kedua, keluar negeri. Itu lebih baik sayang. Aku akan tunggu kamu pulang." ujar Arga tersenyum.

"Aku nggak bisa Ga, aku nggak bisaa." ujar Bela, kini air matanya mulai turun.

Arga langsung mengubah posisinya dengan mendekatkan diri pada Bela dan memeluknya.
"Jangan nangis dong, sayang. Apanya sih yang nggak bisa?" tanya Arga sembari tersenyum untuk menenangkan Bela. "Kita bisaa. Aku yakin." lanjut Arga mengelus punggung Bela.

"Aku nggak siap ldr." jawab Bela dengan nada lirih.

"Kita bisa sayang, ayo kita coba dulu!" ujar Arga.

"Nggak," jawab Bela menjauhkan diri dari Arga. "Aku nggak siap ldr." ujar Bela.

"Terus kita mau gimana?" tanya Arga.

"Setelah aku tamat kita emang harus bener-bener pisah Ga, harus!!" ujar Bela tegas dan kembali menangis.

Arga terdiam mendengar ucapan Bela. Ia tidak menyangka kisah cintanya akan seperti ini.

"Kenapa kita nggak coba dulu sayang?" tanya Arga melihat Bela.

"Nggak Ga. Aku nggak bisaaa. Aku nggak bisaaa kalau harus jauh dari kamu." jawab Bela.

"Dan yang kamu bilang kita harus pisah, kamu yakin?" tanya Arga.

Bela mengangguk ragu dan memunduk.

Arga mendengus pelan. "Kalau kita pisah, bukannya itu lebih rumit? Katanya kamu nggak mau jauh dari aku," Ucap Arga.

Bela menggeleng. "Lebih rumit lagi kalau kita ldr terus aku kangen. Kamu tahu sendiri kan, kalau aku kangen suka ngeganggu aktivitas yang aku jalani." ucap Bela.

"Okay, kita pisah." jawab Arga dingin karena merasa kecewa.

Bela tidak bisa berkata apa-apa dengan ucapan Arga. Ia ingin menjawab ucapan Arga dan menolak keputusannya itu. Akan tetapi, tetap saja ini memang keputusan yang harus terjadi pada hubunghan mereka.

"Sekarang ayo pulang, aku mau istirahat." ujar Arga dan kemudian berjalan dengan cepat meninggalkan Bela.

-Flashback Off-

Arga meremas rambutnya sedikit kuat. "Arrggh..." ucap Arga kuat.

Tok.. Tok...Tok

Suara pintu kamar Arga yang bewarna cokelat tua berbunyi. Membuat fokus Arga beralih ke arah pintu tersebut.

"Kalau nggak penting nggak usah masuk!" teriak Arga.

Namun dengan cepat pintu itu terbuka, menampakkan wanita tua berlenggang masuk ke kamar Arga.

Arga mengerutkan dahinya. Ia melihat langkah kaki itu mendekat ke arahnya.

"Aku sendiri," ujar wanita itu pelan sembari mengelus pipi Arga.

"Ma...." panggil Arga dengan lirih.

Wanita itu melihat Arga dengan tatapan tajam. "Siapa mamamu!!?" Bentak wanita itu.

"Kenapa kamu sendiri?" tanya Arga menenangkan wanita itu.

"Dia meninggalkanku, bodoh!!" bentak wanita itu lagi sembari tertawa.

 "Kenapa kamu biarkan?" tanya Arga.

"Aku terlalu percaya padanya..." ucap wanita itu lirih.

"Kamu ingin tidur di sini, bersamaku?" tanya Arga tersenyum tulus.

Wanita tua itu menggeleng dan tersenyum. "Kau terlalu mirip dengan wajahnya. Aku akan merindukannya jika bersamamu terlalu lama." jelas wanita tua itu.

"Lalu, kamu mau apa? Kamu sudah minum obat?" tanya Arga.

"Alice!!!" Teriak wanita cantik yang tiba-tiba saja masuk ke dalam kamar Arga.

"Hey! Ada apa memanggil?" tanya wanita tua itu tersenyum.

"Ayo makan! Aku sudah masak enak untukmu, aku sudah masakin sushi buat kamu." ujar wanita cantik itu tersenyum.

"Andin, lihatlah pria ini! Ia mirip seperti kekasihku dahulu hahahah." ujar wanita itu sembari tertawa. "Tapi dia begitu muda, sepertinya dia reinkarnasi." lanjut Alice.
Andin pun tersenyum.

"Yaudah ayo!" ajak Andin sembari menarik tangan Alice. Alice pun mengikutin ajakan Andin.

"Kamu, makan!!" tegas Andin pada Arga.

Arga mengangguk dan memutar bola matanya malas.

Seketikan Alice dan Andin pun beranjak dari kamar Arga.

"Gue kangen mama." ujar Arga lirih.
Ia pun kembali memasukkan tubuhnya ke selimut dan menutup matanya untuk beristirahat.

***

Sheina sedang duduk di balkon kamar kosnya. Ia kemudian membuka ponsel berlambang apel yang digigit itu. 

"Aku harus cepat cari cowo itu." ucap Sheina sembari menatap layar ponselnya yang memampangkan sebuah alamat.

Entah mengapa tiba-tiba saja Sheina teringat akan Arga yang tadi siang menghadangnya.

"Itu cowo siapa, sih? Kok, sok keras kali dia ku tengok." ucap Sheina yang kemudian menjadikan ponselnya sebagai tumpuan dagunya.

"Denger, mungkin orang lain ngira lo adalah orang yang kalem dan lembut."

 "Tapi nggak sama gue, gue tahu tipe-tipe cewe modelan lo. Lo itu cewe yang suka caper sana-sini, kan?"

Sheina kemudian langsung bergidik ngeri ketika mengingat ucapan Arga.

"Ya Allah, pertemukan lah hamba dengan seseorang yang sedang hamba cari. Bukan dengan cowo nggak jelas itu." ucap Sheina.

Sheina pun kemudian masuk ke dalam kamarnya.

***

Suara ponsel Arga kini berbunyi ria. Membuat sang empu berkali-kali mengerjapkan matanya.

"Anjir, siapa sih yang nelpon!" kesal Arga.

Arga kemudian mengambil ponsel di nakas dengan tangannya.

"Kalau ini bukan Bela, habis lo sama gue!" ucap Arga yang kemudian mendekatkan ponselnya kehadapannya.

Ia membuka matanya perlahan, kemudian melihat siapa yang sudah berani mengganggu tidurnya.

Adam call ....

Arga menahan emosinya dengan menarik napasnya kuat. "Sialan!" umpat Arga.

Arga pun mengangkat telpon dari Adam tersebut.

"Pilih, mau di ring tinju atau langsung di sekolah?" ucap Arga tiba-tiba.

Adam yang dibalik telepon melebarkan matanya. Ia tahu, jika Arga berkata seperti ini, maka ia sudah mengganggu waktu tidur Arga. "Santai bos, santai. Gue nggak tahu kalau lo lagi tidur."

"Gue mau ngajak lo mabar--"

Tut...tut...tut...

Arga mematikan ponselnya. Ia pun kemudian menyingkap selimut di atas tubuhnya, dan bangkit. Arga pun kemudian bersiap-siap untuk pergi meninggalkan kamar kesayangannya tersebut.

To be continued...

------------

Hy thanks udah tetep stay di cerita ini...

Gimana? Ada yang kesel ga?

Komen ya ❤❤

#Sheinasangqueen

Our Crazy WeddingWhere stories live. Discover now