Delapan Belas

4.8K 520 649
                                    

Hai.

Apa kabar?

Jangan bunuh hamba ya.

Nanti hamba nangis.

Bunuhnya nanti saja ya. Kalau hamba memutuskan untuk tidak melanjutkan cerita ini.

Bohong ding.

Bakal lanjut kok. Lanjut.

Tolong turunkan senjata kalian.

Typo? Beri tahu saja. Kritik dan saran pun diterima, asal jangan pakai racun di dalam kata.
Ingat kata Lan Shizui di episode 1, "Kata-kata lebih kuat dari senjata."

.
.
.
.
.
.
.

"Ini."

"Ini."

"Ini."

"Ini!"

Wei Wuxian dan Jiang Cheng tak bisa berkata-kata kala kedua tangan mereka penuh akan barang yang diberikan dua perempuan di depan mereka ketika mereka berdua hendak pergi ke Qishan sebagai perwakilan sekte Yunmeng Jiang.

Memberikan tatapan meminta tolong kepada sang ayah, akhirnya Jiang Fengmian yang tak tahan pun berkata, "Istriku, A-Li."

Dua intonasi jawaban dari dua perempuan itu mengisi telinga mereka,

"APA!?"

"Ya, ayah?"

Jiang Fengmian tersenyum kikuk, "Bukankah ... Barang yang mereka bawa itu terlalu banyak? Mereka hanya pergi sementara, bukan mau pindah rumah."

Madam Yu dengan galak berkata, "Lalu? Membiarkan mereka pergi dengan tangan kosong? Begitu maksudmu, hm?"

Jiang Yanli berkata dengan logis, "Tapi, ayah ... Mereka akan pergi ke tempat yang jauh dan berbahaya. Kasihan kalau mereka pergi tanpa ada akomodasi yang cukup untuk mereka."

Tetapi, apa yang diberikan oleh kalian itu sudah lebih dari cukup, kata tiga lelaki itu dalam hati.

Akhirnya, ketiga lelaki itu tidak bisa berkata apapun dan membiarkan dua perempuan keluarga Jiang itu bertindak sesuka mereka. Yang penting, jangan membuat perempuan marah. Bahaya.

Selesai dengan semua barang yang sesungguh tidak terlalu penting untuk dibawa, Madam Yu dengan cepat masuk ke dalam rumah tanpa mengatakan apa-apa.

Sedikitnya, Jiang Cheng dan Wei Wuxian agak sedih karena sang ibu tidak mengatakan sesuatu seperti, "hati-hati dijalan" atau apa. Bukannya mereka ingin manja, tetapi ...

"Ini, jangan lupa." Madam Yu ternyata kembali lagi, dengan membawa dua buah kantung jimat perlindungan dengan motif teratai.

Wei Wuxian dan Jiang Cheng tertegun, kaget.

Madam Yu menyematkan jimat itu di sabuk jubah Wei Wuxian dan Jiang Cheng sambil berkata, "Jangan sampai jimat ini hilang atau kalian akan tertimpa sial dari Wen itu. Paham?"

Keduanya mengangguk dengan senyuman lebar, "Baik!"

Seusai itu, Jiang Yanli memeluk adik-adiknya satu persatu, "Hati-hati... Aku akan selalu mendoakan keselamatan kalian."

"Terimakasih doanya, JieJie." kata Jiang Cheng

"Kami pasti akan baik-baik saja." tambah Wei Wuxian dengan senyum lebarnya.

.
.
.

Ingin pulang. Hiks.

Itulah yang dirasakan Wei Wuxian dan Jiang Cheng ketika menginjakkan kaki di sekte Qishan Wen untuk kedua kalinya.

You Make Me Fall In LoveWhere stories live. Discover now