Sembilan Belas

4.4K 504 553
                                    

Hai

Halo

Hai hai halo?

Halo halo hai?

Ngetes aja kok :3

Emmmm ... Hamba hanya ingin sekadar berkata. Tolong ... jangan benci Meng Yao alias om Yao. Di cerita ini hamba tak ingin memperburuk kesan beliau dan memperkuat kesan madam. Hamba suka kedua orang ini. Mereka punya kisah sedih tersendiri dan keindahan masing-masing. Akan tetapi, jika pembaca bertanya pair mana yang hamba pilih, jelas hamba pilih XiCheng. Namun, bukan berarti itu artinya hamba benci pair XiYao. Tidak, tidak. Hamba lebih memilih untuk menghormati, karena tiap orang punya selera tersendiri.

Akan tetapi, bila pembaca masih bersikeras untuk beranggapan buruk mengenai om Yao, hamba akan menjadi pihak netral. Hamba mengikuti alur asli di mana om Yao tetap berperan sebagai antagonis, tetapi itu tidak berarti hamba akan membuat om Yao menjadi begitu buruk. Mengenai cerita cinta segitiga mereka, hamba berniat membuatnya sedikit ala-ala drama. Tentu, ketiga tokoh ini mengalami rasa sakit tersendiri, tetapi ....

Ups, lebih dari ini, hamba bisa spoiler. Jadi, stop. Intinya, hamba ingin bilang, tolong jangan benci om Yao. Terima kasih.

Typo? Beri tahu saja. Kritik dan saran pun diterima, asal jangan pakai racun di dalam kata.
Ingat kata Lan Shizui di episode 1, "Kata-kata lebih kuat dari senjata."
.
.
.
.
.
.

TENG! TENG! TENG!

Bunyi lonceng peringatan terdengar di seluruh sekte Qishan Wen. Hingga menarik seluruh atensi murid sekte Qishan Wen ke arah sumber suara.

Tak lama setelah suara lonceng berakhir, terdengar teriakan pengumuman, " PEMBERONTAKAN TERJADI DI GUNUNG MUXI! SELURUH MURID SEGERA PERGI KE SANA DAN SELAMATKAN ROMBONGAN TUAN MUDA WEN CHAO!!!"

Dengan sigap, seluruh orang di sana segera pergi ke Gunung Muxi. Akan tetapi, diantara mereka yang dengan langkah cepat menuju daerah yang disebutkan, ada satu murid sekte Qishan Wen yang jatuh tersungkur akibat dorongan murid lain.

"Ah!" Pemuda itu terjatuh.

Setelah dia bangkit, dari posisi jatuhnya yang begitu tak elit, ia menatap sekitar.

Sepi. Hening. Bagai kuburan.

Pemuda itu- Wen Ning- terheran-heran kala melihat kediaman sektenya mendadak sepi. Pasalnya, ia baru saja keluar dari gudang penyimpanan pedang yang disita dari murid-murid sekte lain. Ia tidak sempat mendengar pengumuman yang disampaikan hingga selesai.

"Tadi ... katanya ... pemberontakan? Gunung Muxi?" gumam Wen Ning. Tak lama, ia berseru kaget, "AH! TUAN MUDA WEI!!!"

Wen Ning panik. Ia hendak menuju ke Gunung Muxi. Tetapi berhenti kembali dan menatap gudang penyimpanan pedang murid yang disita.

"..."

Selagi sepi, ini bukan disebut pencurian kan? Mencuri itu dosa. Takut masuk neraka.

Wen Ning dengan cepat mengambil seluruh pedang yang disita dan membawanya dalam tas besar di punggungnya. Tak lupa, ia juga mengambil kembali beberapa obat yang ia simpan di ruang penyimpanan.

"Aduduh ... beratnya ...," Wen Ning merasa punggungnya bisa patah kapan saja kalau membawa banyaknya pedang itu di punggungnya.

Wen Ning menggelengkan kepalanya.

You Make Me Fall In LoveWhere stories live. Discover now