Dua Puluh

3.6K 542 253
                                    

Hai

Etto ... makasih ya, kalian semua.

Ketika hamba ingin menyerah, kalian beri kata-kata penyemangat. Terima kasih banyak.

Hamba akan berjuang. Semoga kelar ya ini cerita.

Target hamba adalah 100 chapter. 85 chapter utama dan 15 chapter bonus. Semoga aing kuat dan bisa tamat paling lambat tahun 2020 ಥ‿ಥ

Itu masih belum dihitung sama side story . Eh, tunggu deng. Side story kan cuma kisah QingHeng Jun, Wen Rouhan dan dia.

Tema kali ini adalah PDKT dan sedikit perjuangan.

Typo? Beri tahu saja. Kritik dan saran pun diterima, asal jangan pakai racun di dalam kata.
Ingat kata Lan Shizui di episode 1, "Kata-kata lebih kuat dari senjata."
.
.
.
.
.

Dua pemuda yang menjaga pintu gerbang sekte QingHe Nie menatap waspada pada dua sosok yang berjalan menuju sekte mereka.

Kedua sosok itu semakin mendekat. Ketika terlihat jelas siapa, raut kebahagiaan bagaikan menemukan oasis tercetak jelas di wajah kedua murid sekte QingHe Nie. Mereka berlari dan seketika bersujud di depan kedua sosok itu, Nie Huaisang dan Ouyang Zichen.

"TUAN MUDA KEDUA NIE! TOLONG KAMIIIIII!!!" teriak kedua murid itu sambil menangis.

Nie Huaisang dan Ouyang Zichen kaget dan heran. Apa yang terjadi?

"Ada ap–"

"Ketua! Ketua sekte! Dia, dia ... huweeeeeeeeeeee! Aku tidak mau mati! Tolong kami, Tuan Muda Kedua Nie! Kami bisa mati!"

Belum selesai bertanya, Nie Huaisang dan Ouyang Zichen mendengar rengekan kedua murid yang ketakutan setengah mati.

Ouyang Zichen masih belum mengerti apa maksud perkataan kedua murid sekte QingHe Nie itu, tapi Nie Huaisang langsung mengerti.

Kakaknya pasti sedang melempar barang ke sana kemari, sebagai pelampiasan emosi.

Nie Huaisang membuang napas, kemudian berkata, "Kalian, antar Ouyang Zichen ke kamar tamu. Aku akan menemui kakakku."

"Eh? Tapi, aku...."

"Sebagai terima kasih. Karena sudah mengantarku. Nanti aku akan kirim pesan ke sektemu bahwa kamu ada di sini. Tolong terima ya?"

Ouyang Zichen mengangguk. Tak beretika rasanya menolak balas budi seseorang. Lagipula, Ouyan Zichen juga merasa lelah.

Ouyang Zichen dan kedua murid itu pergi menuju kamar tamu. Sementara Nie Huaisang segera menuju ke tempat kakaknya berada.
.
.
.

"ARGH!"

Nie Mingjue mengayunkan pedang saber miliknya dengan kekuatan penuh, memotong pohon besar di depannya dengan kejam. Pohon itu pun tumbang.

Nie Mingjue membuang napasnya dengan kasar lalu melihat sekitar, di mana terlihat banyak batang-batang pohon tumbang akibat perbuatannya, penebangan liar guna pelampiasan.

Beruntung itu adalah hutan yang ada di belakang sekte QingHe Nie dan masih merupakan tanah sekte QingHe Nie. Bayangkan apa yang terjadi jika Nie Mingjue menebang sembarang pohon di tempat orang?

"Gege."

Nie Mingjue tersentak kala mendengar suara yang sama persis dengan adiknya. Nie Mingjue tidak ingin dirinya terjebak dalam ilusi dimana adiknya berada di belakangnya. Adiknya jelas-jelas berada di Sekte Qishan Wen.

You Make Me Fall In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang