Dua Puluh Sembilan

2.9K 342 432
                                    

AMH : Permisi ... Tuan (Bunda) Xie Lian.

XL : Ada apa ya?

AMH : Boleh minta sedikit perpanjangan waktu untuk roh Om QingHeng Jun dan Tante Xia Ai Nu?

XL : Maaf sekali, tapi itu tidak bisa.

AMH : Hanya untuk melepas rindu kepada anak-anak mereka (dan pembaca yang ngaku kerabat serta anak mereka). Boleh ya?

XL : Tidak. Roh yang telah meninggalkan bumi tidak bisa bertahan lama di dunia. Lagipula----

AMH : SAYA ADA FOTO JIDAT HUA CHENG LHO.

XL : *Uhuk* Baiklah, hanya untuk chapter ini.

AMH : Terima kasih ~~~~~~

Typo? Beri tahu saja. Kritik dan saran pun diterima,asal jangan pakai racun di dalam kata. Ingat kata Lan Shizui di episode 1,"Kata-kata lebih kuat dari senjata."

£

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

£

Mata Lan Xichen berkaca-kaca bersama dengan perasaan yang membeludak di dalam hatinya ketika ia melihat roh kedua orangtuanya.

Tanpa bisa ditahan lagi, Lan Xichen jatuh berlutut. Air mata Lan Xichen tumpah. Ia menangis. "A, Ayah ... Bunda ...."

Lan Wangji segera mendekati Lan Xichen dan mengusap punggung kakaknya. Namun, itu tidak menenangkan Lan Xichen. Ia justru menangis semakin menjadi. Lan Xichen segera menutupi wajahnya yang basah dengan kedua tangannya.

"Ayah, Bunda ... maafkan aku. Maafkan aku ...."

Baik QingHeng Jun, Xia Ai Nu, dan Lan Wangji sontak terkejut. Tidak hanya mereka, bahkan seluruh pengikut Lan Xichen juga.

Suasana sempat hening dan canggung sesaat sebelum Xia Ai Nu menghampiri kedua putranya dan memeluk mereka walau nyatanya ia tidak benar-benar menyentuh keduanya karena sentuhannya menembus tubuh Lan Wangji dan Lan Xichen.

"Huan Er Bunda tidak berubah ya. Masih tetap mudah menangis seperti dulu," ucap Xia Ai Nu dengan nada bahagia dan penuh kerinduan akan masa lalu saat ia masih hidup.

QingHeng Jun ikut menghampiri. Lalu ia juga memeluk Xia Ai Nu dan kedua putranya. "Anakku benar-benar lucu. Kenapa kamu minta maaf untuk sesuatu yang bukan salahmu, Nak?" ucap QingHeng Jun disertai tawa kecil.

Momen pelukan keluarga itu menyentuh banyak hati para pengikut Lan Xichen, termasuk Meng Yao juga Jiang Cheng yang ada di sana. Jiang Cheng menahan diri sekuat mungkin untuk tidak segera berlari menuju ke sana dan memeluk QingHeng Jun. Ia sadar kalau itu bukan waktu yang tepat dan tidak sepantasnya Jiang Cheng mengganggu pertemuan antara anak dan orang tua itu.

You Make Me Fall In LoveOnde histórias criam vida. Descubra agora