Dua Puluh Tiga

4.1K 425 474
                                    


Hai

Belakangan hamba sadar bahwa hamba tidak memberikan spoiler berupa tema buat chapter ini atau selanjutnya apa ya?

Oke, maafkan hamba. Hamba lupa.

Jadi, kali ini temanya : Cinta dan pengorbanan seorang ibu.

Hamba akan memasuki mode Hajime-sensei yang merupakan komikus Shingeki no Kyojin, yang saat ini menyandang gelar "pembunuh karakter."

Jadi, persiapkan diri anda semua, pembaca.

Hamba tidak akan merubah keputusan hamba.

Typo? Beri tahu saja. Kritik dan saran pun diterima,asal jangan pakai racun di dalam kata.
Ingat kata Lan Shizui di episode 1, "Kata-kata lebih kuat dari senjata."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Wen Chao berlutut di hadapan Wen Ruohan yang berdiri di depannya.

Sementara, di belakang Wen Chao, ribuan murid Sekte Qishan Wen bersujud seraya memberikan selamat pada Wen Chao karena telah berhasil membunuh monster pembunuh massal kura-kura legenda yang ada di atas altar persembahan.

Setidaknya, itu anggapan mereka. Sebuah berita kebohongan yang dipercayai tanpa tahu kebenaran.

Bagi Wen Chao sendiri, dia terpaksa harus menerima pujian itu karena tidak ingin berkata, "Bukan aku yang membunuhnya, melainkan Lan Wangji dari Gusu dan Wei Wuxian dari Yunmeng."

Bukan kebanggaan oleh prestasi.

Melainkan menahan rasa malu atas ketidakmampuan diri.

Saat ini, Wen Chao sedang gugup dipanggil oleh ayahnya di depan seluruh murid. Wen Chao jelas menyadari ayahnya bukan akan memberikan dirinya selamat. Karena ayahnya bukan orang bodoh seperti pengikut sektenya.

"Kau tahu kenapa aku memanggilmu?"

Wen Chao menunduk, tangannya mengepal menahan rasa takut, "Saya ... dungu. Tolong, berikan saya pencerahan, ayahanda."

Wen Ruohan langsung ke inti pembicaraan, "Karenamu, aku dipermalukan."

Wen Chao menggigit bibir, menahan malu.

Wen Ruohan kembali berbicara dengan pelan, "Akibat ulahmu, pemimpin Sekte Yunmeng Jiang, Gusu Lan, QingHe Nie sampai datang menghampiriku. Kau tahu betapa malunya aku?"

"Saya ...."

"Aku tidak butuh maaf dari anak tidak berguna."

Rasa murka dalam hati Wen Chao berkecamuk di dada. Ingin rasanya marah, tetapi tidak berani melakukan hal itu.

Melihat putra bungsunya tidak mengatakan apapun, Wen Ruohan memasang ekspresi lelah, malas. Jujur saja, Wen Ruohan muak dengan kesalahan yang dilakukan Wen Chao. Kalau bukan putranya, Wen Ruohan sudah dari dulu membuangnya ke jurang.

You Make Me Fall In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang