3 : First Case

5.1K 790 129
                                    

Orientasi kampus masih 2 minggu lagi, dan hari ini mantra sudah siap untuk grand opening coffee shop mereka. Mantra Coffee namanya, kafe baru itu menyajikan kopi daerah sebagai menu utama, tentu saja bukan hanya kopi yang dijual disana, Ajay telah memperhitungkan orang-orang yang tidak menyukai kopi dan juga para predator kelaparan. Dengan kekuatan sosial media mantra habis-habisan mempromosikan kedai mereka itu
.

Hari mulai sore menunjukan pukul 16.00
Karena perkuliahan belum berlangsung maka mantra langsung membuka kedai pada saat itu juga.

"Datanglah wahai penikmat kopi senja"

Waktu menunjukan pukul 19.45

Akhirnya mantra coffee ini mendapatkan pelanggan pertama mereka, 3 orang wanita kira-kira usia 20 tahun. 2 orang memesan milkshake & 1 lagi memesan aceh gayo, mereka memulai obrolan santai, curhat tentang kehidupan kampus hingga perkara cinta.

Pukul 21.30

Malam semakin malam, para mbak-mbak ini terlalu asik ngalor kidul sampai lupa waktu.

"Yuk bubar, udah malem nih." Ajak mbak-mbak yang memesan aceh gayo kepada 2 orang temanya.

Ketika mereka beranjak pergi, mereka membaca tulisan di board hitam.

"PROMO! Free Tarot."

Wanita gayo menghampiri salah seorang barista Mantra

"Mas mau tanya dong free tarot ini maksudnya apa ya mas?"

"Oh itu semacam ramalan mbak." Jawab Dirga.

"Iseng dong, mau coba." Jawab wanita gayo seakan menantang Dirga.

"Kalo gitu mbak silahkan duduk lagi aja sebentar, saya mau ambil kartu, permisi."

Mulai perbincangan diantara mbak-mbak ini.

"Sekar, lu ngapain sih?" Tanya wanita milkshake 1 kepada wanita gayo.

"iya nih si Sekar jadi bikin lama aja, orang mau pulang juga." Ujar wanita milkshake 2.

"Ya gue iseng aja, mumpung gratis hehehe toh lagian paling juga boong-boongan." Jawab wanita gayo yang telah diketahui bernama Sekar.

Dirga datang membawa sedeck kartu tarot.

"Siapa aja yang mau coba?" Tanya Dirga.

"Aku!" Jawab Sekar dengan tegas.

"Baiklah, mari kita mulai."

Dirga menaruh satu deck kartu tarot secara bertumpuk dan dalam keadaan tertutup.

"Silahkan letakan tangan mbak di atas kartu."

Sekar meletakan tangan nya dia atas kartu sesuai instruksi dari Dirga.

"Coba pilih tema apa yang mau di ramal? bisa kehidupan, cinta......"

"CINTA!!! Aku lagi suka sama cowok, aku mau tau dia suka sama aku atau enggak." Jawab Sekar memotong Dirga.

"Buset dah, yaudah coba di bayangkan cowoknya, bayangkan juga hal-hal apa saja yang mbak udah laluin sama di dia, kalo ada ya mbak, kalo ga ada gpp."

Sekar menutup mata sambil membayangkan kenangan-kenangan memori bersama gebetan nya itu, sambil tangan kanan nya memegang kartu tarot itu.

"Oke cukup, sekarang coba di kocok kartunya mbak."

Sekar mengocok kartu itu.

"Kalo udah di apain nih mas?"

Kemudian Dirga mengambil kartu-kartu itu dan diletakan di meja.

"Silahkan dipilih kartunya satu persatu mbak, nanti dikasih ke saya."

Sekar memilih kartu pertama dan memberikan nya kepada Dirga, lalu terus sampai kartu ketiga.

"Oke cukup."

Di tangan Dirga sudah ada 3 kartu tarot.

"The Hanged man." Sambil menunjukan kartu itu kepada Sekar.

"Bagi dia kamu adalah orang yang sabar, namun di satu sisi kamu juga adalah orang yang licik. Dalam arti kamu sabar menunggu dan melihat situasi kemudian membuat taktik sebelum memulai sesuatu."

"Seven of Sword." Menunjukan kartu kedua.

"Dia waspada, ada sedikit kecurigaan padamu, mungkin kamu suka sama dia, tapi dia punya rasa iri padamu."

"Kartu ketiga, Queen of Pentacles."

"Bisa dibilang bahwa dirimu adalah orang yang Into Money, atau sangat ke duniawian, sangat mempertahankan apa yag sudah kamu miliki."

"Kesimpulan nya mungkin dia melihatmu adalah orang yang berbahaya dalam aspek keuangan, dalam arti kata materialistis sehingga dia menjaga jarak sama kamu, dia memandangmu sebagai orang yang egois."

Sekar merasa kurang puas dengan pernyataan kartu ketiga.

"Yakali matre?!" Sambil meledek Dirga dengan ramalan nya.

Tiga wanita ini tertawa, menertawakan ramalan Dirga.

"Cuma kartu kok mbak, buat asik-asikan aja." Dirga membalas sambil tersenyum.

Dirga menjulurkan tangan kanan untuk bersamalam dengan Sekar, Sekar menjabat tangan Dirga sambil berkata

"Makasih RAMALAN nya mas." Sambil berjalan kearah pintu keluar.

"2 hari lagi, malam minggu, jam 8 malam, jika ada waktu datanglah ke taman lampion di monjali, perhatikan orang-orang disana, kamu akan temukan jawaban nya." Ucap Dirga kepada Sekar dan kawan-kawan yang sedang menuju pintu keluar.

Sekar dan kawan-kawan akhirnya pulang.

"Niat banget lu Dir, sampe diajak salaman segala." Celetuk Andis.

"Hahahaha cemburu lu Dis?

"Ya enggak, maksud gua, lu ngapain coba liat-liat masa depan doi?"

"Abisan ramalan gua diremehin."

"Menurut lu gimana jay?" Tanya Dirga.

"Berarti kisaran 3 hari lagi, mbak yang tadi diramal balik lagi kesini."

"Sok tau banget lu Jay." Celetuk Andis.

"Dari pengamatan gua, 2 orang temenya tadi, ga serius temenan sama dia, ada sesuatu yang disembunyiin sih, dari ramalan Dirga ya gua ambil kesimpulan aja kalo si cewek yang diramal tadi itu cuma ditempelin aja biar pada di bayarin itu orang, secara, cewek matre kan duit nya banyak sebenernya. Bahkan tanpa telepati, gua bisa tau orang bohong atau nyembunyiin sesuatu dari gerak-geriknya aja."

"Iya sih ya, persahabatan orang-orang high class." Jawab Andis.

"Udah-udah gak usah di omongin. Kayaknya jumlah pengunjung kita hari ini baru itu aja ya. Tutup lah kuy." Ucap Dirga.

"Kuy." Jawab Ajay dan Andis.

Tama juga menganggukan kepala, yang berarti "Kuy."

.

.

.

Berakhir sudah perjalanan mantra hari ini, Sampai jumpa di Episode selanjutnya.


Mantra Coffee ClassicWhere stories live. Discover now