60 : Peti Hitam Vs Mantra x Dharma 2

1.8K 406 95
                                    

Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung.

"Selamat datang di Mantra Coffee."

.

.

.

Bulan tertutup oleh awan, membuat malam semakin gelap. Bapang terlihat kewalahan menghadapi dua orang Martawangsa sekaligus.

"Tir, biar gua yang ngurus semua di sini, lu fokus bantu yang lain aja," ucap Tirta.

"Bro, orang ini, berbahaya."

"Gua bakal pake cara curang, lu cuma ganggu gua kalo di sini," balas Dirga.

Tirta menepuk pundak Dirga, "Pastiin kalo lu bakalan pulang hidup-hidup," ucapnya pada Dirga.

"Gua bakal pulang secara utuh," jawab Dirga.

Tirta pergi meninggalkan Dirga dan Bayu berdua, ia pergi untuk membantu regu lain.

"Nah--"

"Sampe mana tadi?" ucap Dirga.

"Satu lawan satu?" tanya Bayu.

"Terlalu arogan," ucap Bayu sambil melesat cepat ke arah Dirga.

"Mulai detik ini, semua pergerakan lu, akan jadi hal yang sia-sia," balas Dirga.

Sebenernya, gua ga mau pake cara ini, tapi apa boleh buat.

Bayu melesatkan serangan cepat ke arah tenggorokan Dirga, namun, sebelum Bayu berhasil menembus tenggorokan Dirga. Dirga sudah menggeser posisinya dan menyerang balik, ia memukul bagian ulu hati Bayu.

Bayu segera bangkit, ia mengayunkan tangan kanannya ke arah wajah Dirga. Namun, lagi-lagi, sebelum sabetan tangan Bayu berhasil mengenai Dirga, lagi-lagi Dirga sudah memegang lengan Bayu seolah-olah tahu apa yang akan Bayu lakukan. Dirga menendang satu kaki Bayu dan kemudian membanting Bayu yang telah kehilangan porosnya.

"Selama ini, lu udah cukup banyak bunuh keluarga Martawangsa--"

"Ya, sejujurnya gua juga ga suka sama keluarga brengsek ini!" ucap Dirga.

"Tapi membunuh itu, cara yang salah."

"Lu tau--" ucap Bayu.

"Bentuk kontrak antara dua belas iblis bertopeng dan keluarga Martawangsa?"

"Tradisi keluarga, untuk ngebunuh anak terakhir mereka ketika menginjak usia sepuluh tahun?"

"Pernah ada sebuah kejadian menarik. Ketika seorang anak yang hendak menjadi tumbal itu tau kebenarannya, dan kabur di malam sebelum ia berusia sepuluh tahun," sambungnya.

"Lu tau apa yang terjadi? ketika, Si Tumbal itu kabur?"

Bayu ingat betul, ketika ibunya dibunuh tepat di depan matanya. Orang yang membunuh ibunya, adalah ayahnya sendiri, sebagai ganti dirinya yang kabur pada malam di mana seharusnya ia ditumbalkan. Semenjak itu, ia menyimpan dendam pada keluarga terkutuk itu.

"Menurut lu--" balas Dirga.

"Kenapa, gua punya topeng sama kayak lu?" 

"Karena, nasib kita serupa," sambung Dirga lagi.

"Tapi, bagaimanapun juga, membunuh adalah cara yang salah!"

"Jangan banyak bacot!" Bayu yang tadinya menjaga jarak dengan Dirga, segera melesat kembali ke arah Dirga.

Namun, Dirga menghilang. Bayu mencari keberadaan Dirga, ia mulai fokus, seperti pertama kali ia hampir membunuh Dirga, Tetapi ketika ia sedang fokus, tiba-tiba saja Dirga muncul tanpa suara dan menarik lepas topeng Bapang, Dirga mencengkram wajah Bayu dengan tangan yang satunya.

Mantra Coffee ClassicWhere stories live. Discover now