77 : Sebuah Rahasia

1.7K 369 21
                                    

Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung.

"Selamat datang di Mantra Coffee."

.

.

.

Sebut namaku ... sebut namaku.

Aku akan membantumu, kau hanya perlu--

Menyebut namaku.

Andis membungkuk, ia menyentuh punggungnya dengan tangan kanannya.

"Panas ...," ucapnya lirih.

Sebut namaku, bocah Sagara! Hahahaha.

"Segoro geni." Andis menarik sebuah cambuk api dari punggungnya. Mata kanannya berwarna hitam dengan bola mata berwarna putih. Andis menyeringai ke arah Midnight. Seketika itu juga, Midnight merinding dibuatnya.

Midnight dengan cepat mengarahkan pistol ke arah Andis. Namun, belum sempat ia menarik pelatuknya, Andis lebih cepat mengibaskan cambuk api itu ke tangan kanan Midnight.

Hitam legam warnanya, tangan itu seperti mati karena hangus terbakar, tak bisa digerakan. Andis kembali menyeringai, ia mengibaskan cambukan berikutnya. Namun, Vanilla berhasil menarik kerah belakang baju Midnight dan membuat jarak di antara mereka.

"Ga ada alasan lagi, kita mundur!" ucap Vanilla dengan nada yang agak tinggi.

"Midnight!"

Seketika itu Midnight tersadar dari lamunannya, ia berkeringat. Matanya merah seperti menyala, ia membuat sebuah portal. Tanpa basa-basi, ia dan Vanilla meninggalkan Alam Suratma. Sementara Andis tampaknya masih berada di luar kendalinya. Andis menoleh ke arah Emil yang sedang berlutut di belakangnya, ia sedang mengelurkan peluru-peluru itu secara mandiri dari tubuhnya, entah seperti apa rasa sakit yang ia rasakan saat ini. Andis mengangkat cambuknya dan hendak menghajar Emil.

"Andis! Jangan!" teriak Uchul.

Tubuh Andis berhenti bergerak.

"Keluar ...," ucap Andis lirih.

"Gua bilang, keluar!" bentaknya pada diri sendiri.

Cemeti api itu terjatuh dari tangannya dan kemudian menghilang begitu saja. Andis tersadar dan seluruh tubuhnya lemas, ia tumbang dan terkapar di tanah.

Melihat situasi yang sudah kondusif, Uchul membuka salah satu peti mati. Dan ternyata isinya adalah salah satu orang yang hilang, ia terlihat lemas. Tanpa basa-basi, ia, Tara dan Mira yang baru saja tersadar kembali, membuka peti mati yang berada di kota. Beberapa dari mereka ada yang meninggal di dalam peti, mungkin karena sudah terlalu lama berada di dalam peti, tetapi arwahnya masih terkurung di dalam peti, entah peti mati apa ini, benda ini bisa mengurung arwah.

Ketika tersadar, Andis melihat banyak orang yang sedang sibuk mondar-mandir menolong orang yang masih terkunci di dalam peti, ada juga yang sedang berbaring dan duduk, mereka sedang beristirahat. Tampak juga beberapa orang yang membutuhkan tenaga medis.

"Udah bangun lu?" tanya Uchul.

"Siapa ini orang-orang, Cul?" tanya Andis.

"Orang-orang yang hilang, mereka semua ada di dalam peti mati--"

"Sekarang, pe'er nya adalah, gimana cara mulangin orang-orang ini." Uchul meletakan tangan kirinya di pinggang, sedangkan tangan satunya menempel pada bibirnya. Uchul menatap Andis, mata kanannya masih berwarna hitam.

"Segoro geni--" Uchul mengingatkan kembali tentang cambuk api yang tadi digunakan oleh Andis.

"Dan--mata itu." Uchul juga menunjuk mata Andis dan membuka kamera hp nya. Andis mengambil hp Uchul dan melihat dirinya dalam mode selfie, matanya berwarna hitam dengan bola mata putih.

Mantra Coffee ClassicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang